Selasa, 07 Agustus 2012

Mekah (2)

Jauh sbelum minyak ditemukan, tanah Hijaz Saudi Arabia selalu jadi rebutan negara-negara adikuasa kala itu.
Antara kisra Persia dan Kaisar Romawi. Bahkan lebih mundur lagi, tepatnya di abad 5 SM, di zaman Yunani dan Persia, daerah Arab, secara turun temurun selalu diperebutkan antara dunia timur dan barat.
Pertentangan ini dimulai antara kerajaan Yunani dan Persia, kemudian, masih di abad sebelum Masehi, diwarisi Republik Romawi yang menentang Persia. Pertentangan dua negara adi kuasa ini terus berlanjut dan berubah bentuk, kini antara Kerajaan Romawi-Byzantium di dunia barat, melawan kerajaan Persia di dunia timur.
Sebagaimana yang telah saya sebut di tulisan terdahulu, perebutan tanah Arab ini tak pernah menyentuh Mekah. Dua dua pasukan negara adidaya itu selalu bertempur di daerah perbatasan utara yang subur makmur, seperti Mesopotamia (Irak), Syam (Syiria), dan Palestina.
Selain di kawasan utara (Syam) dua negara besar itu kerap bertempur di kawasan selatan (Yaman) yang juga subur makmur. Dan semua tahu, akhirnya daerah ini menjadi wilayah kekuasaan Romawi.
Hingga kita ketahui, bahwa kawasan selatan (Yaman) jadi provinsi Romawi (kemudian Byzantium), melalui pemerintahan di Habsy/Habsah (Ethiopia). Juga kawasan utara, Syam yang langsung jadi provinsi Romawi. Itulah mengapa Romawi banyak membangun kubu pertahanan, hingga kini peninggalannya masih bisa dilihat.
Dari sinilah kemudian penetrasi budaya dan agama masuk. Termasuk pada pola penanggalan, orang Arab dulu menyesuaikan kalendernya dengan penanggalan Romawi. Utamanya menyesuaikan pada perayaan hari-hari besar keagamaannya.
Ketika Romawi dan Persia berebut daerah jazirah Arab yang subur di utara dan selatan, namun tidak halnya dengan kawasan Arab di tengah, dalam hal ini Mekah, Yastrib (Madinah), Thaif dan sebagainya. Baik romawi dan Persia tak punya cukup nyali untuk mendudukinya.
Padahal sebagaimana di ketahui, selain Syam dan Yaman, Yatsrib juga terkenal sebagai kawasan pertanian yang subur. Masyarakat Yatsrib yang kemudian disebut Madinah, adalah masyarakat agraris yang tentu saja memiliki karakter gotong royong dan kekeluargaan.
Inilah mengapa, saat nabi Hijrah ke Madinah penduduk di sana menerima dengan baik. Beda dengan Mekah yang menjadi daerah bisnis, sehingga masyarakatnya cenderung individualistis karena selalu berkompetisi.
Namun kesuburan Yatsrib ini tak jua bisa ditaklukkan pasukan dua emperium itu. Pasukan mereka tak cukup untuk menundukkan padang gurun dan tebing-tebing Arabia tengah dengan penduduk nomaden (suku Badui), kuat, premordial dan gemar berperang. Hingga akhirnya Romawi dan Persia memiliki pertimbangan sama-sama ingin manfaatkan kawasan Arabia tengah sebagai jalur dagang bebas ke dunia luar, dalam hal ini China dan India.
Karena itulah, mengapa Arabia tengah bebas dari pengaruh asing. Arabia tengah, dalam hal ini Mekah berkembang dengan jati dirinya yang murni. Hal ini jualah yang membuat Rasulullah, tak pernah bertentangan dengan raja-raja sepert nabi-nabi yang lain. Meski kita ketahui, di masa Rasulullah tanah Arab masuk dalam kekuasaan Byzantium (kekaisaran Romawi Timur).
Tidak masuknya penetrasi Asing baik Romawi dan Persia ini membuat juga menguntungkan dari sisi hubungan politik. Arabia tengah pun menjadi tempat yang tepat untuk mendirikan dan mengambangkan new order oleh suatu kekuasaan dalam hal ini kebangkitan Islam.
Dari uraian ini, muaranya adalah bahwa nabi Muhammad memang diturunkan di daerah yang strategis untuk mengembangkan Islam, karena wilayahnya steril dari pendudukan asing.
Hingga kemudian Rasulullah berhasil mengembangkan Islam hingga menaklukkan Byzantium dan Sasania (kerajaan Persia di Ctesiphon atau mada'in/Irak. Penaklukkan ini sebelumnya telah diramalkan dalam Alquran, sebagaimana disebut dalam surah Ar-Rum yang berarti Bangsa Romawi (Bizantium).
Haji Agus Salim dalam kuliahnya di depan mahasiswa Amerika menyebut, kemenangan Rasulullah ini banyak terbantu oleh faktor X tadi. Mungkin kalau boleh saya simpulkan, yang dimaksud faktor ”X” ini adalah extraordinary, sebuah faktor yang luar biasa, faktor ketentuan Yang Maha Kuasa. Di mana Islam memang telah didesain untuk menjadi besar. ***

Tidak ada komentar: