Minggu, 29 Agustus 2010

Baghdad dan Renaissan Islam

Setelah sebelumnya saya kisahkan sisi kelam, politik zaman Abbasiyah (Baghdad), kini saya akan mengurai sisi kecemerlangannya, saat Baghdad berada di zaman keemasan ilmu (renaissance) di dunia Islam yang mendorong kemajuan peradaban dunia. Tulisan ini saya sarikan dari tulisan sastrawan Gunawan Mohammad, mengutip dari buku ”The Story of Civilization”, Will Durant dan saya lengkapi dari beragam sumber.

Kota Baghdad dibangun oleh Khalif Al-Mansur, di atas sebuah kota tua zaman Babylonia. Itu bermula di tahun 762. Tadinya sang Khalif dan kantor pemerintahan di Kufa. Namun pindah ke Baghdad, karena sejuk di musimpanas, tak banyak nyamuk. Juga dekat sungai Tigris dan laut.

Al-Mansur mengubah nama Baghdad jadi "Medinat-al-Salam". 100 ribu pekerja dikerahkan untuk membangun kelengkapan pemerintahan, seperti istana dan lain-lain dalam 4 tahun. Dan Baghdad-pun menjelma menjadi kota terbesar di dunia di abad ke-10. Di saat Prancis masih berupa desa kecil, dan Amerika hanyalah dataran bukit padas.

Diperkirakan, penduduknya berangsur-angsur jadi antara 800 ribu sampai 2 juta. Penghuninya beragam. Tak cuma orang Muslim. Ada wilayah yang padat dihuni orang Kristen, Nestorian, dll.

Di era keemasan ini, tentu saja, para bangsawan dan orang kaya yang meramaikan arssitektur kota. Dari luar, tampak sederhana. Di dalam, lazuardi dan emas. Ada penulis memperkirakan, 22 ribu permadani terbentang di Istana Khalif. Di dindingnya, bergantung 38 ribu tapestri.

Seiring waktu, ketika istana al-Mansur dan Harun Al Rasyid mulai tak terawat, keturunannya membangun istana-istana baru yang mungkin lebih megah. Khalif al-Mutadid membangun istana yg kandangnya bisa menampung 9000 kuda, onta, dan keledai.

Sedangkan Khalif al-Muqtadir membangun sebuah istana dengan ”Balai Pohon” yang bercirikan sebatang pohon emas dan perak, dengan burung-burung perak pula.

Tapi tak hanya kemegahan bangunan yang ada. Kehidupan Baghdad tak jauh berbeda dengan kota-kota modern: ada yang bermutu dan tidak. Orang-orang berada menikmati balap kuda dan permainan polo. Minum anggur terlarang; menyantap makanan dari tempat-tempat jauh.

Sedangkan mereka yg lebih serius bertemu untuk dengarkan puisi dan menelaah filsafat. Anggotanya bisa datang dari mazhab dan agama lain. Di tahun 799, misalnya, tercatat sebuah klub filsafat dengan 10 anggota: Sunni, Syiah, Kristen, Yahudi, penganut Zoroaster (majusi), dan sebagainya.

Hasrat akan pengetahuan dan buku tampak marak. Di tahun 794, pabrik kertas pertama di dunia Islam dibangun. Teknologi ini bermula dari China di tahun 105, sampai ke Mekah tahun 707, di Spanyol tahun 950, di Itali tahun 1157, di Jerman tahun1228.

Di sekitar tahun 891, ada lebih dari 100 toko buku di Baghdad (lebih banyak mungkin ketimbang Jakarta kini). Toko buku ini dipakai juga untuk mengkopi, buat kaligrafi, dan pertemuan sastra. Para mahasiswa hidup dengan mengkopi buku. Minat pada buku juga tampak tinggi: waktu itu sudah ada orang-orang yang memburu tandatangan pengarang dan beli buku-buku kuno.

Kebanyakan masjid menyediakan perpustakaan (maktabah). Sekitar tahun 950 kota Mosul sudah punya perpustakaan yang didirikan atas inisiatif swasta. Di perpustakaan yang terbuka bagi publik di Rayy, buku demikian banyak hingga perlu 30 katalogus besar untuk mendaftarnya.

Para terpelajar dan orang kaya bangga bila punya koleksi buku yang banyak dan bermutu. Pernah seorang dokter diundang Sultan di Bukhara untuk tinggal di istananya. Ia menolak, sebab untuk mengangkut bukunya perlu 400 onta.

Tumbuhnya Iptek

Bersama gairah kepada bacaan itu, tumbuh ilmu pengetahuan. Pada masa itu bahasa Arab mulai dirumuskan gramatika dan pembakuannya. Juga lahir sejarawan seperti Ibnu Qutaiba (828-89) yang menulis sejarah dunia tanpa pendekatan yang Islam- dan Arab-sentris.

Di tahun 987, Muhammad al-Nadim menyusun ”Index Ilmu” (Fihrist al-'ulum): satu bibliografi semua buku asli dan terjemahan waktu itu. Indeks itu mencakup semua cabang ilmu, dengan biografi tiap pengarang. Kini hampir semua buku itu kini tak ditemukan lagi.

Ada lagi: Al-Masudi. Ia, asli Baghdad, menjelajah dunia sampai Sri Lanka. Ia tuliskan observasinya ke dalam 30 jilid ensiklopedia. Di tahun 947 versi ringkas dari karya besarnya itu terbit dengan judul ”Ladang Emas dan Tambang Batu Mulia”.

Yang menarik dari Al-Masudi ialah bahwa mungkin karena pandangannya tentang evolusi, ia diusir dari Baghdad. Ia pindah ke Kairo dengan sedih. Tapi Baghdad adalah kota Islam yg membuka diri ke segala penjuru. Ya, di sinilah diterjemahkan karya ilmu dan filsafat Yunani.

Kepala tim penterjemahnya seorang penganut Nestorian, Hunain ibn Ishaq (809-73), yg menyalin karya2 Aristoteles, Plato, sampai Hippocrates. Dikisahkan, bahwa Khalif al-Mansur biasa menghadiahi Hunain bin Ishaq emas seberat buku yg diterjemahkannya.

Yang menarik, Baghdad tak menerjemahkan karya-karya sastra dan teater Yunani kuno; dunia Islam itu lebih menyukai sastra dari Persia. Dari Yunani lama, yg diambil adalah filsafat dan ilmu pengetahuan. Dalam filsafat, Aristoteles berpengaruh dalam ilmu dan logika.

Dari logika tampak ada pengaruh Aristoteles dalam pemikiran theologis (kita lihat dalam Ibnu Farabi dan kemudian Ibnu Rushd). Islam Baghdad tidak menerjemahkan sastra Yunani karena alasan terlalu banyak mitos. Karya politik Aristotles tak pernah sampai ke tangan kaum Muslim. Plato lebih dominan.

Selain Yunani, juga menerjemahkan karya-karya satra India. Di tahun 773, atas titah al-Mansur, diterjemahkan ”Siddhanta”, risalah astronomi tua Hindu. Dari beberapa risalah Hindu ini mungkin para matematikus Islam ”menemukan” angka 0, yang sebelumnya tak dikenal.

Di tahun 976, Muhammad ibnu Ahmad menulis tentang perlunya konsep ”sifr” (kosong) yang di-Latin-kan jadi ”zephyrum” alias nol. Sebelumnya, di th 825 al-Khawarizmi menulis risalah yang akhirnya ditertjemahkan ke bahasa Latin: ”Algoritmi de numero Indiarum”.

Berdasar matematika Hindu itu, al-Khwarizmi memperkenalkan ”logaritma” pertama di dalam matematika. Al-Khwarizmi adalah Muhammad ibnu Musa (780-850). Ia disebut demikian karena ia lahir di Khwarizm, (Khiva) di Timur Laut Kaspia.

Sumbangan al-Khwarizmi kepada ilmu bukan main-main. Pertama, ia memperkenalkan per-angka-an India ke dunia Islam. Kedua, ia menghimpun tabel astronomi yg kemudian direvisi di masa Spanyol Islam (Andalusia); jadi pegangan pakar dari Cordoba sampai dengan China. Ketiga,ia merumuskan tabel trigonometri tertua yg pernah diketahui. Ia juga ia ikut menyusun ensiklopedia geografis buat al-Makmun.

Kata ”logaritma”, menurut bacaan saya, berasal dari terjemahan Latin atas al-Khwarizmi, ”Algoritmi”. Karya al-Kharizmi tentang hitungan ”integrasi dan equasi” hanya tinggal terjemahannya oleh Gerard dari Cremona di abad ke-12.

Terjemahan karya al-Khwarizmi ini dipakai di universitas-universitas Eropa sampai abad ke-16. Dari sini dikenal konsep dan kata ”aljabar”. Karya ilmuwan Islam di bidang matematika diimbangi oleh para pakar astronomi. yang menarik: mereka juga menjelajah bumi.

Di th 851 ada tulisan yg merekam perjalanan saudagar Sulaiman al-Tajir: rekaman kunjungan ke China, 425 tahun sebelum Marco Polo. Sebagai catatan pula, sebelum penjelajahan dunia dilakukan bangsa Eropa, astronom-astronom Arab-lah yang meluaskan penggunaan sextant, baik untuk navigasi maupun mengukur waktu terbitnya bintang.

Kembali lagi ke perjalanan Sulaiman al-Tajir (dia memang saudagar kaya), sampai ke China yg dikisahkan 4 abad sebelum Marco Polo. Selain itu, ada beberapa ”travel writers” lain, tapi yg terkemuka: al-Biruni (973-1048). Filosof, geografer, linguis, penyair.

Dia juga seperti al-Khwarizmi, lahir di Khiva. Para penguasa setempat melihat bakatnya yang besar dan memberinya tempat di istana. Tapi suatu hari Mahmud al-Ghazni yang berkuasa di Afghanistan (971-1030) minta agar yang berkuasa di Khwarizm mengirim al-Biruni. Maka al-Biruni pun dikirim ke istana Mahmud, di tahun 1018. Dan mungkin berkat Mahmud ia masuk ke India dan tinggal di sana.

Sekembalinya dari India, ia tinggal jadi kesayangan Sultan Mahmud dari Ghazni. Putra Mahmud, Masud, kebetulan juga ilmuwan amatir. Di tahun 1000 Masehi, al-Biruni menerbitkan ”Athar-ul-Baqiya”: telaah ttg festival agama-agama di bangsa Persia, Yunani, Yahudi, Arab dll.

Pendekatannya ilmiah, tak memihak. Di pengantar buku ia menulis agar kita membersihkan pikiran dari ”adat lama, semangat partisan”. Sementara Mahmud mengguncang India dengan tentaranya, al-Biruni menerbitkan mahakaryanya, ”Tarikh al-Hind” (Sejarah India).

Dalam 11 bab, ia telaah agama-agama Hindia. Ia terpikat oleh ”Bhagavad Gita”. Ia melihat persamaan mistik Vedanta dengan Sufisme. Ia bandingkan para pemikir India dengan Yunani. Ia lebih suka Yunani. India, katanya, tak melahirkan Socrates.

Dalam alam pikiran India, tak ada ”metode logika yang menghalau fantasi dari ilmu,” kata ilmuwan itu. Tapi ia terjemahkan juga beberapa karya ilmiah Sanskerta ke bahasa Arab. Dan ia terjemahkan karya Yunani ke bahasa Sanskerta.

Seorang penelaah menyimpulkan al-Biruni cenderung ke kaum Syi'ah, dengan sedikit cenderung agnostik (bagi orang agnostik, Tuhan ada atau tak ada itu bukan soal baginya. Intinya agnostik tak beragama). Tapi pada dasarnya ia ilmuwan. Karya ilmiahnya meliputi banyak bidang: satu ennsiklopedia astronomi, satu theotrem geometri, hasil eksperimen fisika.

Seperti halnya Ibnu Sina, orang segenerasinya, Firdausi, Ibnu a-Haitham, al-Biruni menunjukkan puncak keilmuan dunia Islam. Itu tak datang tiba-tiba. Di zaman sebelumnya ada Jabir ibnu Hayyam (702-65), yang karyanya mempengaruhi ilmu kimia di Eropa.

Ilmu kimia memang praktis produk dunia Islam waktu itu. Sayangnya sejak abad ke-10 merosot, tak bangkit lagi. Dengan pengetahuan kimia yang canggih, ilmu kedokteran berkembang. Meskipun lemah dlm soal anatomi, ia maju dalam dunia farmasi.

Perdagangan obat dengan Eropa tumbuh (juga ada sekolah farmasi pertama di zaman itu di dunia), dan yang juga maju adalah rumah sakit. Rumah sakit pertama di Baghdad didirikan di masa Harun al-Rashid. Ada lima kurang-lebih. Di tahun 931 ada 860 dokter yg bekerja. Para dokter itu hrs punya lisensi dr kerajaan. Tak ada yg boleh praktek tanpa lulus ujian.

Perdana Menteri Ali ibn Isa, yang juga dokter, mengatur staf dokternya untuk berkeliling mengobati. Juga mengunjungi penjara. Para dokter bisa kaya seperti zaman ini. Apalagi kalau jadi dokter kerajaan. Misalnya Jibril ibnu Bakhtisa, dokter pribadi Harun Al Rashid.

Tapi tak di situ kedokteran maju. Juga dalam karya ilmiah. Yang termashur al-Razi (844-926), orang Parsi kelahiran dekat Teheran. Ia pakar kimia dan kedokteran di Baghdad, yg menulis sekitar 130 buku. ”Kitab al-Hawi” saja terdiri dari 20 jilid.

Diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai ”Liber continens”, dipakai di Eropa sampai beberapa abad, misalnya di Universitas Paris di tahun 1395. Al-Razi juga menulis risalah tentang cacar air: telaah tentang penyakit menular yg sangat berpengaruh karn akurat.

Buku itu misalnya diterjemahkan ke bahasa Inggris, dan terbit sebanyak 40 edisi dari th 1498 sampai 1866. Tapi kadang-kadang al-Razi menulis buku yang kocak. Misalnya ”Tentang Fakta bahwa Dokter yang Pintar Tak bisa Menyembuhkan semua Penyakit”.

Al-Razi, sayang sekali, karena sebab yang tak diketahui, wafat dalam keadaan miskin pada usia 82 tahun. Mungkin ia tak melambangkan bangkit dan jatuhnya ilmu dan ilmuwan di dunia Islam - yang sejak Baghdad tak pernah marak lagi. Tapi memang zaman keemasan ilmu di dunia Islam sejak itu tak kembali lagi. Malah karya-karya ilmuwan Islam berkembang di Eropa.

Apa sebab kemerosotan itu? Memang terjadi kebangkitan kembali dalam filsafat di abad ke-11 dan 12 di Spanyol. Tapi sejak itu padam. Sejarawan bisa menjelaskan dari pelbagai sudut. Tapi yg tak bisa dilupakan ialah bahwa justru di Eropa berlanjut semangat Baghdad.

Semangat Baghdad adalah semangat eklektik: mau menerima dan mengolah ilmu + informasi dari mana saja (bahkan sampai ke China). Semangat Baghdad adalah semangat bertanya, mencari, menelaah, meneliti, bukan ketakutan akan kemerdekaan berpikir.

”Bayt al-Hikmah” (Rumah Kearifan) yang didirikan al-Mansur dilanjutkan universitas-universitas Eropa, yang berani meneruskan ilmu dari dunia lain. Bahwa di Eropa, halangan otoritas agama dan politik akhirnya dapat diterobos dengan korban besar untuk ilmu, itu perlu telaah tersendiri. ***

Sabtu, 28 Agustus 2010

Hallaj, Sufi, Politik dan Teokrasi

Saya ingin membagi-bagikan sebuah kisah sufi zaman Abbasiyah yang tewas mengenaskan. Ada korelasi antara agama dan politik. Sang Sufi bernama Al Hallaj, peristiwa ini terjadi pada tahun 297 H / 909 M.

Tulisan ini saya sarikan dari tulisan Mohammad Guntur Romli yang saya olah juga dari berbagai sumber. berikut petikannya.

Apabila Ibn Arabi mengenalkan cinta sebagai agama dan imannya maka al-Hallâj menegaskan kematiannya untuk ”agama salib” yang dianutnya. Istilah "agama salib" merujuk ke puisi Hallaj: Di atas agama salib akan berakhir kematianku/bukan tanah lapang atau kota jadi tujuanku.

Akhir hayat Hallaj juga berakhir tragis lewati pelbagai penyiksaan yang brutal—seperti penyaliban, dipotong tangan dan kakinya sebelum dipancung. Prosesnya, setelah dikurung dalam penjara lebih 8 tahun, ia dicambuk seribu kali,dipukul mukanya, disayat hidungnya, dipotong-potong telapak tangan dan kakinya, lalu disalibkan semalaman.

Setelah Hallaj dipancung, tubuh tanpa kepalanya disiram minyak dan dibakar. Abu jenazahnya dibawa ke atas menara pengintai di Baghdad, ditabur-taburkan.

Kepala Hallaj tanpa tubuh dikirim ke Khurasan, sebuah kawasan yang dikenal memiliki pengikut setia ajarannya. Peristiwa horor ini dilakukan di arena publik, di gerbang kota Baghdad yang selalu ramai sebagai pelintasan penduduk atau pendatang. Sekadar diketahui, Baghdad kala itu merupakan kota maju. Ibarat Amerika atau Eropa zaman ini.

Eksekusi Hallaj bukan sekadar pembunuhan terhadap tubuh yang cukup renta —saat itu usianya 64 tahun— tapi sebuah tindakan teror pada publik. Pembunuhan yang sangat brutal terhadap Hallaj malah menunjukkan bahwa dia sosok yang memiliki pengaruh yang luar biasa di zamannya.

Kalau tidak punya pengaruh dan berdampak hebat, buat apa Hallaj dibunuh secara brutal? Pembunuhan yang brutal atas Hallaj ditujukan untuk menciptakan dan menebar ketakutan. Tapi siapa yang sebenarnya punya takut yang akut? Bukankah pembunuhan yang brutal menunjukkan pihak yang membunuh sangat takut pada pengaruh sosok yang dibunuh?

Tubuh Hallaj bisa dipotong-potong, disalib, dipancung, hidupnya bisa diakhiri, kitab-kitabnya dibakar, murid-muridnya diburu, jasadnya musnah jadi abu. Namun ajaran dan pengaruh Hallaj tak bisa dilenyapkan. Mayoritas para sufi yang lahir setelahnya mengakui kewaliannya dan mengembangkan ajarannya.

Dalam sebuah kisah yang menuturkan penyaliban dan eksekusi Hallaj, ditonjolkan keberaniannya menjelang malaikat maut datang.

Hallaj sendiri yang minta agar ia dibunuh, karena menurutnya ”hidupku ada dalam matiku” dan penyaliban dianggap sebagai ”hari yang paling bahagia dalam hidup”. Tak lupa Hallaj mohon ampun pada Tuhan bagi mereka yang terlibat dalam penyiksaan dan pembunuhan terhadap dirinya.

Cerita penyaliban Hallaj ini dinukil dari Ibn al-Sa’î al-Baghdâdî yang menulis kitab "Akhbâr al-Hallâj". Ketika Hallaj digiring untuk disalib, ia melihat kayu dan paku yang siap menyalibnya. Ia malah tertawa terbahak-bahak sampai air matanya keluar.

Hallaj melihat al-Syibli (karibnya) di antra hadirin, dan meminta sejadah untuk salat sebelum dieksekusi. Di rakaat pertama Hallaj setelah Fatihah baca ayat 155 dari surah Albaqarah ”Dan sungguh akan kami beri cobaan padamu, dengan ketakutan, kelaparan...”

Di rakaat kedua ia membaca kutipan dari surat Ali Imran ayat 185 ”Tiap yang berjiwa memiliki kematian...” Setelah salat, Hallaj memanjatkan munajat, berikut kutipannya: ”Ya Allah, Engkau yang menjelma di segala arah, tapi Engkau tak menempati di setiap arah. Mereka hamba-hamba-Mu berkumpul untuk membunuhku, karena fanatik pada agama-Mu dan ingin mendekatkan pada-Mu. Ampuni mereka.

Apabila engkau menyingkap (Kebenaran) untuk mereka seperti yang Kau singkap untukku, mereka takkan melakukan tindakan ini.

Apabila Engkau menutupiku (Kebenaran) sperti Kau tutupi pada mereka, aku tidak akan diberi cobaan seperti yang aku alami sekarang.

Ya Allah terpujilah Engkau atas apa yang akan Kau lakukan, dan terpujilah Engkau atas apa yang Kau inginkan. Ibrahim Fatik perawi cerita ini dan murid Hallaj teringat dialog dengan gurunya di suatu malam.

Kata Hallaj, "Hai anakku, sebagian manusia mengatakan aku kafir, sebagian yang lain mengatakan aku wali. Namun yang mengatakan aku kafir, lebih aku dan Allah cintai dibanding mereka yang mengakui kewaliaanku."

”Kenapa bisa demikian Syaikh?” tanya Ibrahim Fatik pada gurunya, dia heran Hallaj lebih suka dianggap kafir dibanding wali.

"Mereka yang mengatakan aku wali, berarti punya prasangka yang baik terhadapku, sedangkan mereka yang mengatakan aku kafir, fanatik tehdap Allah."

Maksud dari kata-kata Hallaj barusan dia bersedia jadi korban bagi orang yang ingin mendekatkan diri pada Allah. "Hai Ibrahim,saat kau saksikan aku disalib, dibunuh jasadku dibakar, bagiku itulah hari yang paling bahagia dalam hidupku," kata Hallaj.

Kembali lagi di tiang eksekusi, Abul Harits, si algojo melanjutkan tugasnya, ia memotong tangan dan kaki Hallaj. Namun sufi tidak mengeluh waktu disiksa, ia berkata: Hai Tuhanku, aku telah masuk rumah penuh idaman, aku menyaksikan keajaiban."

"Tuhanku, Engkau yg bisa mengasihi pada orang yang menyakitimu, bagaimana Engkau tidak mau mengasihi orang yang disakiti karena-Mu?" Setelah tangan dan kaki Hallaj dipotong-potong, ia diangkat ke atas kayu untuk disalibkan. Saat itu muridnya, al-Syibli, datang dan menanyakan apa itu tasawuf. Hallaj menjawab: ”(Tingkat) yang paling rendah seperti yang kau saksikan sekarang”

”Apa puncaknya?” tanya al-Syibli kembali.

”Kau tidak akan pernah menemukan jalan menujunya,tapi engkau akan menyaksikan esok," jawab Hallaj.

Di tiang salib Hallaj berseru: Bunuhlah aku, karena aku akan hidup / Matiku ada dalam hidupku / dan hidupku ada dalam matiku.

Hallaj pun disalib semalam. Esok hari dia belum mati, perintah terakhir: dipancung! Sebelum dipancung Hallaj berteriak kencang: ”Dia Yang Satu, esakan Dia Yang Satu untuk-Nya!-hasba al-wâhid ifrâd al-wâhid lahu.

Hallaj pun mengutip Quran al-Syura ayat 18, “Orang yang tidak beriman kepada hari kiamat, meminta supaya hari itu segera didatangkan...

Setelah dipenggal,jasad Hallaj tanpa kepala disiram minyak,dibakar hingga jadi abu. Ditaburkan di atas menara agar tertiup angin/jatuh ke sungai. Kisah eksekusi Hallaj yg sangat brutal itu selesai.

Kisah penyaliban Hallaj tadi sengaja dikutip panjang lebar, karena untuk menyelami ajaran Hallaj, kita perlu memahami peristiwa penyaliban ini. Hallaj sendiri menyebut kematiannya dalam ”agama salib”. Al-Hallaj pun menisbatkan ajarannya pada peristiwa penyaliban.

Penyaliban Hallaj bukan yang pertama dalam sejarah Islam.Menurut Hadi al-Alawi dlm Târîkh al-Ta’dzîb fil Islâm (Sejarah Penyiksaan dalam Islam), mereka yang memberontak, melakukan pembangkangan apabila tertangkap oleh Penguasa dihukum salib. Kepala yang pertama kali dipancung dan diarak adalah Amr bin al-Hamaq, pengikut Syaidina Ali. Kemudian al-Husain, anak syaidina Ali cucu Nabi Muhammad.

Menyimpang atau Politis?



Hallaj identik dengan ajaran yang dituding menyimpang, tapi kenapa dia dieksekusi seperti tahanan politik? Apakah ia trlibat gerakan politik?

Simpan dulu penasaran anda soal hubungan Hallaj dengan politik, kita mulai dulu dari tudingan bahwa ajarannya menyimpang.

Nama Hallaj sudah identik dengan ajaran-ajaran yang dituding menyimpang, lebih banyak tuduhan itu dtang dari lawan-lawannya. Mereka menduh Hallaj punya pendapat haji tidak wajib, punya kalimat-kalimat untuk menyaingi Al Quran. Konon pula ia punya pengikut fanatik yang menyembahnya.

Hallaj punya ucapan yang sangat terkenal ”Ana al-Haqq”—Aku lah Kebenaran- sering dimaknai oleh lawan2nya sebagai: "Akulah Tuhan".

Oleh musuh-musuhnya Hallaj dituduh telah "mendaku" sebagai Tuhan. "Hooii... Al-Hallâj telah menuhankan dirinya!" teriak mereka.

Namun bagi pembelanya, ucapan Hallaj tadi masuk kategori "syathahat", ucapan yang kedengaran aneh bila seorang sufi dalam posisi ekstase. Padhal Hallaj bukan orang yang pertama punya ucapan aneh.

Pendahulunya seperti Rabiah al-’Adawiyah dan Bayazid al-Busthami juga punya. Contoh "syathahat" dr Rabiah dan Bayazid, adalah: Rabiah

meledek yang beribadah pamrih surga/takut neraka ditamsilkan sebagai kelakuan budak yang berperangai buruk (al-’abd al-sû’). Rabiah pun ingin membakar surga dan memadamkan neraka untuk memurnikan pengabdian manusia pada Allah.

Yang paling menggetarkan adalah ucapannya saat melihat Ka’bah seperti berikut: La urîdul Ka’bata wa lâkin Rabbal Ka’bah, hadzâ al-shanamul ma’bûd fil ardli mâ walaja Allahu wa lâ khalâ ’anhu”. Artinya, aku tak ingn Ka’bah, tapi Pemilik Ka’bah. Ini (Ka’bah) berhala yang disembah di muka bumi, padahal Allah tak pernah masuk/keluar darinya.

Sementara itu, Bayazid pernah berkata, ”Subhâni Subhâni mâ a’dzama sya’nî” (Mahasuci aku, Mahasuci aku, Mahaagung diriku). Atau ucapan Bayazid yg lain: ”Ma fil jubbati illa Allâh” (Di balik jubah ini tak ada yang lain kecuali Allah).

Namun di tengah ucapan yang kontroversial, dua tokoh sufi ini tak pernah disakiti, kewalian mereka diakui dan dianggap tokoh suci. Kalau sufi-sufi sebelum Hallaj punya ucapan-ucapan kontroversial, mereka tidak disakiti, mengapa Hallaj malah dibunuh?

Bagi pengikut setia Hallaj atau bagi mereka yg percaya ”keimanan” dan ”ketauhidan” al-Hallâj, ia dibunuh karena aktivitas politiknya. Artinya tidak ada yg aneh dari ajaran Hallaj, dia terbunuh karena ada konspirasi politik. Ia dituduh misionaris Qaramithah, sebuah kelompok agama-politik yang ingin mengkup penguasa Dinasti Abbasi. Hukuman Hallaj seperti musuh politik yang lain.

Dalam pemahaman ini, pembunuhan Hallaj adalah pembunuhan politis. Ia tak ubahnya ”kambing hitam” yang dikorbankan oleh politisi-politisi korup. Motifnya, untuk meraih simpati rakyat, para politisi mengeksekusi seseorang yang dituduh murtad dan zindiq, mereka dianggap bela agama. Pemahaman Hallaj sebagai 'kambing hitam'-meski tak terlalu keliru- tapi mengerdilkannya sebgai seorang pejuang, martir atau syahid.

Lantas bagaimana menempatkan Hallaj ini dengan tepat? Apakah karena:

1. Ajaran Hallaj yang dianggap janggal ia dibunuh. 2.Memiliki aktivitas politik dan pengikut yang mengancam penguasa. 3. Kambing hitam? Untuk menjawab tiga pertanyaan tadi: hubungan Hallaj dengan agama dan politik, ada baiknya kita mengetahui riwayat hidup al-Hallaj.

Riwayat Al Hallaj

Nama "daging" Hallaj adalah al-Husain, ia disebut "bapak penolong" karena suka menolong bukan karena punya anak bernama al-mugits. Hallaj orang Persia asli, lahir di sebuah kawasan yang kini berinduk pada provinsi Fars (kawasan asli asal-muasal bangsa Persia).

Kakek Hallaj masih penganut Zoroaster (majusi/penyembah api) ayahnya masuk Islam diberi nama Manshur. Sedangkan asal nama al-Hallaj ada perbedaan pendapat. Ada yang menyebut, Al-Hallaj berarti "penggaru" katanya ayah Hallaj yakni Manshur punya pekerjaan sebgai "Hallaj" "penggaru/pemisah kapas dr biji-bijinya" Menurut versi lain, diambil dari karamah (perbuatansupranatural). Alkisah, suatu hari Hallaj minta tolong penggaru kapas, tapi ditolak, karena sibuk.

Kata Hallaj, "Tolonglah aku, biarkan aku menyelesaikan pekerjaanmu "menggaru kapas" si penggaru kapas setuju dan pergi. Kejadian ini menujukkan karamah Hallaj yang mampu membersihkan kapas segudang dalam waktu cepat-ia pun dikenal sebagai "al-Hallaj".

Versi lain, Hallaj dikenal sebagai "Hallajul Asrar" atau penyingkap rahasia, karena bisa mengetahui isi hati orang yang menemuinya.

Hallaj berguru pada tokoh-tokoh sufi di zamannya seperti Sahl al-Tustari, Amr al-Makki, Abu Ya’qub al-Aqtha’ dan al-Junaid al-Baghdadi. Hallaj menikah dengn putri gurunya Abu Ya’qub—istri satu-satunya dalam hayatnya.

Pernikahan ini memantik cemburu gurunya yang lain:Amr al-Makki. Sebgai murid yang cerdas dan tekun, Hallaj menarik simpati guru-gurunya dan ingin mengangkatnya sebagai menantu. Namun Hallaj diceritakan memiliki hubungan yang kurang baik dengan guru-gurunya seprti Amr al-Makki dan al-Junaid, karena beda aliran politik.

Guru-guru Hallaj adalah orang-orang sunni yang cenderung apolitis (mlempem pada penguasa), sementara Hallaj latarbelakang keluarga dan mertuanya syiah. Mertua Hallaj berasal dari suku yang menganut syiah ghulat (ekstrim) yang sering dituding terlibat pemberontakan untuk menggulingkan penguasa yang sunni.

Hallaj ibarat muara yang menerima dua aliran yang bisa dianggap subversif: ajaran-ajaran agama seperti Rabiah dan Bayazid, serta politik oposisi Idiom-idiom tasauf Hallaj pun penuh dengan simbol-simbol kebatinan syiah. Misalnya kode-kode huruf yang sering dipakai Hallaj huruf mîm pada Muhammad, ’ain pada Ali, dan sîn pada Salman al-Farisi.

Namun yg menarik khazanah spiritual Hallaj yang kaya bersumber dari mistisisme Islam (tasuaf) dan mistisisme tradisi-tradisi lain:Kristen,Buddhisme, dan lain-lain. Hallaj adalah sufi pelancong, dia melakukan perjalanan spiritual ke Timur sampai Kashmir. Bagi lawannya ia dituduh belajar sihir.

Perjumpaan Hallaj dengan tradisi-tradisi mistisime yang lain, dengan pelbagai penganut agama, diadopsinya untuk memperkaya "rute spiritual" menuju Tuhan. Kekayaan pengalaman spiritual dan kedalaman pengetahuan Hallaj jadi daya tarik bagi pengikutnya di samping cerita karamah-karamahnya yang tak habis-habis.

Daya pikat Hallaj bukan hanya ajarannya yang dalam dianggap ”ilmu khusus” yang mengikutinya dianggap ”anggota kelompok spiritual yang istimewa”. Hallaj punya pandangan-pandangan2 sosial yg ajarkan persaudaraan antar-manusia,lintas iman&pengakuan kesetaraan,serta solidaritas.

Hallaj dikenal ringan tangan dalam membantu yang lemah. Ia pernah menerima sekantung uang dinar, dibawa ke masjid yang di dalamnya orang-orang miskin tidur kelaparan.Hallaj bagikan uang itu sampai habis. Ia tidak menyimpan untuk dirinya. Ia pun dipanggil “Abul Mughîts” yang berarti ”sang Penolong”.

Inilah pesona Hallaj waktu itu, ia yang dipercaya dekat dengan Tuhannya, ia pun dekat dengan umatnya. Pengikut dan simpatisan Hallaj tidak hanya kaum lemah, tapi juga kalangan elit istana, ulama, politisi dan keluarga kerajaan.

Dari kalangan ulama Hallaj memperoleh simpati dari guru-guru besar madzhab Syafii & Hanbali—dua madzhab yang d ipinggirkan oleh Dinasti Abbasi. Hallaj adalah pemimpin sebuah gerakan spiritual yang mendapat simpati besar, gerakan ini jga peduli pada krisis sosial yang terjadi.

Pengaruh ajaran dan politik Hallaj bawa kekhawatiran pada dua kubu di penguasa pemerintah Abbasi (1) politisi (2) ulama-penguasa. Para politisi takut pengaruh Hallaj akan ciptakan bentuk pembangkangan baru, setelah sebelum ini terjadi pemberontakan terus-menerus.

Sedangkan ulama-penguasa (khususnya dr madzhab Maliki dan Dhahiri) takut ajaran Hallaj yang mementingkan "makna batin" agama akan menggusur fiqh. Dua kubu yang korup ini bersatu untuk menghancurkan Hallaj yang dituding bisa mengancam eksistensi mereka. Inilah makar / konspirasi.

Cara yg efektif untuk jegal gerakan Hallaj dengan dua tuduhan: murtad-zindiq, berarti musuh agama dan trlibat Qaramithah yang berarti musuh raja. Tahun 297 H / 909 M keluar fatwa dr Muhammad bin Dawud ulama Dhahiri, yang mengkafirkan Hallaj atas tuduhan bersatu dengan Allah. Hallaj ditangkap (bandingkan dengan kisah Syeh Siti Jenar).

Namun saat itu, Hallaj dibela oleh Ibn Suraij seorang ulama besar dari madzhab Syafii dengan alasan berikut: "Bagiku Hallaj hafal Quran dan pnya pemahaman yang baik terhadap ilmu-ilmu agama. Dia rajin puasa dan salat malam, meski kata-katanya tak kupahami, bukan berarti dia kafir."

Atas pembelaan Ibn Suraij, Hallaj untuk sementara selamat dari eksekusi. Namun setelah Ibn Suraij wafat, tak adapembela Hallaj yang berwibawa. Hallaj mulai disidang kembali zaman menteri Hamid al-Abbas yang dikenal kejam dalam menarik upeti,ia berkoalisi dengan Abu Umar bin al-Hamadi.

Abu Umar bin al-Hamadi ulama fiqh Madzhab Maliki memiliki ambisi untuk menduduki ketua hakim-agung (qadlî al-qudlât). Ulama madzhab Hanbali bernama Ibn Atha’ yang coba bela Hallaj, dipukuli sampai sekarat, dipulangkan dan meninggal tak lama kemudian.

Mudah ditebak jalannya sidang agama yang bukan untuk cari kebenaran atau klarifikasi tapi hanya tuduhan-tuduhan: al-Hallâj kafir, zindiq.

Vonis pun dijatuhkan pada Hallaj dengan alasan keluar dari agama dan pengacau. Hukumannya seperti yang diceritakan di awal.

Monarki Teokrasi


Kisah Hallaj ini tak lepas dari sistem sebuah pemerintahan dimana pemerintah/urusan politik mulai mengatur urusan agama dan sebaliknya, agama mengatur urusan negara. Hal ini juga berulang ratusan tahun setelahnya, pada era yang disebut "The Dark Middle Age". Zaman kegelapan dan zaman kehancuran peradaban bagi Nasrani Eropa karena bentuk pemerintahan yang Monarki Teokrasi. Para Pemuka Agama campur tangan dalam pemerintahan.

Salah satu tragedi besar dalam sejarah Monarki Kristen yaitu dihukum matinya Galileo Galilei karena mengungkap kebenaran science bahwa bumi beredar mengelilingi matahari. Gereja mengambil peranan penting dalam proses penghukuman ini.

Tragedi lainnya adalah dihukum matinya Joan of Arc (Jeanne d'Arc), seorang legenda pahlawan perang Perancis dalam mengusir penjajahan Inggris. Joan of Arc dihukum mati atas konspirasi Gereja di dalam kerajaan yang memilih untuk tunduk kepada Inggris.

Kembali lagi sistem pemerintahan dalam Islam, Nabi Muhammad tidak pernah menyebutkan bentuk pemerintahan. Bahkan tidak pernah mengkritik pemerintahan kerajaan yang menjadi satu-satunya sistem negara zaman itu. Nabi hanya memberikan tauladan sebagai pemimpin bagaimana memerintah yang baik.

Menjelang wafatpun, beliau tidak menunjuk seorang pengganti, itu tandanya bentuk pemerintahan diserahkan kepada umat sesuai perkembangan zaman.

Adapun masa sahabat Nabi, bentuk pemerintahannya kekhalifahan, yaitu pemerintahan musyawarah. Tapi pada perkembangan selanjutnya kekhalifahan justru bergeser menjadi sistem kerajaan alias monarki.

Ada banyak tragedi dalam monarki Islam, tidak kalah banyaknya dengan tragedi monarki Kristen. Diantaranya pembantaian ahlul bait dengan terbunuhnya cucu Nabi, yaitu Hasan dan Husein. Kemudian pembantaian keluarga kerajaan bani Umayyah oleh bani Ustman.

Beberapa cerita lain adalah pelarangan suatu mazhab karena bertentangan dengan mazhab yang sedang hegemoni di dalam kerajaan.

Jumat, 27 Agustus 2010

Jalan Tol di Jantung Mustofa



Tanggal 3 Agustus lalu, Mustofa Wijaya masuk rumah sakit (dia tak mau menyebut nama rumah sakitnya) untuk menjalani operasi by pass pada jantung
.

"Ini hanya pencegahan saja, supaya tak terjadi serangan jantung," ujarnya.

Selama 3 jam Mustofa menjalani operasi tersebut. Seteah itu,dia harus dirawat sekitar seminggu di rumah sakit. "Tepat tanggal 10 (Agustus), persis sebelum puasa, saya sudah keluar. Sekarang sudah ngantor di kantor (OB) Jakarta," terangnya.

Mustofa membantah bila dia dikabarkan dilarikan ke rumah sakit. "Operasi ini memang sudah saya rencanakan 1,5 bulan sebelumnya. Jadi bukan tiba-tiba," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengurai, di saluran ateri jantungnya yang berfungsi menyuplai makanan, ada endapan-endapan semacam lemak atau kapur, tapi bukan buntu, masih ada sedikit lubang. Tapi kalau dibiarkan, bisa jadi buntu. Bila buntu, maka bisa timbul serangan jantung.

Supaya tak terjadi hal tersebut, maka dikasih tambahan jalan, namanya "by pass". Jadi yang lama tak ditutup, cuma dikasih jalan yang baru.

"Alhamdulillah, sekarang saya sudah baik. Berkat doa rekan-rekan semua," jelasnyanya.

Saat ini juga beredar isu bahwa Mustofa Wijaya akan diganti sebagai Ketua Otorita Batam. Yang menggantikannya adalah Abdussalam, dari Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI.

Saat dikonfirmasi soal penggantiannya kemarin, Mustofa tegas menjawab tidak tahu. "Tanya saja ke yang ngomong," anjurnya. Saat wawancara berlangsung, Mustofa sedang berada di Jakarta.

Mustofa juga membantah soal isu yang mengatakan akan mengundurkan diri karena akan maju menjadi Wali Kota Batam. "Aduh, saya masih belum (terpikir maju sebagai Wali Kota Batam)," jelasnya.

Hal ini juga diperkuat pernyataan Deputi Mentri Perindag Edi Putra "Belum Mas. Kalau masanya (jabatannya) memang sudah lama," jelasnya.

Cuma, menurut Edi, sempat ada yang usul sosok pengganti Mustofa adalah pejabat dari Kementerian Perdagangan. "Tapi (soal penggantian jabatan ini) masih jauh lah," ujarnya.

Saat ditanya soal isu yang akan menggantikan Mustofa nanti adalah Abdussalam, dari Bais TNI, sekali lagi Edi membantahnya. "Belum sampai ke pusat sih," ujarnya.

Kamis, 26 Agustus 2010

Hitam Ku

Sejak dua minggu lalu, bergumul dengan warna hitam. "Ada duka?" sahabat bertanya.

Saya melirik, dari ujung bahu, saya lihat wajah sahabat agak prihatin. "Enggak lah, Din," begitu saya memanggil.

Udin adalah sahabat lama saya. Sahabat kecil, sahabat saat kami masih bermain sabut kelapa untuk dijadikan perahu barang, atau bajak laut.

"Ah, kamu makin misterius saja," Udin tak percaya.

"Sudahlah, Din, apalah arti sebuah warna?"

"Aku tahu bagaimana kamu, Za. Kamu itu 'biru'. Bukan hitam!" ujarnya mengingatkan.

Rupanya Udin masih ingat koleksi pakaian saya yang semua berwarna biru. "Aku memang suka warna biru, Din. Rasanya lebih pe de," curhat saya kala itu ke Udin.

Terakhir saya juga baru tahu, bahwa biru itu warna ilmu pengetahuan. Pak Dahlan, Bos Jawa Pos yang berkata begitu, saya dengar dari seorang rekan di kantor.

"Ah..." saya menarik nafas, pelan namun berat.

"Hei, kok ngelamun," suara Udin menerjang alam bawah sadar saya.

"Kenapa hitam?"

"Apa karena biru-mu sudah begitu pekat, sehingga menjadi hitam?"

"Ataukah, apa karena birumu terlalu rapuh sehingga mudah terpercik warna hitam yang datang senila?"

Bertubi-tubi tanya itu, saya enggan menjawab.

Saya pun enggan mengurai jauh. Biarkanlah Udin bersetubuh dengan aneka tanyanya itu.

"Ini Din, bacalah," saya memberikan sebuah kertas, berisi sebuah tulisan tentang hitam.

Udin pun menyambar. Sesaat dia lena dengan isinya.

...hitam adalah warna yang paling dominan tapi bisa juga bermakna kegelapan, warna hitam itu membuat pemakainya tampak more powerful, berkesan elegan, penuh rahasia, dan tidak mudah terpengaruh/netral.

Hitam juga bersifat kuat, sehingga tidak mudah dikotori warna lain. Cahaya yang mengenai bidang hitam cenderung terserap maksimal.

Dalam banyak kebudayaan, hitam sering diasosiasikan sebagai hal buruk. Misalnya istilah ilmu hitam atau gelap mata. Namun ditemukan pula pengaruh positif dari penggunaan hitam seperti memperlihatkan ketegasan...

Setelah selesai, Udin pun kembali menoleh ke arah saya. Menyodorkan fakta lain.

"Tapi hitam itu warna duka cita, Za. Warna berkabung. Ada yang mati rupanya?"

"Sudahlah Din, itu pemikiran gothik abad pertengahan. Dalam Islam tak ada itu," sergah saya.

Tapi sebenarnya, kalimat terakhir Udin itu cukup menghentak. "Hitam itu warna duka cita, Za. Warna berkabung. Ada yang mati rupanya?"

Minggu, 22 Agustus 2010

Tarif Listrik Lampaui Singapura; Batam Lumpuh

PT Perusahaan Gas Negara (PGN) sejak 1 April 2010 lalu, telah menaikkan tarif gas untuk PT PLN Batam. Keputusan ini akan memicu keinaikan tarif listrik Batam untuk bisnis dan industri, lebih tinggi dari Singapura. Dunia usaha pun terancam lumpuh.



Hal ini diungkap Irwansyah, anggota Komisi III DPRD Batam yang membidangi masalah listrik. “Saya mendapat laporan ini dari PLN Batam,” jelasnya.

Meski telah diputuskan 1 April lalu, namun kenaikan tarif ini belum diberlakukan karena masih terjadi penolakan oleh Pemko Batam, DPRD Batam, dan PT PLN Batam sendiri.

Hingga saat ini, ketiga instansi tersebut terus melakukan protes ke pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, agar kenaikan tarif gas tersebut dibatalkan.

Selanjutnya Irwansyah membeberkan beberapa jilid data resmi, terkait rencana PT PGN itu. Untuk tarif K2 (klasifikasi pelanggan gas PGN untuk PLN Batam) dari yang semula 3,84 dolar AS per MMBTU ditambah toll fee Rp605 per meter kubik, menjadi 4,22 dolar AS per MMBTU ditambah toll fee Rp700 per meter kubik. Bila diprosentasikan, total kenaikannya dari tarif sekarang berkisar 11,3 persen.

PLN, lanjut Irwansyah mengatakan, nanti yang akan memikul kenaikan tarif baru PGN tersebut adalah konsumen sektor industri dan bisnis, sedangkan rumah tangga tetap.
Hal ini tentu semakin mengguncang dunia usaha dan industri, sebagai pelanggan terbesar PLN Batam ini.

Keterlaluan!

Menurut Irwansyah, ini sudah keterlaluan. Dengan tarif saat ini saja -yang sudah mendekati tarif listrik Singapura- yakni rata-rata Rp1.113/kwh, membuat dunia usaha dan industri gelagapan. Bagaimana lagi bila nanti naik melampuaui atau tepatnya lebih mahal dari Singapura.

Bandingkan dengan tarif dasar listrik nasional yang hanya rata-rata Rp735/kwh. Jadi tarif listrik di Batam sudah 51 persen lebih tinggi. Bila dilihat di Jakarta, selain tarifnya murah, mall-mall di sana masih dapat subsidi dari pemerintah pusat. Sedangkan Batam, tidak.

“Makanya saya katakan Batam akan lumpuh total. Industri akan tutup, demikian pula sektor bisnis, seperti hotel, mall dan tempat hiburan,” jelas Irwansyah.

Prediksi Irwansyah ini didasarkan bahwa Batam tidak memiliki sumber daya alam, semisal hasil sawit, karet, batu bara dan lainnya. Berbeda dengan daerah lain.

Batam hanya mengandalkan letak geografis, sebagai daerah yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia. Artinya, Batam menggantungkan kelangsungan hidupnya dari sektor jasa, seperti bisnis dan industri.

Bila nanti tarif listrik untuk industri dan bisnis ini naik lagi, yang kali ini lebih mahal dari Singapura, tentu saja kelangsungan penggerak ekonomi Batam tersebut akan guncang. Efek dominonya akan merembet ke hal lainnya.

Contoh yang paling dekat, ketika pemerintah daerah melarang pasokan lele dari Malaysia, dalam sekejap lele segar jadi langka. Industri rumah makan yang menyediakan pecel lele ini guncang.

Sementara itu, lele yang ada saat ini tak lagi segar. Dari segi rasa juga sudah berkurang, karena agar bau amisnya tak menusuk, harus digoreng kering. Akibatnya, banyak penggemar lele berkurang dan omset rumah makan pun menurun, bahkan ada yang tutup.

Belum lagi saat ini kondisi Batam tak menentu, akibat FTZ tak jalan sebagai mana yang diharapkan. Batam pun kian susah. Arus keluar masuk barang tak seperti yang diharapkan. Barang-barang impor juga masih mahal, dan belum leluasa untuk memasukkanya. Masalah pemasukan mobil juga belum jelas, ditambah lagi ada PMK tentang penerapan PPN 10 pada tarif jasa telekomunikasi.

“Jadi, bagaimana lagi Batam bisa hidup?” ujar politisi PPP ini.

Ajak Dunia Usaha Protes PGN

Menurut Irwansyah kenaikan tarif gas yang akan memicu naiknya tarif listrik tersebut, sebenarnya tak perlu terjadi. Karena berdasar hasil eveluasi pemerintah dalam hal ini Dirjen Migas, pada rapat tanggal 5 Juli lalu terungkap, harga jual gas untuk PT PLN Batam oleh PGN dinilai sudah memberikan margin yang cukup baik.

Jadi kenapa harus naik lagi, jika harga lama sudah memberikan margin yang baik bagi PGN? Logikanya dari mana? Ini yang belum terjawab.

“Sekarang saja tarif listrik industri dan bisnis sudah mendekati Singapura. Bila nanti melampaui Singapura, apa kata dunia? Kita punya gas, kok listrik di Batam lebih mahal dari Singapura? Padahal, gas untuk listrik Singapura dari Indonesia!” sergah Irwansyah.

Berdasar kondisi ini, Irwansyah mengajak semua kalangan dunia usaha yang tergabung dalam Apindo, Himpunan Kawasan Industri (HKI), Hipmi, dan organisasi pengusaha lainnya untuk membuat surat kepada PT PGN meminta agar gas jangan dinaikkan.

“Mari kita sama-sama berjuang,” ajaknya.

Menurutnya, DPRD dalam hal ini Komisi III, sudah menyampaikan pada PLN kalau gas PGN naik, lalu PLN mengajukan kenaikan tarif listik ke DPRD, maka dia pastikan akan ditolak.

Bila misalnya PGN tetap ngotot menaikkan tarif gas, sementara DPRD menolak kenaikan tarif listrik, maka PLN tak akan punya uang untuk membayar gas. Otomatis pasokan gas untuk PLN Batam dihentikan, pembangkitnya macet, maka Batam akan gelap gulita.

“Makanya saya katakan, akan lumpuh total. Ini hal yang luar biasa,” sebutnya. ***

Jumat, 20 Agustus 2010

Petatah Petitih


Ada beberapa tweeps yang menarik. Mungkin baik saya kutip di sini, mumpung bulan puasa, temanya soal kemarahan.


Bila setiap masalah harus diselesaikan dengan amarah, maka Anda telah melestarikan kekerasan.

Kekerasan bukanlah jalan keluar yang baik dalam memecahkan masalah.

Kemarahan hanya memperlambat proses pemuliaan kehidupan. Hidup kita terlalu penting untuk dijalani dengan amarah.

Bila tertawa dilarang, semua akan tampak lucu.

Kadang orang lebih mudah menerima sesuatu yang disampaikan dengan senyuman dari pada dengan kata-kata kasar.

Banyak orang pintar sejak dulu yg tak tahu manajemen yg rapi. Menghukum juga perlu manajemen.

Ada yang bangganya berkata. Saya harus keras, agar tampak tegas. Ups, tegas itu, tepat mengambil keputusan. Tk hars keras.

Tegas artinya tak diskriminatif. Tegas artinya menempatkan masalah pada tempatnya, lawan dari zalim.

Pikiran yang sehat itu adalah yang memiliki rasa humor.Bila tidak, berarti Anda sakit.

Ada yg nyuruh agar sy berdamai dg kekerasan. sy jawab TIDAK. itu oportunis namanya.
(disarikan dari twitter.com)

Kamis, 19 Agustus 2010

Jangan Panggil Saya Pak Wagub

Wakil Gubernur Kepri HM Soerya Respationo, punya beberapa obsesi untuk memajukan rakyat di daerah ini. Yang menarik, ternyata hingga saat ini Soerya belum punya ruang kerja. Soerya juga tak mau dipangil “Pak Wagub”. Kenapa begitu? Semua saya rangkum dalam wawancara berikut ini.


Hari ini, Kamis 19 Agustus sekitar pukul 09.00 WIB, Gubernur Kepri terpilih HM Sani dan Wakilnya HM Soerya Respationo, dilantik Menteri Dalam Negeri Gamawan Fawzi mewakili Presiden RI di Gedung Daerah Tanjungpinang.

”Bagaimana perasaan Anda jelang dilantik sebagai wakil Gubernur Kepri?” tanya saya saat mewawancarainya sebelum hari pelantikan.

Biasa biasa aja. Kan udah bukan kejutan lagi. Pleno KPU-nya (yang memutuskan kemenangan pasangan Sani-Soerya) sudah lama sekali, tanggal 9 Juni. Putusan MK (yang memenangkan pasangan Sani-Soerya atas gugatan pasangan calon Gubernur Kepri Nyat Kadir-Zul Bahri) juga sudah lama. Kini tinggal pelantikan, ya biasa-biasa aja.

Apakah ada persiapan khusus jelang dilantik?
Semua mengalir saja. Persiapan secara peraturan perundangnsaya bahwa saya harus mundur dari DPRD (Soerya sebelumnya menjabat wakil ketua DPRD Kepri 2010-2015) sudah saya lakukan. Kini tinggal nunggu gladi kotor dan gladi bersih saja.

Soal tradisi Anda mendekor ruang kerja dengan barang-barang pribadi apakah sudah dilakukan?
Soal itu belum. Karena saya belum sempat biacara sama pak Sani. Nanti setelah pelantikan saya akan bicara sama pak Sani, di mana ruang kerja saya nanti. Setelah itu baru saya atur.

Tapi yang pasti perabot berukir tetap akan dibawa?

Ya. Seperti sebelumnya, saya selalu membawa sendiri meja kerja dan kursinya. Demikian juga dengan hiasan-hiasan berupa aneka barang antik, dan benda-benda kuno.

Semua ada berapa macam?

Ada beberapa sih. Kalau disebutkan, meja kerja sekaligus kursinya saya bawa sendiri. Terus beberapa lukisan, piring-piring antik untuk penghias ruang, guci-guci antik, keramik antik (semua merupakan peninggalan dinasti Ming), meja hias, buku-buku dan tempatnya, serta beberapa hiasan lain.

Sebanyak itu, bawanya pakai apa?

Pake lori. Kan sebagian sudah ada di kantor DPRD Kepri (Tanjungpinang). Jadi tinggal dipindah saja.

Setelah dilantik akan menetap di mana? Di Tanjungpinang atau Batam?

Rencananya sih bolak-balik saja. Kalau kerja sampai malam, ya tinggal di sana (Tanjungpinang). Kalau kerja sampai sore pulang (ke Batam). Jadi kadang di Pinang, kadang di Batam.

Setelah jadi Wagub apakah Anda akan memperketat pengawalan?

Saya tidak akan pernah memperketat pengawalan. Karena, ini mohon maaf, saya sebetulnya bisa menjaga keselamatan diri saya sendiri. Hanya karena aturan protokoler saja saya dikawal. Tapi sebetulnya sih saya santai-santai saja. Di mana-mana sama sajalah. Bukan begitu? Nanti saya akan minta protokoler agar biasa-biasa saja, jangan menjauhkan saya dari masyarakat. Selain itu, saya juga akan tetap terus mengajar di program Studi magister Hukum Universitas Batam dan tetap akan membimbing tesis para mahasiswa.

Setelah dilantik, apa yang pertama kali akan Anda kerjakan?

Tentunya semua tugas-tugas wagub yang sudah diatur dalam perundangan. Tugas-tugas selanjutnya akan dibicarakan sama pak Sani. Di luar itu, saya ingin mengumpulkan para SKPD lalu memberi pencerahan untuk mengubah paradigma. Ini obsesi saya.

Saya kepingin semua pimpinan SKPD, baik kepala dinas, biro, badan, jangan lagi menganggap rakyat sebagai objek. Kita harus melihat filosofi paling mendalam, bahwa sebetulnya yang punya kedaulatan dan kekuasaan itu rakyat. Sehinga kita harus betul-betul melayani masyarakat atau rakyat. Jangan hanya sekadar slogan atau semboyan. Saya pingin mewujudkan soal ini.

Sepertinya kita penguasa, tapi sebetulnya yang punya kuasa dan daulat adalah rakyat. Kita ini hanya diberikan amanah saja. Sehingga konsekwensi logisnya, rakyat jangan diperlakukan sebagai obyek, tapi subyek.

Obsesi saya lainnya, soal kedisiplinan, dan mengubah struktur APBD sehingga betul-betul menjadi pro rakyat. Contohnya, belanja aparatur semakin lama semakin kecil dan belanja publik semakin lama semakin tinggi. Itu baru namanya anggaran pro rakyat.

Apakah selama ini tidak demikian?

Selama ini kesannya masih lebih tinggi belanja aparatur. Jadi nanti harus ada penghematan-penghematan dan pengurangan pengeluaran, sehingga mendekati prosentase keseimbangan ideal. Nah kalau sudah seperti itu, artinya kita betul-betul memperhatikan publik.

Soal reshuffle bagaimana?

Soal ini saya dan pak Sani sama sekali belum menyinggung. Tapi reshuffle itu tetap perlu untuk penyegaran, namun sampai sekarang belum dibahas. Mungkin nanti setelah pelantikan kita bicarakan.

Soal status istri Anda, Rekaveny. Apakah akan tetap duduk di DPRD Batam, atau akan mendampingi tugas ”ke-wagub-an” Anda nanti?

Karena dia mendapat tugas dari partai (PDIP) di DPRD, ya dia tetap di sana. Tapi saat acara resmi, kita akan minta izin ke DPRD untuk mendampingi. Membagi waktu-lah. Namun, ini untuk lucu-lucuan, Veni saya larang untuk menerima ”lamaran” menjadi calon wakil wali kota Batam. Sejauh ini senarnya sudah ada yang melamar, tapi saya tak mau sebut namanya. Pokoknya saya melarang Veni ”dilamar” menjadi calon wakil wali kota maupun dicalonkan sebagai wali kota Batam. Tapi sebagai anggota DPRD, itu adalah tugas partai, ya biarin aja.

Kenapa dilarang?

Emang ini dinasti, semua suka-suka kita? Memang banyak (calon wali kota Batam) yang pengin berpasangan sama Veni. Tapi saya larang. Saya menimbang integritas pribadi dan keluarga saya, nanti dicap serba mau. Aji mumpung-lah istilahnya. Dari sini saya hanya ingin memberikan contoh politik yang bagus pada masyarakat Kepri dan Batam, bahwa walaupun saya wakil gubernur dan ada jalan bagi Veni untuk ke wakil wali kota, tapi saya akan minta agar Veni memberikan kesempatan pada kader lainnya.

Beralih ke soal selanjutnya, saat menjabat nanti bagaimana cara Anda mendekatkan diri pada masyarakat?
Saya tak menerapkan formalitas berlebihan dan tetap seperti yang dulu. Saya akan tetap ”keluyuran” ke mana-mana untuk belanja masalah. Termasuk berteman dengan teman saya selama ini. Inilah satu-satunya cara paling efektif untuk menyerap permasalahan masyarakat, dibandingkan dengan forum-forum resmi semacam Musrenbang. Belanja masalah secara keseharian, itu lebih riil dan lebih konkret untuk mengetahui masalah masyarakat dari pada mendengarkan musrenbang.

Kalau musrenbang bisa benar, bisa juga direkayasa. Tapi kalau sehari-hari kita terjun langsung ke masyarakat, maka kita menjadi tahu persis apa yang menjadi permasalahan, dan karakteristik suatu daerah atau tempatan.

Sedikit ke belakang, saat masa kampanye kemarin, apa pengalaman Anda yang cukup berkesan hingga akhirnya Anda meraih kemenangan?

Yang paling berkesan, saat saya dipusingkan oleh pergeseran pencalonan saya, dari semula membidik wali kota Batam beralih ke wakil gubernur Kepri. Padahal selama beberapa tahun, saya sudah terlanjur sosialisasi ke seluruh masyarakat Batam, baik tingkat pengusaha, pelaku ekonomi, hingga grassroot. Intinya saya mohon doa dan restu dan dukungan mencalonkan diri menjadi wali kota Batam.

Maka itu, saat tiba-tiba dalam waktu yang singkat saya harus mengubah rencana ini, sementara masyarakat Batam sudah mengetahui bahwa saya siap maju ke wako Batam, tentu membuat saya pusing. Menggeser pencalonan ini cukup memakan waktu dan energi, khususnya saat menjawab pertanyaan orang-orang yang saya mintai dukungan itu.

Berbicara soal hubungan Anda dengan pers, apa yang akan Anda lakukan bila suatu saat ada berita yang menyudutkan kebijakan Anda?

Intinya saya tak akan mau konflik dengan pers, tapi kalau pers mau ngajak konflik dengan saya, itu namanya kebangetan, ha ha ha. namun bila suatu saat nanti ada yang memelintir, saya hanya akan mengimbau mereka agar kembali ke jalan yang benar. Tapi saya tetap tak akan pernah mau berselisih dengan pers. Saya rasa teman-teman (wartawan) sudah tahu gaya saya, ya saya harap apa adanya ajalah. Harus tetap friend, ha ha ha.

Apa Anda tak ingin mengikuti jejak kepala daerah lain, bila kecewa dengan pers langsung menjelek-jelekkan wartawan dan media yang bersangkutan di forum resmi?

Ah ngapain. Kalau saya paling ngomong langsung, ”Temen-temen kembalilah ke jalan yang benar.” Paling gitu. Hanya pejabat bodohlah yang mengajak musuhan dengan pres. Ini menurut saya ya, pers harus dirangkul. Tapi kalau sampai kita dipelintir-prlintir, saya akan ngomong, ”Teman-teman pers, kembalilah ke jalan yang benar.” Iya kan?

Benar begitu? Apa malah nanti Anda tak akan tergiur mengerahkan massa ke kantor media bersangkutan? Kan selama ini Anda terkenal memiliki massa yang loyal dan militan?

Saya termasuk orang yang ingin mengerahkan diri sendiri saja. Saya tak akan pernah berinisiatif untuk mengerahkan massa saya. Saya hanya akan mengerahkan massa saya untuk hal-hal yang benar dan kebenaran. Tapi kalau rakyat yang merasa simpati atau apa, itu hak mereka.

Kalau misalnya saya korupsi atau manipulasi, lalu ditulis oleh perss, ya saya tak akan pernah mengerahkan massa saya. Kalau karena berita itu mereka mendatangi kantor media yang bersangkutan, maka akan saya imbau agar mundur. Saya akan bilang bahwa pres tak salah. Saya jamin itu. Tapi kalau saya tak berbuat kesalahan tapi malah dirugikan dan lain sebagainya, itu hak mereka untuk bergerak.

Ini yang terakhir. Setelah dilantik, bagaimana nanti masyarakat memanggil Anda? Pak Wagub, Mas Wagub, Romo Wagub, atau Mas Soerya, saja?

Panggil seperti yang biasanya saja, ”Mas Soerya”. Tapi kalau mau manggil ”Romo, Mas Wagub, atau Romo Wagub,” juga tak masalah. Tapi jangan panggil saya ”Pak”.

Kenapa?

Ya, kita tak pernah dipanggil ”Pak,” kan? Biasanya dipanggil ”Mas” atau ”Romo”, ha ha. Biarlah nanti yang muda-muda manggil ”Mas” saja. Ha ha.

Penutup, apa ada yang mau disampaikan pada masyarakat Kepri?

Karena Insyaallah tanggal 19 Agustus saya akan dilantik sebagai Wagub kepri oleh Mendagri atas nama presiden, saya mohon doa dan restu dari seluruh masyarakat Kepri dan Batam, mudah-mudahan bisa melaksanakan amanah ini dengan baik dan benar hingga sampai tujuan, yaitu menyejahterakan rakyat Kepri.

Selasa, 17 Agustus 2010

Mardijkers belum Mahardika

”M E R D E K A!

Beginilah bunyi SMS yang saya kirim ke beberapa rekan saat detik-detik proklamasi, 17 Agustus, kemarin. Di antara mereka ada psikolog, legislator, hingga pak Bos di kantor. Jawabannya sungguh beragam. Namun ada juga yang merasa saya aneh, tiba-tiba jadi nasionalis.

”He he he... Nasionalis betul ya?” sebuah reply saya terima. Ada juga yang lain, ”Sudah lama merdeka Mas. Ini lagi upacara di Tumenggung (Stadion Tumenggung Abdul Jamal, Batam, tempat upacara bendera dipusatkan).”

Ada juga yang skeptis, ”Merdeka apanya, kita masih dijajah oleh penindas yang membungkam kebebasan berpendapat,” jawaban seorang aktivis. Yang mentik ada yang membalas, ”Merdeka? Bagi rakyat kecil belum, tapi bagi pejabat sudah. Betul nggak? he he.”

Sementara, seorang psikolog menjawab, ”Orang yang teriak-teriak merdeka itu, sebenarnya merasa belum merdeka. Semakin nyaring teriakannya, semakin rasa ketertindasannya!”

Merdeka merdeka merdeka. Kemarin, semua meneriakkannya, lalu disertai harapan dan mengartikan merdeka sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Kaum akademis, cenderung mengartikan kemerdekaan dengan hal-hal yang empiris. Misalnya, mengkaitkan kemerdekaan dengan warna bendera kita, ”Merah-Putih = Berani dan Bersih. Itulah arti kemerdekaan kita, jadi bangsa yg berani dan bersih.

Ada juga yang mengutip ucapan Sang Proklamator Soekarno, ”Republik Indonesia bukan milik sesuatu golongan, agama, suku, adat. Tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!”

Begitulah seterusnya. Teriakan-teriakan ini, bergaung hingga ke situs jejaring sosial Twitter dan Facebook.

Di Twitter, mulai budayawan hingga menteri pun memberikan definisinya tentang kemerdekaan ini. Di akhir kmentar tertulis #Indonesia65 sebuah tanda trending topic.

”Hati yg merdeka menghargai, mencari sama dalam beda, menunjukkan cara bukan cerca, menasehati dg cinta bukan menghina.” tulis Menkominfo Tifatul Sembiring di akun twitter-nya.

Selanjutnya Tifatul mengisahkan sedikit sejarah tentang proklamasi dan makna kemerdekaan, lalu ditutup ”Namun kebebasan, kemerdekaan, demokrasi harus diatur konstitusi, undang-undang dan aturan-aturan lain. Kebebasan mutlak tanpa aturan adalah kehancuran.”

Yang menarik, Tifatul nge-tweet sebelum acara detik-detik Proklamasi dimulai, jadi sebelum pidato prsiden. ”Saat saat naikkan bendera saya hormat, upacara berdiri, waktu lagu-lagu aubade saya nge-tweet lagi,” kisahnya.

Sementara itu, di Twitter-nya, Gunawan Muhammad banyak mengurai mengapa upacara hari Proklamasi di Istana Negara yang bersifat militeristik, serta pidato Bung Karno yang memukau itu.

Selanjutnya dia mengimbau agar beberapa menit saja, berhenti mencemooh sesama, dari posisi politik manapun, selama ia tak menentang ke-Indonesia-an kita.

Begitulah riuh rendah akan makna kemerdekaan ini. Teriakan ini juga menggema di kalangan rakyat jelata. Bedanya, kalimat ”Merdeka” yang mereka sampaikan, selalu di akhiri dengan tanda tanya (?) bukan tanda seru (!).

Mereka bertanya, merdeka? Apa iya? Kalau merdeka dalam arti memiliki negara, tentu sudah. Kalau kata ”merdeka” yang merujuk dari kata ”Mardijkers”, yang artinya orang yang terbebaskan, tentu iya. Namun ini baru sebatas independence, belum freedom. Namun untuk disebut Maharddhika, yaitu bahasa Sanskerta yang berarti ”orang besar” atau ”orang hebat”, masih jauh.

Apalagi bila dibilang merdeka dari penjajahan, apa iya? Bukankah kita saat ini masih dijajah? Kalau kita dijajah kaum kolonial yang mengeruk kekayaan bumi ini, sekarang penjajah kita bisa jadi penguasa-penguasa korup yang tak kalah gilanya mengeruk kekayaan negeri ini untuk kepentingan pribadi.

Toh perlawanan rakyat akan penguasa tetap terjadi, motifnya juga sama dengan perlawanan rakyat dengan kolonial dulu.

Bila dulu Pangeran Diponegoro mengangkat senjata karena kuburan leluhurnya akan digusur untuk pembangunan jalan oleh Belanda, bandingkan peristiwa ini dengan kasus makam Embah Priok, baru-baru ini.

Bila dulu holding dagang Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) membawa tentara untuk mengamankan bisnisnya di Nusantara, saat ini betapa banyak oknum aparat yang disewa cukong untuk mengamankan bisnisnya?

Hal inilah yang membuat masyarakat awam yang kurang mengerti akan makna kemerdekaan, banyak mendifinisikan kemerdekaan dengan pengetahuan atau masalah yang dekat dengannya.

”Merdeka itu mestinya bebas dari ledakan tabung gas elpiji,” keluh ibu rumah tangga miskin yang resah oleh ledakan tabung gas 3 kilogram. Sedangkan pedagang kaki lima di trotoar dan penghuni rumah liar, mengatakan bahwa merdeka itu bebas dari penggusuran.

Sedangkan ibu-ibu yang susah melihat meroketnya harga sembako yang tak tertanggulangi oleh pemerintah daerah, mengatakan saat ini belum merdeka. Menurutnya, merdeka, ya harus bebas dari harga mahal. ”“Mirip zaman penjajah aja,” rutuk mbah Saniyah, saat saya temui di Pasar Mitra Raya, Batam Center.

Salahkah definisi mereka?

Tentu saja tidak. Meski yang mereka sampaikan adalah kebenaran parsial. Namun tetap saja kebenaran. Bisa jadi ini adalah buah kebenaran objektif karena mereka tak pernah menganal atau mengecap arti kemerdekaan sebenarnya.

Minggu, 15 Agustus 2010

Jangan Coba-coba ”Lamar” Veny

Setelah terpilih menjadi Wakil Gubernur Kepri mendampingi HM Sani, Soerya Respationo melarang istrinya, Rekaveny Soerya untuk dicalonkan sebagai wali kota Batam maupun ”dilamar” calon lain untuk jadi wakil wali kota Batam.


”Lucu-lucuannya, Veny (panggilan Rekaveny)saya larang untuk menerima ”lamaran” dari siapapun,” tegas Soerya, Sabtu lalu.

Menurut ”Romo”, begitulah Soerya kerap disapa, memang banyak calon wali kota Batam yang ingin berpasangan dengan Rekaveny. Tapi tetap dia tolak. ”Tak usah saya sebut namanya,” jelasnya.

Kenapa dilarang, menurut Soerya ini demi etika politik. Pertimbangan lain, juga masalah integritas pribadi dan keluarga. ”Kami tak igin dicap aji mumpung,” sergahnya.

Namun yang terpenting menurut Soerya, dirinya dan keluarga, hanya ingin memberikan contoh politik yang bagus pada masyarakat Kepri dan Batam, bahwa walaupun dirinya terpilih sebagai wakil gubernur Kepri dan ada jalan bagi Veny untuk ke wali kota/wakil wali kota Batam, dirinya tetap akan minta agar Veny memberikan kesempatan pada kader lainnya.

”Emang ini dinasti, semua serba suka-suka kita,” jelasnya.

Meski melarang maju ke pemilihan wali kota Batam, Soerya tak akan mempermasalahkan keanggotaan Rekaveny di DPRD Kota Batam. Karena ini menyangkut tugas dari partai (PDIP).

”Ya biarin aja. Tapi saat acara resmi, kita akan minta izin ke DPRD untuk mendampingi. Membagi waktu-lah,” ujarnya.

Lalu apa tanggapan Rekaveny soal larangan dirinya maju ke Pilwako Batam? Dia mengaku sependapat dengan suaminya.

”Sebenarnya saya merasa tersanjung dan berterima kasih. Tapi saya belum mau dulu,” ujar alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini.

Menurut Rekaveny, dia merasa kurang nyaman dengan posisinya saat ini untuk maju di Pilwako Batam. ”Pak Soerya kan baru terpiluih jadi wagub. Nanti apa kata masyarakat,” jelasnya.

Lagipula dia belum ada ambisi menjadi wali kota, ”Entahlah nanti, lima tahun ke depan,” tegasnya.

Bagi Rekaveny, posisinya sekarang sebagai anggota dewan sudah cukup. Apalagi nanti, jadwal dia akan sangat disibukkan sebagai pembina PKK dan Darmawanita Provinsi Kepri.

Karena itulah, Rekaveny berniat mundur dari Sekretaris Komisi II DPRD Kota Batam. Dia akan menyerahkan jabatannya itu pada rekannya, se-fraksi. ”Soal ini nanti kita lihat situasi dan kondisinya lah. Kalau memungkinkan saya lanjut, tapi kalau tidak saya akan lepas,” jelasnya.

Potensi Rekaveny untuk mendulang suara di Pilwako Batam cukup bagus. Selain pengaruh suaminya, Soerya Respationo, kegiatan sosial Rekaveny sendiri selama ini juga sudah banyak dikenal, baik selama memimpin Persatuan Istri Dewan (Piswan) Batam, juga dalam aktivitas amal dan kerohanian, seperti pengajian.

Jumat, 13 Agustus 2010

Ayo Perbanyak Baca Quran

Ada kejutan saat salat Jumat Masjid Raya Batam, kemarin. Wali Kota Batam Ahmad Dahlan tampil sebagai khatib.


Berbusana putih-putih dengan peci hitam, dia mentap mengurai makna puasa.

Ada tiga poin yang disampaikan wali kota. Namun semuanya sudah sering kita dengar oleh para ulama. Misalnya tentang manfaat puasa, serta keistimewaan bulan Ramadan itu sendiri.

"Di Ramadan inilah Al-Quran diturunkan dan di Ramadan ini pulalah kemerdekaan kita diproklamasikan," urainya di hadapan jamaah yang mendengar dengan takzim.

Selain itu juga Dahlan mengimbau agar puasa dan rangkaian ibadahnya, seperti taraweh dan lain-lain, tak hanya dijalankan secara rutinitas belaka.

"Giatkan pula membaca Al Quran. tadarus," anjurnya.

Dia mencontohkan betapa di negara-negara timur tengah, Asia Tengah bahkan Afrika, kini tiap hari giat membaca Al Quran.

"Jangan hanya menganjurkan anak-anak saja, sementara kita lupa. Bacalah, meski hanya satu ayat," ujarnya.

Dari rangkaian khutbah ini, yang menarik ketika Dahlan dia mengurai puasa di Amerika. Menurutnya, di negeri Paman Sam itu saat bulan Ramadan disambut cukup baik.

Ramai kaum Muslimin yang berpuasa, juga membawa efek positif bagi warga lain yang non muslim.

Selain itu mereka kagum, umat islam di bulan yang sama, seluruh dunia berpuasa serentak.

Fenomena menarik lainnya adalah, ketika ada yang mengusulkan ada hari menahan diri, yang mencontoh pada puasa Ramadan ini.

Hari menahan diri ini, akan melangkapi beberapa hari yang rutin irayakan/diperingati oleh warga Amerika, seperti Hari Ibu, Hari Kasih Sayang, bahkan Hari Presiden.

"Di hari itu, warganya menyampaikan penghormatan pada presidennya," terang Dahlan.

Karena itulah, tak heran bila di Amerika, kajian-kajian tentang Islam meningkat, sehingga ikut juga menambah pertumbuhan jumlah umat Islam.

Kamis, 12 Agustus 2010

PPN 10 Persen, Musibah bagi Batam

Suwardi bersungut-sungut saat melihat tiga huruf kecil dipojok tagihan teleponnya. "PPN 10%". "Gara-gara ini tagihan telepon saya kian bengkak," ujarnya usai membayar tagihan telepon, kemarin.

PPN atau pajak pertambahan nilai sebesar 10 persen dari total tagihan tersebut, memang baru bulan ini berlaku. Hal ini dirasa memberatkan, utamanya bagi orang yang aktivitas dengan alat telekomunikasinya tinggi, seperti Suwardi.

Warga Tanjungpiayu ini mengaku, tiap bulan dia merogoh kocek minimal Rp300 ribu untuk membayar tagihan ponselnya. Ini baru ponsel, belum lagi telepon rumah, dan penggunaan internet.

Kini semua kena PPN. Kalau Rp500 ribu saja total pengeluarannya, berarti dia harus membayar Rp50 ribu lagi untuk PPN 10 persen. Ini baru pendapatan PPN 10 persen dari satu orang saja, belum dikalikan dengan pelanggan telekomunikasi lainnya di Batam yang jumlahnya mencapai ratusan ribu orang.

"Heran, katanya kita udah FTZ (Free Trade Zone), kok kena PPN lagi," keluhnya.

Keluhan Suwardi ini juga dirasakan Irwansyah, Ketua Fraksi PPP DPRD Kota Batam yang juga Ketua Dewan Pembina Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Provinsi Kepri.

"Ini suatu kemunduran. Ini musibah bagi Batam," ujarnya.

Irwansyah kecewa, karena merasa semua upaya dewan yang sudah mengusahakan UU Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), ditambah upaya bikin promosi, pertemuan-pertemuan dengan pihak Singapira dan sebagainya, tak diindahkan.

Dengan mudahnya, instansi horisontal dalam hal ini Kementerian Keuangan mengenakan PPN. Hal yang tahun 2000 lalu ditentang dan sempat memicu aksi massa besar-besaran di Batam.

"Batam adalah kawasan FTZ, mestinya bebas pajak. Bebas PPN 10 persen," jelasnya.

Menurut Irwansyah, inkonsistensi pemerintah pusat atas penerapan FTZ tampak pada mulai pada impor barang kebutuhan pokok, hingga yang terbaru masalah pemberlakuan PPN pada jasa telekomunikasi dan angkutan udara.

Selanjutnya Irwansyah meminta Dewan Kawasan/Dewan Pengusahaan Kawasan segara bertindak dan protes pada pemerintah pusat. "Serius nggak, pemerintah puisat sama FTZ di Batam. Sepertinya digantung-gantung," ujarnya.

Menurut Irwansyah, masalah PPN ini bisa membuat asumsi investor bahwa aturan di Indonesia tak pernah serius (fix) kian nyata. "Jadi nanti mereka ragu inves di Batam. Ini adalah lampu merah!" jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, pemberlakuan PPN 10 persen untuk jasa telekomunikasi dan angkutan udara ini diatur di pasal 4B, Peraturan menteri Keuangan (PMK) Nomor 240/PMK.03/2009 atas perubahan PMK Nomor 45/PMK.03/2009. PMK ini mulai diberlakukan Juni untuk taguhan Juli 2010.