Rabu, 30 Desember 2009

Selamat Jalan Gus Dur


Kepergian mantan presiden KH Abdurrahman Wahid atau disapa Gus Dur, meningglkan duka bagi orang-orang terdekatnya. Termasuk yang berada di Batam. Di antaranya Nyat Kadir dan Abdul Basith Has. Apa kata mereka?





Nyat Kadir tersentak, mandinya sorenya terganggu oleh suara ketukan dari luar. “Pak… Pak… cepat keluar, Gus Dur meninggal…!” pekik Hasyimah, sang istri. Saat itu waktu menunjuk pukul 19.30.

Bergegas Nyat Kadir mengelap badannya. Dengan hanya mengenakan sarung dia buru-buru menyerbu ke arah televise yang saat itu menyiarkan secara langsung bahwa Gus Dur telah meninggal sekitar pukul 18.45 WIB.

“Saya terharu. Tak terasa menitikkan air mata,” ujar Nyat tadi malam.

Nyat memang sangat mengidolakan Gus Dur. Karena loyalitasnya itu dia sempat terjungkal dari kursi ketua PKB Kepri.

“Besok (hari ini, red) saya akan terbang ke Jakarta, melayat Gus Dur. Insyaallah,” tekadnya.

Selanjutnya Nyat mengisahkan kesan-kesannya terhadap seorang Gus Dur. Menurutnya, cucu pendiri Nahdlatul Ulama itu selalu memberikan dorongan moral dan contoh kepemimpinan yang baik.

Kepadanya Gus Dur selalu mengingatkan, bila jadi pemimpin harus merakyat, bela rakyat kecil, dan antidiskriminasi.

“Itu selalu beliau katakan. Setiap kali bertemu selalu begitu. Bagi saya ini adalah pesan emas,” ungkapnya..

Satu lagi yang membikin Nyat kagum pada seorang Gus Dur, tentang ketidak sukaannya pada orang yang memusuhi kelompok minoritas. Karena itulah, Gus Dur juga dihormati oleh setiap golongan.

Nyat berkisah, pernah suatu hari dia naik taksi di Jakarta yang dikemudikan oleh seorang non muslim.

Saat itu Nyat bertanya kesan-kesannya terhadap seorang Gus Dur. Lalu si supir menjawab, bahwa Gus Dur sangat menghargai kelompoknya.

Hal ini dibuktikan ketika ada sekolah non muslim akan digusur pemerintah DKI, Gus Dur turun langsung, mencegah.
“Dia memang lambang bapak yang sangat menghargai keragaman,” ujar Nyat mengenang.

Nyat juga mengisahkan tentang pertemuan terakhirnya dua bulan dengan Gus Dur di Rumah sakit Cipto mangun Kusumo. “Saya diajak oleh Muamir Muinsam, salah satu pengurus PKB, untuk menjenguk gusdur sedang sakit,” akunya.

Saat Nyat minta restu maju di pemilihan gubernur Kepri, Gus Dur langsung menyatakan dukungannya. “Oke, Pak Nyat, saya dukung Anda, Anda layak,” jelasnya.

Dan yang sangat mengharukan, Gus Dur mau datang ke Batam saat kampanye nanti, walaupun hanya selangkah, selepas itu langsung pulang.

Lalu Gus Dur bertanya pada Nyat,
“Kapan pilgub?”
“Saya bilang sekitar bulan Juni, Gus”.
“Wah masih lama ya…”

Selanjutnya, mereka terlibat perbincangan santai. Seperti biasa, Gus Dur banyak melemparkan banyolan.


Selain Nyat Kadir, Abdul Basith Has juga terkejut saat mengetahui Gus Dur telah berpulang. Basith adalah juga loyalis Gus Dur yang tersingkir dari PKB.

“Gus Dur orang hebat. Dia bapak bangsa. Sungguh ini merupakan peristiwa besar yang terjadi menjelang awal tahun baru,” jelas basit kepada koran ini, tadi malam.

Basit mengaku mendapat kabar meninggalnya Gus Dur via telepon, sekitar pukul 18.50. Sore itu, dia tengah bercengkrama soal pendidikan bagi anak-anak Hinterland di teras Sekolah binaannya, Hang Nadim Malay School, Tiban.

“Saya sangat kaget, tak terasa air mata menitik. Langsung saya telepon kawan-kawan di beberapa DPW PKB. Mereka ternyata mengiyakan akan kebenaran berita ini,” jelasnya.

Setelah Gus Dur wafat, Basith mengaku sangat kehilangan seorang panutan. “Gus Dur itu orang hebat dan bersahaja. Saya merasa tenang dan sejuk bila bersamanya,” jelasnya.

Dan yang paling dikagumi Basith, adalah tentang sifat Gus Dur yang selalu berbicara tentang bangsa, bagaimana menjadi masyarakat yang jujur untuk rakyat dan negara. Dia tak pernah berbicara tentang ke-akuan-nya, diri sendiri dan keluarganya.

Pernah tiga tahun lalu Basith menginap di rumah Gus Dur di Ciganjur. Jelang subuh, tiba-tiba Gus Dur, dengan masih memakai celana pendek dan baju tidur, datang padanya lalu dengan antusias berbicara tentang bagaimana masyarakat Kepri, termasuk soal Penyengat, sebagai tempat cikal bakal bahasa Indonesia, wujud bahasa melayu, hingga Raja Ali Haji.

“Saya sangat trenyuh. Dalam kondisi yang kurang sehat, Gus Dur masih sempat memikirkan orang lain, sementara kita yang masih segar begini masih saja memikirkan diri sendiri,” jelas Basith, yang bersiap akan melawat ke Jakarta pada hari ini.

Kepergian Gus Dur juga membuat keluarga besar NU berduka. Gus Dur memang bapak bangsa dan sangat luar biasa, semuanya mutiara,” ujar Khairul Saleh, Ketua Pengurus Cabang (PC) NU Batam.

Menurut Khairul, Gus Dur tak hanya diakui masyarakat Indonesia atau keluarga besar NU semata, tapi juga dunia.

“Apa yang beluau perjuangkan dan wujudkan, akan terus kita lanjutkan sampai kapanpun,” tekadnya.

Dan kesan yang kini masih melekat bagi Khairul, akan kelebihan Gus Dur yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran orang lain. Setidaknya ini telah dia alami saat ada acara PKB di Surabaya, 2 tahun lalu.

Saat itu, sebelum peserta bertanya apakah Gus Dur punya masalah dengan Saifullah Yusuf (kini wakil Gubernur Jawa Timur), Gus Dur sudah menjawabnya. “Kok bisa tahu ya? Luar biasa,” katanya.

Terkait wafatnya Gus Dur ini, Khairul mengundang semua masyarakat Batam malam nanti, habis salat magrib, berdoa bersama di Masjid raya Batam. “Nanti kita salat ghaib bersama, dan tahlilan,” ujarnya.

Imbauan serupa dilontarkan Ketua PKB Batam Rudi SE.

Rudi yang kini duduk di DPRD Batam ini, juga mengagumi sosok Gus Dur, terutama soal daya pikirnya yang kritis dan terus terang. Berbicara tanpa ada beban apapun. Yang dia anggap itu benar, pasti dijalankan tak peduli rintangan di depan.

“Gus Dur itu spontanitas. Bila dia anggap benar langsung dipuji, bila salah langsung ditegur. Ini sangat bagus, tak ada kata dendam,” tutupnya.

Jumat, 18 Desember 2009

Manusia Wajib atau Haram?

Ada lima jenis manusia, ada yang (1) wajib, (2) sunnah, (3) makruh, (4) mubah, dan (5) haram. Termasuk di manakah kita?

Ini adalah ilmu lama yang saya petik kala Emha Ainun Najib dengan Kiai Kanjeng-nya, melakukan pementasan di Bawean. Saat itu -kalau tidak salah- tahun 1995.

Emha mengurai, jenis manusia yang wajib adalah manusia yang sangat dicintai. Kehadirannya sangat diharapkan karena membawa manfaat bagi sekelilingnya. Bila dia ada, orang-orang sekelilingnya merasa senang dan tenang. Tapi bila dia tak ada, orang-orang merasakan kehilangan yang amat hebat. Sehingga mereka sibuk menanyakan di manakah gerangan dianya berada.

Masyaallah... Alangkah indahnya bila kita masuk dalam manusia tipe seperti ini. Kiranya, hanya Rasulullah sajalah yang berada di golongan ini.

Adapun manusia tipe sunnah, adalah manusia yang kehadirannya juga sangat diharapkan dan disukai. Dia juga dicintai, karena kehadirannya bisa membuat orang lebih baik. Namun bila dia tak ada, ya tak apa-apa.

Tipe ketiga, manusia makruh. Kehadirannya tak begitu membawa pengaruh dan manfaat, namun juga tak mengganggu. Tapi lebih baiklah bila dia tak ada. Namun sekali lagi, manusia tipe ini cuma sekadar pelengkap saja.

Beda halnya dengan manusia tipe mubah. Ini ada atau tidaknya, tak memberi pengaruh apa-apa. Ada tak apa-apa, tidakpun juga tak apa-apa. Saking terlalu umumnya, kadang orang tak tahu apakah dia ada atau tidak.

Namun yang paling buruk adalah manusia tipe haram. Manusia ini ini sangat dibenci. Kehadirannya hanya membikin suasana sekelilingnya tak tenang dan horor.

Kebalikan dengan manusia wajib, bila manusia haram ini muncul orang-orang merasa terancam. Sehingga orang berharap agar dia tak pernah ada di muka bumi. Saking tak disukainya, orang-orangpun akan menyingkir, tiap kali dia akan datang. Jangankan mau bersahabat, mendekat saja orang tidak mau. karena takut ketularan sial.

Dari uraian ini, termasuk di manakah kita? Apakah kita masuk dalam golongan manusia wajib, sunnah, makruh, mubah, atau mungkin, nauzubillahiminzalik, manusia haram?

Bila ini terlalu luas, marilah kita persempit ke ruang peran (role) kita. Bila kita seorang suami, istri, pedagang, profesional, pemimpin dan sebagainya, termasuk golongan manakah kita?

Apakah kita masuk dalam golongan manusia wajib, sunnah, makruh, mubah, atau mungkin, nauzubillahiminzalik, manusia haram?

Semua kita, tentu ingin masuk dalam golongan yang wajib, atau paling tidak sunnah. Karena tentu alangkah sialnya kita bila ternyata masuk dalam golongan manusia haram. Karena ini adalah seburuk-buruknya golongan, lebih buruk dari setan.

Dan, aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.

Selasa, 15 Desember 2009

Pemimpin Tolol dan Pembisik Licik

Sebenarnya bagaimana hubungan antara pemimpin dan pembisik? CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo, cukup bagus mengupasnya.

Dari dulu cerita tentang atasan dan bawahan tak pernah habis. Ribuan buku ditulis untuk menjelaskan bagaimana menjadi pimpinan yang benar.

Ilmu dan cerita tak pernah habis karena kepemimpinan mengelola manusia, bukan barang. Barang mudah digeser, bahkan dibuang. Sementara, manusia belum tentu mudah digerakkan.

Tidak mudah digerakkan karena pada dasarnya hubungan antarmanusia tergantung dari kuat lemahnya posisi tawar-menawar seseorang terhadap orang lain. Kalau posisi kuat, dia cenderung menguasai lawan dengan kebenarannya sendiri. Kalau posisi lemah, dia cenderung ikut lawan yang lebih kuat, kendati dia tahu seharusnya dia tidak perlu serta-merta mengikuti lawannya itu.

Urusan atasan bawahan juga sama. Posisi tawar atasan lemah bila bawahannya memegang kunci-kunci penting dalam pekerjaan yang mungkin tidak dikuasai atasannya. Kunci itu bisa berupa keterampilan dan keahlian menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga karena rahasia pribadi yang dipegang anak buah.

Namun, secara umum posisi tawar atasan biasanya lebih kuat dibandingkan dengan anak buah. Atasan yang mejanya kosong, duduk memejamkan mata sambil memegang keningnya hingga berkerut, akan disebut pimpinan yang sedang mencari inspirasi. Dengan acting seperti ini, pimpinan dianggap sedang berpikir keras bagaimana mengatur strategi jitu untuk kemajuan perusahaan. Padahal, dia benar-benar tertidur.

Sebaliknya, kalau bawahan duduk termenung di mejanya sambil memegang keningnya, apalagi bila matanya terpejam, dia berpotensi mendapat hardik, karena akan dianggap malas, suka melamun, atau bahkan kerjanya hanya mengantuk.

Demikian halnya kalau pimpinan ragu dan butuh waktu lama mengambil keputusan, dia mungkin akan dikatakan pimpinan yang berhati-hati. Keputusan harus dipertimbangkan dengan masak, cermat, dan tidak gegabah. Tetapi, kalau bawahan lama tidak mengeksekusi pekerjaan, dia akan dibilang lambat, tidak cekatan, dan kurang dinamis.

Pimpinan cenderung selalu benar. Kendati demikian, kebenaran itu seringkali ditentukan oleh para pembisik. Kalaupun pimpinan melakukan kesalahan, orang di sekelilingnya akan mencarikan rasionalisasi, dibuat seakan masuk akal, bahkan dibangunkan alasan pembenarannya.

Oleh karena itu, seorang pimpinan berpotensi masuk perangkap pembisik dan orang-orang pada ring satu, atau penjilat pada lingkaran terkecilnya. Ketika ada suara berisik di luar kantor karena demo menuntut kenaikan gaji, bisa jadi pembisik akan bilang: “Tenang Boss, keadaan sudah saya amankan, sekarang sudah kondusif dan terkendali.”

Namun, tidak tertutup kemungkinan terjadi sebaliknya. Ketika ada tiga–empat orang yang biasanya vokal dan berseberangan pandangan kelihatan bertemu di restoran, maka bisa jadi pembisik langsung lapor ke pimpinan: “Wah, gawat, Bos, hati-hati, kelompok pembangkang sedang merencanakan makar.

”Kemudian, situasi didramatisasi dan dibuat begitu mencekam. Dan, ujung-ujungnya prestasi buat pembisik karena dia akan bilang: “Tenang, Bos, keadaan sudah saya amankan, sekarang sudah kondusif dan terkendali.” Padahal, memang mungkin tak ada sesuatu yang layak dirisaukan.

Jadi, siapa lebih berkuasa, pimpinan atau pembisik?

Senin, 14 Desember 2009

Profesionalisme dan Kendalanya

”Kalau kerja yang Profesional dong!”
Pekikan seorang ibu terdengar, di depan sebuah loket pelayanan umum.
Profesional, ”mahluk macam apakah ini?


Kalau dari etimologisnya, profesional mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional (Longman, 1987).

Dari sini sudah jelaslah, bahwa bukan sembarang pekerjaan disebut profesi dan pelakunya adalah profesional yang memiliki profesionalisme. Misalnya tukang becak, tukang ojek, pengemis, ini bukan profesi, namun bisa disebut dengan pekerjaan atau keterampilan skill saja.

Beda dengan dokter, wartawan guru dan jabatan instansi pemerintah dan swasta. Semua memerlukan kepandaian khusus, dan kajian yang khusus pula. Dengan demikian dalam pelaksanaannya selalu diatur atau diawasi dengan aturan (undang-undang) khusus juga.

Setelah muter-muter di atas, lalu apa sebenarnya esensi dari profesional itu? Saya punya jawaban sederhana saja. Seorang profesional adalah orang yang mampu membuat orang lain nyaman. Itu saja.

Misalnya pedagang yang profesional, mereka harus membuat konsumennya nyaman dan terbantu. Begitu juga dokter, wartawan, birokrat dan lain sebagainya. Semua harus membuat orang yang dilayaninya nyaman dan terbantu, sehingga mereka merasa hommy dan cozy.

Karena hakikatnya , profesi itu ada untuk membuat dan membantu orang agar nyaman.

Hal ini juga berlaku pada para pelaksananya (person) dari profesi itu sendiri. Misal, seorang atasan dinilai profesional bila dia bisa membuat suasana kerja (bawahan) tenang dan nyaman. Bukan sebaliknya, tegang dan mencekam.

Situasi sterss kadang membuat komunikasi kita jadi offensive. Ini wajar saja terjadi. Namun sebagai seorang pemimpin, jangan sampai hal ini menjadi bumerang. Karena seorang pemimpin harus mampu memberikan ketentraman, ketenangan bagi orang yang dipimpinnya.

Demikian pula sebaliknya, seorang bawahan bisa dikatakan profesional adalah yang mempu membuat nyaman rekan setim dan atasannya. Tugas-tugas jadi lancar. Bukan malah sebaliknya, suka kasak-kusuk, menjilat untuk menutupi ketidakmampuannya.

Lalu apa hambatan profesionalisme di tempat kerja? Tak lain dan tak bukan adalah, komunikasi yang buruk.

Ah, kalau hanya itu, semua juga sudah tahu.

Memang benar, namun apakah sudah dilaksanakan? Karena kadang kita banyak tahu, namun melaksanakannya susahnya minta ampun. Mirip melaksanakan salat, sudah tahu dosa masih aja dilanggar.

Sebelum mengurai bagaimana itu komunikasi yang buruk, tentunya kita harus paham apa itu komunikasi. Komunikasi berasal dari kata komunis, artinya sama. Penjabarannya, dengan berkomunikasi kita mencaripersamaan persepsi, melalui pelepasan simbol-simbol yang kita sebut bahasa.

Agar komunikasi berjalan baik, antara pelempar dan penerima pesan harus ada kesepakatan. Bila ada yang satu berbicara yang satu harus mendengar, dan sebaliknya.

Jangan lupa, orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara.

Dalam skala besar, agar komunikasi berjalan baik maka semua arahnya harus aktifkan. Apakah itu dari atas ke bawah, bari bawah ke atas, atau saling silang.

Bila semua hal tersebut tak bisa tercapai maka bisa dikatakan bahwa komunikasi yang sedang terjadi masuk dalam katagori buruk. Berikut saya paparkan beberapa contoh komunikasi yang buruk, antara lain,

1. Mau menang sendiri. berhadapan dengan manusia semacam ini repot juga. Jika dibiarkan, pendapatnya dapat menyesatkan, namun bila diluruskan malah menyulut perang. Serba salah.

Khusus uraian ini, rekan saya punya pengalaman dengan hal ini. Suatu gurunya bertanya di kelas, gunung apa yang tertinggi di dunia. rekan saya menjawab, ”Everest”. Ternyata jawaban ini disalahkan. menurut si guru, gunung tertinggi di dunia adalah Himalaya. Tentu saja rekan saya protes, karena merasa yakin dengan jawabannya. Namun, si guru merasa tersinggung malah marah lalu melecehkan rekan saya itu.

2. Komunikasi yang buruk juga bisa berbentuk marah bila dikritik. Jangankan dikritik, diberi masukan saja sudah emosi. Seolah saat mendengar saran, merasa dirinya direndahkan, kewibawaannya runtuh. Bahkan, merasa seolah jabatannya mau dirampas saja. Emang siapa yang mau merampas? Mungkin yang bersangkutan terlalu banyak nonton sinetron, sehingga pola pikirnya terbentuk seperti itu.

3. Lebih mengedepankan prasangka buruk dari pada open mind. Mungkin pikirannya terpengaruh kisah-kisah detektif dan konspirasi politik. Bila ada yang kritis dianggap punya niat buruk, konspirasi yang jahat dan sebagainya.

4. Tak menghargai hak kekayaan intelektual rekan sekerjanya, mulutnya nyinyir, suka merendahkan. Kadang ada rekannya yang kesusahan, bukannya dibantu, malah dinistakan.

5. Ciri komunikasi buruk lain adalah kasar. Ngomong dengan rekan sekerja bak ngomong dengan budak belian saja. Lama-lama situasi ini menimbulkan gesekan latent, ibarat gunung api, dipicu sedikit siap meledak.

Semua ciri tersebut ditunjang oleh kualitas kejiwaan dan kepribadian seseorang. Karena semuanya ini muncul akibat rasa ego yang besar, sombong, arogansi sektoral, merasa paling hebat, merasa paling benar, angkuh, takabbur merasa sudah jadi Tuhan.

Bila demikian, jangan bingung bila banyak masalah yang timbul, tak usah heran bila situasi kerja tak kondusif. Tak usah terlalu banyak tanya, mengapa profesionalisme itu hilang seketika.

Kamis, 10 Desember 2009

Nasib Ban Serap

Saya dilanda kecemasan yang sangat hebat, mana kala ban mobil belakang saya kempes. Waduh, terpaksa pontang panting cari tukang tambal ban. Mana setengah jam lagi, mau bertemu seseorang lagi.


Karena sudah kesuntukan masa, pelan-pelan, saya kendarai juga mobil ini. Menyeret ban belakang yang kempes itu. Saat tiu, saya seolah merasakan betapa deritanya ban kempes tersebut. Drukkkk… drukkk… druk…

Tak lama, sampai juga pada kios tambal ban, milik orang batak, sebelah rumah makan babi panggang yang mangkal di depan Mako Pangkalan AL, Batam.

Untung pas sepi pula, jadi langsung dilayani.

“Bah, sepertinya susah nih Pak, bocornya sudah kena pinggir,” kesannya setelah memeriksa ban belakang mobil saya.

“Jadi gimana dong?” saya kebingungan.

“Apa Bapak punya ban serap?”

“Ban serap? Astaga, iya saya punya,” jawab saya, lalu membuka bagian dasar bagasi.

“Nah ini dia pak. Waduh kok bisa sampai lupa begini ya?” seloroh saya.

“Kondisinya bagaimana Pak?” tanya sang tukang tambal ban.

“Oh, saya tak tahu. Sayapun lupa apa ban ini masih baik atau tidak,”

Mendengar jawaban saya itu, sang tukang tambal ban garuk-garuk kepala. Satu dua helai ubannya pun menyembul saat jarinya menusuk sela-sela rambuntnya itu.

“Pak, meski ban serap harus jugalah diperhatikan dan dirawat. Karena suatu saat justru inilah yang jadi penyelamat. Inilah yang akan menggantikan posisi bila ban utama bocor dan tipis,” nasihatnya.

Menarik juga filosofi ban serap si bapak ini. Meski ban serap harus jugalah diperhatikandan dirawat. Karena suatu saat justru inilah yang jadi penyelamat. Inilah yang akan menggantikan posisi bila ban utama bocor dan tipis.

Oh, betapa lalimnya saya. Seandainya saja ban serap ini bisa ngomong, tentu dia akan protes berat diperlakukan seperti ini. Hanya diambil perlunya saja, setelah itu dicampakkan bagai sampah tak berarti. Untunglah ban serap ini tak punya hati dan rasa seperti manusia.

“Pak… Pak…” suara si tikng tambal ban membuyarkan lamunan.

“Bapak beruntung, ban serapnya masih bagus.”

Saya menghela nafas panjang, ah syukurlah. “Ya udah, langsung dipasang aja,” ujar saya.

Tak lama, tangan-tangan terampil si tukang beraksi. Mobil sayapun kini bisa digunakan.

“Bagaimana ban yang bocor ini Pak? Mau ditambal enggak?”

“Ah, biarin dulu lah. Saya keburu-buru, taruh aja kembali di tempat ban serap tadi,” pinta saya.

Setelah semua rampung, saya pun tancap gas. Dalam benak selalu berbisik, “Ingat, kamu membawa ban serap yang bocor.”

Brita Prita

Prita Mulyasari. Wah, siapa yang tak mengenal nama ini. Sosoknya belakangan ini sudah setara dengan artis papan atas.


Prita adalah sebuah sosok baru yang muncul dari sebuah lakon baru di negeri telenovela ini, menyusul kesuksesan "seniornya", seperti Inul daratista, Maria Eva,
Rhani Juliani dan Manohara.

Terus terang, saya sangat bersimpati dengan derita Prita, seorang ibu rumah tangga yang dijerat hukum hanya gara-gara curhat melalui email kepada rekannya, tentang pelayanan dokter Rumah Sakit Omni Internasional.

Tentu saja, nasibnya mendapat simpati dari para peselancar dunia maya, hingga akhirnya membuat sebuah gerakan di jejaring sosial yang mengundang beragam tangapan simpati dari semua pihak, termasuk para politisi top negeri ini.

Akhirnya, kasus Prita berakhir damai. Namun baru-baru ini, dia digugat secara perdata dan harus membayar denda Rp204 juta. Sungguh terlalu.

Simpatipun kembali datang, bahkan kali ini lebih dahsayat. Adalah seorang blogger yang menggalang dukungan dengan mengumpulkan sumbangan koin untuk Prita.

Bak dikomando, rakyat di negeri yang memang sangat penuh kasih ini, kembali menyumbang. Di mana-mana, koin untuk Prita pun terkumpul.

Hingga satu minggu, jangankan hanya Rp204 juta, malah sudah menyentuh angka Rp500 juta. Luar biasa.

Ini adalah sebuah fenomena, bahwa perhatian kecil mampu membuat sebuah perubahan. Dan memang, akhir-akhir ini terbersit kabar, RS Omni akan mencabut gugatan perdatanya itu.

Inilah sebenarnya substansi kasus tersebut. Sekali lagi, saya sangat bersimpati.

Namun, akhir-akhir ini rasa simpati ini agak sedikit tergerogoti, manakala Prita mulai -sadar atrau tidak- menikmati popularitasnya tersebut. Lihat saja, akhir-akhir ini Prita sering tampil di televisi, koran dan majalah.

Pagi lihat Prita nangis, siang lihat Prita nangis, malam lihat Prita nangis.

Bukan di segmen straight news, namun sudah yang sangat pribadi. Hingga akhirnya keluarganyapun diboyong ke layar kaca. Jauh dari kupasan alur kasus yang terjadi.

Inilah yang membuat simpati saya luntur. Ternyata, saya tak sendiri. saat ini sudah mulai muncul keluhan atas tingkah Prita yang mulai menikmati popularitas ini. Tanggapan miring pun mulai timbul.

"Wah enak ya Prita, udah kaya dia. Modal gitu doang dapat Rp500 juta!"

Ada lagi yang bilang, "Prita itu aslinya kan orang berkecukupan, kenapa bukan nenek yang divonis mencuri kakao saja yang dibantu? Orang yang benar-benar miskin." Dan lain-lain.

Memang sih, Prita mengatakan akan menyumbang uang tersebut pada orang kecil yang tertindas, namun terlalu besarnya dia menikmati popularitas membuat orang lain agak risih.

Dari kasus ini, mestinya Prita harus mampu membatasi diri dengan hanya muncul saat momen berita langsung saja. Muncul, karena memang harus muncul. Karena bagaimanapun, popularitas itu bagai pisau bermata dua.

Mestinya juga, dia mau belajar dari kasus Inul, Maria Eva, bahkan terakhir Manohara.

Jangan sampai nantinya, masyarakat yang bosan melihat terlalu banyaknya Prita tampil, malah balik bersimpati pada Rumah sakit Omni Internasional.

Karena di negeri telenovela ini, apapun bisa berbalik. RS Omni jika terlalu lama jadi under dog, terlalu lama dijelek-jelekkan, maka semakin besar juga porsinya memenangkan hari rakyat.

Sementara Prita jika terlena, menikmati popularitasnya, terlalu lama menerima sanjungan, peluang kalahnya juga menganga.

Inilah sebenarnya aturan main pencitraan.

Saya rasa itu tak akan terlalu sulit, jika RS Omni mampu memainkan perlombaan memenangkan hati atau simpati masyarakat ini.

Too much love (popularity) will kill you.

Minggu, 06 Desember 2009

Rumah Terakhir

Bila anda sebagai tukang sapu, menyapulah seperti layaknya Michael Angelo melukis, atau Shakspeare saat menulis sastra. Menyapulah, sehingga saking bersihnya, para Malaikat pun sungkan mau melintas di jalan yang Anda sapu.

Ada sebuah kisah hikmah yang menarik terkait prolog di atas.

Dikisahkan, ada seorang arsitek jempolan. Karya-karyanya amatlah bagus, sehingga membikin kagum siapa saja. Termasuk, tentu saja, para atasannya sendiri.

Hingga di suatu masa, senja sudah usia sang arsitek itu. Maka, menghadaplah dia pada sang bos, menyampaikan maksud ingin mengundurkan diri. ”Saya sudah tua Pak,” alasannya.

Mendengar ini, sang Bos pun maklum. Namun sebelum sang arsitek mengundurkan diri, bosnya punya satu permintaan lain. ”Saya ingin Anda mengerjakan sebuah rumah. Ini rumah terakhir yang Anda kerjakan sebelum Anda keluar,” pintanya. Sang arsitek pun menyanggupinya.

Selanjutnya, mulailah dia mengetrjakan permintaan bosnya itu. Namun semangat kali ini berbeda dengan sebelumnya. Jika dulu dia sangat teliti, kini asal-asalan. Bahan-bahan yang dipilih, kontrol yang dilakukan pun sangat kurang baik. Tak heranlah bila rumah itu selesai sebelum waktunya.

”Ah, untuk apa saya kerjakan dengan baik, toh sebentar lagi saya akan keluar dari perusahaan ini,” pikirnya.

Setelah pekerjaannay usai, maka menghadaplah sang arsitek ini ke ruang bosnya.
”Pak, pesanan rumah terakhir sudah selesai saya kerjakan,” ujarnya sembari menyerahkan kunci rumah tersebut
”Oh, begitu ya... Terimakasih sekali lagi saya ucapkan. Ini di luar dugaan saya, bisa selesai dengan cepat,” jawab si bos.

Hingga akhirnya, hati si arsitek terguncang manakala si bos mengatakan, bahwa sebenarnya rumah terakhir itu diperuntukkan untuk dirinya, sebagai penghargaan perusahaan atas dedikasinya selama ini. ”Ini, ambillah kembali kunci ini. Nah, selamat menikmati rumah baru Anda,” jelas si Bos.

Si arsitekpun terdiam. Lalu air matanya menetes. Dia menangis. ”Oh... Pak, alangkah malunya saya. Mengapa di saat terakhir kali saya bekerja, saya tak melakukan dengan baik?” sesalnya.

Hikmah dari kisah ini, bekerjalah dengan selalu memberikan hal yang terbaik.

Quo Vadis Visit Batam 2010

Apa yang membuat Anda tertarik datang ke Batam, sehingga Anda memilih daerah ini sebagai tujuan wisata Anda?


Ingin lihat jembatan kabel?
Ah, daerah lain juga ada. Bahkan di Madura jembatannya lebih panjang.

Tertarik karena barang murahnya, khususnya elektronik?
Ah, coba pikirkan lagi. Mana murah dengan yang ada di Tanah Abang atau Glodog, Jakarta?

Ingin melakukan wisata kuliner?
Wah, di Medan lebih kaya akan hal ini.

Mall-nya bagus-bagus?
Ini lagi, di daerah lain mall juga sudah menjamur.

Lalu apa dong? Apa yang membuat para wisatawan itu tertarik mengunjungi daerah ini? Karena Batam saat ini, sudah berbeda jauh dengan Batam masa lalu. Di mana semua keistimewaan ada di sini.

Dulu mungkin orang ingin ke Batam karena tergiur membeli makanan murah dari luar negeri, seperti coklat, kosmetik hingga parfum. Atau juga ingin membeli barang elektronik dan mungkin sekadar mengundi nasib, lalu larut dalam gairah malam.

Namun kini, semua keistimewaan itu banyak hilang. Sedangkan potensi wisata lainnya, belum digarap maksimal.

Saat semua mulai diperhatikan, seiring dengan itu pula, daerah-daerah lain kian giat-giatnya, mempercantik diri, membangun, membuka dan mempromosikan potensi wisatanya masing-masing.

Akibat dahsyatnya daerah lain menggali potensi wisata ini, kini wisatawan luar dan lokal makin memiliki variasi dalam memilih tujuan wisatanya. Bahkan kini, posisi Bali sebagai tujuan utama wisatawan mulai bergeser.

Hal ini juga diakui Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam, Guntur Sakti. Menurutnya, membranding Batam saat ini jauh lebih sulit. Karena keistimewaan yang ada sudah banyak yang hilang.

”Kita tak bisa lagi hanya memanfaatkan gift yang ada, seperti kedekatan dengan Singapura dan Malaysia,” ujarnya.

Sementara untuk mengembalikan semua keistimewaan Batam, perlu regulasi khusus jauh di luar kewenangannya.

Untuk menjawab pertanyaan apa yang membuat wisatawan tertarik datang ke Batam, Guntur bersama tim Visit Batam mengaku telah membuat beragam terobosan. Karena untuk menarik wisatawan saat ini tak bisa lagi hanya mengandalkan event semata. Harus lebih dari itu.

Apa itu?

Mantan Camat Batuampar ini mengatakan, di dalamnya harus ada rencana strategis proghram visit Batam 2010 yang pendekatannya dilakukan melalui empat sektor, penataan infrastruktur (semisal jalan raya, pedestrian, lampu jalan dan sebagainya), penataan obyek, peningkatan kualitas dan kuantitas event, dan sosialisasi dan promosi.

Ditambah lagi dengan melakukan revitalisasi kawasan yang memiliki potensi wisata, dan daya saing yang bagus.

Dia mencontohkan, pesona Jodoh dan Nagoya yang kian sirna. Padahal dulu kawasan ini menjadi tujuan utama wisatawan ke Batam. ”Ini tak boleh terjadi dan harus segera diselamatkan,” tegasnya.

Hal inilah yang harus direvitalisasi. Untuk kembali membuatnya bersinar, perlu dilakukan berbagai perbaikan, khususnya terkait infrastruktur. Jalan jangan ada yang rusak, lampu-lampu juga harus tertata rapi.

”Sekarang bagaimana wisatawan mau datang ke Jodoh, jika di malam hari menjelma jadi kawasan horor, akibat tak ada lampu penerang jalan dalam kawasan-kawasan ruko yang memang menjadi sentra perdagangan adn bisnis,” jelasnya.

Selain itu bagaimana membuat keistimewaan daerah itu muncul kembali. Misalnya, ada kampung bule di belakang Hotel Harmoni, Nagoya. ”Mengapa ini tak kita poles sehingga menjadi potensi wisata?” jelasnya.

Dari penjelasan Guntur ini, jelaslah sudah, bahwa sebenarnya lini depan untuk membantu program pariwisatanya, berada pada teman-temannya sendiri di dalam ”kabinet” Ahmad Dahlan. Kalau para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) itu mau membantu, pasti semua akan beres.

Misalnya, Kepala Dinas PU dan Dinas Perhubungan harus bersungguh-sungguh menjaga kondisi jalan dan lampu, dan kondisi transportasinya.

Kepala Dinas Tata Kota harus menjaga kecantikan lingkungan, Kepala Dinas Pasar dan Pertamanan harus giat mengontrol kebersihan, Kepala Satpol PP harus menjaga ketentraman dan lain sebagainya.

Kalau semuanya berjalan baik, kota jadi cantik, maka akan lebih mudah menjualnya. Karena, hakikatnya Dinas Pariwisata adalah dinas penerima manfaat dari kinerja dinas-dinas lainnya.

”Oh, sudah, sudah saya lakukan itu,” tegas mantan Sekretaris DPRD Kota Batam 2004-2009 ini.

Menurutnya, saat baru saja dilantik sebagai Kepala Dinas Pariwisata, langkah awal yang dilakukan dengan melakukan rapat sinkronisasi program antara SKPD penunjang pariwisata.

Setelah dicapai, hal tersebut dituangkan dalam rencana strategis Visit Batam 2010 disejalankan juga dengan rencana induk pariwisata daerah, dan rencana pembanmgunan jangka menengah daerah (RPJMD).

”Renstra ini sudah dipresentasikan saat pengyukuhan dan rapat koordinasi tim visit Batam 2010. Beberapa diantaranya telah terpublikasi juga di media,” ungkapnya.

Selanjutnya dia berharap, mudah-mudahan mendapat dukungan penuh dari DPRD Kota Batam di dalam proses pembahasan anggaran ini.

Namun Guntur bersama timnya menambahkan, untuk menyukseskan Visit Batam 2010 ini, tak bisa hanya diserahkan pada pihaknya saja. Partisipasi warga yang sadar wisata mutlak diperlukan.

”Indikasinya bertegur sapa yang baik, khususnya pada para wisatawan,” ujar suami Rosmiati ini.

Khusus karyawan atau karyawati yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik, dia mengimbau mau berpartisipasi dengan memasang pin atau bordir logo Visit Batam 2010. ”Saya rasa ini sudah membantu menciptakan iklim wisata yang baik,” ujarnya.

Jadi, kalaulah visit Batam 2010 ini dianggap sebagai wabah, maka Guntur berharap virusnya betul-betul menjalar ke seluruh elemen masyarakat. Dalam attian, persepsi, komitmen, dan energinya sama dalam menyukseskannya.

Pada Suatu Ketika

Sejak mendapat fitnah keji oleh rekan seiring, 5 tahun lalu, saya jadi sangat protective saat berkomunikasi dengan orang lain. Paranoid, sedikit. Meski sikap ini tak membikin saya aman dari sasaran fitnah, gosip dan lain sebagainya itu, paling tidak bisa mengurangi saja.


Hingga di suatu ketika sat saya baru mendapat promosi, seorang rekan, vice presiden sebuah perusahaan operator telekomunikasi raksasa di Jakarta datang bertandang.

Jauh-jauh ratusan mil menemui saya, rupanya dia hanya ingin berbagi tips saja.

”Pada suatu masa nanti, kamu pasti akan mengalaminya.”

”Apa itu, Mas?”

”Ya, sama seperti yang dialami para pemimpin-pemimpin besar. Dari sinilah kualitas kamu akan tampak, apakah kamu jenis pemimpin yang tolol, atau bijaksana.”

”Iya, apa itu?” kejar saya penasaran.

Selanjutnya rekan saya menjabarkan, bahwa pada suatu ketika nanti saya akan mengalami suatu situasi yang tak mengenakkan. Di antaranya;

”Nanti akan ada rekanmu yang datang pada kamu, lalu menjelekkan rekannya yang lain.”

”Nanti juga akan ada rekanmu yang datang pada atasanmu menjelek-jelekkan kamu. Termasuk di dalamnnya, memfitnah, mengadu domba atau men-fight a comply alias menggunting dalam lipatan.

”Akan tiba masanya juga kamu dipandang sebagai kerikil tajam bagi rekan kamu yang lain.”

"Di suatu saat nanti, kamu juga akan mengalami perasaan serba salah. Diam salah, berbuat salah. Juga akan merasakan tajamnya konflik kepentingan, ibarat makan buah simalakama, dimakan atasan yang mati, tak dimakan, bawahan yang out."

Meski saya sudah pernah mengalami hal ini, namun rasanya agak ngeri juga bila masa-masa itu datang.

”Ya, inilah konsekuensinya. Semua punya dua sisi. Jangan hanya enaknya aja yang kamu mau,” pesannya.

”Lalu bagaimana menghadapi semua ini? Mas kan sudah lama duduk sebagai petinggi sebuah perusahaan. da tispnya?” tanya saya. Rekan saya ini menarik nafas panjang, sebelum akhinya melanjutkan jabarannya. ”Tips ini berdasar pengalaman saya,” jelasnya.

Dia menjawab, bahwa harus tetap tenang. menurutnya, situasi sterss kadang membuat komunikasi kita jadi offensive. Ini wajar saja terjadi. Namun sebagai seorang pemimpin, jangan sampai hal ini menjadi bumerang. Karena seorang pemimpin harus mampu memberikan ketentraman, ketenangan bagi orang yang dipimpinnya.

”Situasi boleh panas, kepala harus tetap dingin,” anjurnya.

Menurutnya, yang penting jangan teralalu reaktif saat menerima informasi yang kurang baik. Telaah dulu, apa motivasi si penyampainya. Jangan sampai saya malah dimanfaatkan oleh mereka untuk mencapai tujuannya.

Karena dengan demikian, secara tak langsung saya malah memberikan ruang bagi para penjilat dan para pengadu domba.

”Intinya jangan kamu telan bulat-bulat informasi yang datang. Apalagi langsung diumum-umumkan. Telaah dulu. Istilah wartawan-nya, cover both side,” ujarnya.

Dia melanjutkan, apa bila informasi yang datang itu hanya masalah subyektif tak berkaitan dengan pekerjaan, mending tak usah ditanggapi. Tapi bila menyangkut masalah teknis pekerjaan, misalnya ada karyawan yang mau mundur, atau cuti, barulah ditangapi.

”Kalau masalah kamu dijelek-jelekin, ya biarin aja. Habis energimu nanti. Juga sebaliknya, bila kamu mendengar ada yang menjelek-jelekkan rekanmu yang lain, ya didengerin saja. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri,” pesannya.

”Tapi bila kamu mendengar ada rekanmu yang sakit, kecelakaan atau mau mundur, pedulilah. Jenguk dia,” tambahnya.

Inti dari penjelasan ini adalah, dalam hidup ini ada yang suka dan tak suka. Itu pasti.

”Pokoknya kamu harus fokus pada pekerjaan. Itu saja. Jangan selalu menganggap diri sempurna, sehingga kamu reaktif jika mendengar kritikan. Itu sombong namanya,” tegasnya.

Informasi atau tips ini tentu sangat berguna bagi saya. Ya sikap saya, tentu sebisa mungkin akan melakukan sebagaimana yang disarankan.

Namun pertanyaannya, bagaimana bila orang lain bersikap berbeda? Misalnya, sangat reaktif dan komunikasinya cenderung offensive kala menghadapi situasi semacam di atas?

”Untuk jaga-jaga, kamu siapkan saja buku kecil. Catat semua hal apa yang kamu kerjakan di tempat kerja. Hal ini untuk mengingat-ingat, bila suatu saat ada omongan kamu yang dipelintir. Waspada itu harus, namun jangan terlalu penakut. kalau kamu benar, mengapa harus takut,” jelasnya.

Kini, setahun sudah pertemuan itu terjadi. Dan memang semuanya ada benarnya.


---------------------

Wong takon wosing dur angkoro
Antarane riko aku iki

Sumebar ron ronaning koro
Janji sabar, sabar sak wetoro wektu
Kolo mangsane, ni mas
Titi kolo mongso

Pamujiku dibiso
Sinudo kurban jiwanggo
Pamungkase kang dur angkoro
Titi kolo mongso

Arti :

Orang orang bertanya kapan angkara murka berakhir
Di antara kau dan aku

Tersebar daun daun kara
Bersabarlah untuk sementara waktu
Suatu ketika, dinda
Pada suatu ketika


Doaku semoga
Semakin berkurang korban jiwa raga
Pengakhir angkara murka
Pada suatu ketika

Sabtu, 05 Desember 2009

Demi Rumah Idaman

Di sebuah kota binatang, tinggalah sebuah keluarga anjing yang berbahagia. Mereka hidup harmonis penuh cinta. Hingga suatu ketika, terbersitlah niat sang ayah untuk memiliki rumah sendiri. Rumah itu dia kredit selama 15 tahun.


“Ini penting untuk prestise,” ujar sang ayah, kepada anggota keluarganya. Merekapun mafhum.

Namun apa daya, harga rumah tersebut amatlah mahalnya. Hingga untuk mengangsurnya, sang ayah harus menerapkan penghematan yang sangat ketat. Bahkan bisa dibilang pelit.

Hingga pada suatu ketika, sang ibu datang padanya menguitarakan maksud. “Nak, ibu sudah tua. Sebelum ajal ini datang, ibu ingin pergi ke luar negeri. Bisakah engkau tambah kekurangan uangnya?”

Si anak pun menjawab, “Tidak bisa ibu. Kita harus berhemat, demi target memiliki rumah idaman.”

Di hari-hari berikutnya, sang istri datang padanya, mengajak untuk refreshing. “Ayah, sudah lama kita dan anak-anak tak jalan-jalan ke luar, sambil makan-makan.”

Namun, perminitaan ini ditolak dengan alasan yang sama. “Tidak bisa. Kita harus berhemat, demi target memiliki rumah idaman.”

Hal serupa juga dialami oleh anak-anaknya. Ketika mereka meminta belikan tas dan buku baru, karena yang lama sudah rusak, sang ayah menolaknya.

Bahkan hal-hal yang menjadi tradisi di keluarga itupun dihilangkan, uang saku anak-anak pun dipotong bahkan ditiadakan.

Ingin makan atau jalan-jalan ke luar saja, masih harus meminta sumbangan orang lain, siapa yang ulang tahun atau melaksanakan pesta.

“Kita harus berhemat, demi target memiliki rumah idaman,” begitu terus alasannya.

Akhirnya tahun-tahun berlalu, kehidupan di keluarga tersebut dilalui dengan monoton dan membosankan.

Suasana di keluarga itu pun berubah drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Bila dulu penuh kehangatan, dan sejuk kini panas bagai neraka dan gersang. Pertengkaran sering terjadi, kebencian pun meraja.

Hingga 15 tahun berlalu sudah. Sang ayak pun berhasil memiliki rumah idaman, hal yang menurutnya sebagai target, prestise dan prestasi sebagai kepala keluarga. Namun hal itu tak juga membahagiakannya.

Ya, untuk apa sebuah rumah, kalau di dalamnya dia hanya tinggal sendiri. Cintanya sudah pergi. Anak dan istrinya sudah lama berpisah, ibundanyapun sudah lama tiada, meninggalkan harapan yang belum terpenuhi.

“Oh, apa yang sedang terjadi. Saat saya mendapatkan rumah idaman, sementara saya harus kehilangan cinta dan kasih di rumah ini,” keluhnya.

Hikmah dari kisah ini adalah, kadang kala kita terlalu memaksakan diri mencapai sesuatu, demi sebuah pujian dan sanjungan, dengan cara mengorbankan hal yang lebih besar, cinta dan kasih dari orang-orang terdekat.

Untuk apalah pencapaian seperti ini bila hanya berakhir dengan kegersangan.

Semoga kisah dari keluarga anjing ini menjadi inspirasi kita untuk berbuat hal yang lebih baik lagi, tanpa mengabaikan hak keluarga kita atau orang-orang yang mencintai kita.

Lukman Hakim dan Keledainya

Tak enak rasanya bila kita masuk dalam posisi serba salah dan berada dalam pusaran prasangka buruk. Diam salah, berbuat salah. Niat mulia pun bisa menjadi malapetaka. Hal inilah yang saya resapi dalam kisah keluarga utama Lukman Hakim. Di balik kisah waliyullah ini, tentu ada hikmah yang besar.

Dikisahkan, pada suatu hari Lukman Hakim mengajak anaknya ke pasar dengan menuntun keledai. Di jalan mereka bertemu dengan seseorang (orang pertama), Orang itu mengatakan “bodoh sekali bapak dan anak itu, bawa keledai tapi kok tidak dinaiki, malah dituntun”. Mendengar omongan ini, anaknya kemudian naik ke atas punggung keledai.

Di jalan mereka lalu bertemu dengan seseorang (orang kedua), orang itu lalu mengatakan ”Durhaka sekali anak itu, mosok bapaknya disuruh jalan kaki, sedangkan dia enak-enakkan naik keledai”. Mendengar ucapan orang kedua, anaknya langsung turun, dan menyuruh bapaknya (Lukman Hakim) untuk naik ke atas keledai.

Di tengah perjalanan, kembali mereka bertemu dengan seseorang (orang ketiga), sebagaimana kedua orang sebelumnya, orang ketiga ini juga mengomentari “bagaimana sih bapak ini, teganya naik keledai sendiri, sedangkan anaknya disuruh jalan”.

Nggak tahan mendengar komentar ini, anaknya lalu naik ke punggung keledai. Jadilah mereka berdua naik keledai berjalan ke arah pasar.

Seperti sebelumnya, di tengah jalan mereka bertemu dengan orang keempat, orang ini lalu berkata “tega sekali bapak dan anak ini, keledai kecil begitu dinaikin berdua, dasar tidak punya perikebinatangan”.

Anaknya langsung turun, kemudian berlari dan kembali lagi dengan membawa kayu dan seutas tali. Keledai itu lalu diikat dan dipikul oleh mereka berdua.

Akhirnya mereka sampai di pasar, ternyata ketika mau dijual keledainya tidak laku, karena tidak ada orang yang mau membeli keledai yang lemah. Sang anak kemudaian bertanya kepada Lukman Hakim. “Bapak kan ahli hikmah, yang sering dimintai solusi oleh masyarakat, bagaimana nih yang terjadi dengan kita sekarang?”.

Kemudian Lukman berkata kepada anaknya:
“Wahai anakku, janganlah engkau mengikuti pendapat orang lain yang tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan mereka belaka”

Kemudian dilanjutkannya dengan mengutip kata-kata Ali bin Abu Tholib, ”Dan janganlah engkau mencari kebenaran (al-haqq) dari makhluk, tetapi temukanlah kebenaran (al-haqq) yang dari Rabb terlebih dahulu baru kemudian engkau tentukan siapa-siapa yang barada di sana”

Dari kisah ini, Lukman mengajarkan hikmah pada anaknya mengenai bagaimana seharusnya mengambil keputusan dan bagaimana bersikap atas keputusan yang telah diambil.

Kepada anaknya Lukman mengatakan ”Wahai anakku, sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang-orang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang harus menjadi pertimbangannya”.

Menjadikan Allah sebagai satu-satunya pertimbangan sesungguhnya membuat jiwa tenang dan jauh dari kebimbangan. Bukankan setiap keputusan kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Nya? Bukankan hanya Allah yang kuasa atas baik dan buruk, bahagia dan bencana, sulit dan mudah maupun tenang dan gelisah? Bukankan Allah sendiri telah memberikan Al kitab yang didalamnya tidak ada keraguan petunjuk bagi orang-orang yang beriman?

Hikmah lain yang terkandung, Teruskanlah bekerja demi kepentingan mulia itu hingga selesai. Jangan hiraukan nistaan orang lain. Jangan dengarkan tanggapan-tanggapan miring mereka, tapi maafkanlah mereka. Karena tidak ada jalan untuk memuaskan mereka semua.

Ingatlah, kebenaran datangnya dari Allah, melalui informasi wahyu dan ilham. Kebenaran bukan diukur oleh banyaknya orang yang mendukung atau kekuatan yang mempertahankannya. kebenaran tetaplah kebenaran walaupun yang menerima hanya seorang saja.

-----

Ya Allah, keteladanan keluarga Lukman sebagai landasan jalan hidup hamba dan keluarga hamba.

Rabu, 02 Desember 2009

Pesan Iblis pada Cucu-cucunya

Cucu cucuku...
Hidup di zaman ini, jauh lebih berat dari pada pendahulumu. Maka itu, dengarlah petunjuk saya
.



Bekerja tak perlu terlalu giat, gunakanlah lidahmu untuk menjilat pasti karirmu selamat. Karena umumnya orang tolol itu suka dijilat. Gunakanlah akalmu untuk mengakali peraturan dan orang lain, akal-akalan, bak belut dilumuri oli.

Ingatlah, bila kamu terkurung harus di luar, bila kamu terjepit harus di atas.

Gunakan bibirmu selentur mungkin. Koleksilah sejuta kata, hapalkanlah sejuta dalih. Hal ini penting untuk memuluskan tindankanmu. Karena biasanya orang tolol selalu kagum akan kata-kata.

Capailah keberhasilan dengan membikin orang lain menderita. Akali mereka, peras keringat mereka, rampas hak mereka. Agar aman, gunakanlah selalu kalimat ini; tindakan ini untuk kepentingan bersama, ini demi kepentingan bersama, saya melakukan ini atas arahan.

Jangan lupa gunakanlah jabatanmu untuk mencari proyek, setelah uang kamu dapat, tutuplah mulut. Jangan bagi-bagi. Ingat, tumpuklah uang, karena hanya inilah yang akan menyelamatkan hidupmu.

Carilah orang yang paling tolol, peliharalah sebagai pembisik, gunakan dia sebagai mata-mata internal, ini untuk mengantisipasi bila ada orang lain yang coba-coba merong-rong kewibawaanmu.

Bila ada orang berprestasi, injak mereka. Karena mereka bisa menjadi ancaman karir dan citramu. Masak bawahan lebih pinter dari bosnya.

Bila di depan orang, sering-seringlah meampakkan diri seolah kamu membela kepentingan mereka, kamu adalah demokrat sejati, namun bila ada di antara mereka bersuara, panggillah secara personal, intimidasilah, tekanlah, sehingga mereka tak lagi berani buka mulut.

Dan jangan lupa, nyanyikanlah selalu lagu ini.

Nak dengarlah bicara bapakmu
Yang kenyang akan hidup terang dan redup
Letakkan dahulu mainan itu
Duduk dekat bapak sabar mendengar

Kau anak harapanku yang lahir di jaman gersang
Segala sesuatu hanya ada karena uang
Ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . .

Kau anak dambaanku yang besar di kancah perang
Kau harus kuat yakin pasti menang

Sekolah biasa saja jangan pintar-pintar percuma
Latihlah bibirmu agar pandai berkicau
Sebab mereka sangat perlu kicau yang merdu

Sekolah buatmu hanya perlu untuk titel
Pedulu titel didapat atau titel mu'jizat
Ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . .

Sekolah buatmu hanya perlu untuk gengsi
Agar mudah bergaul tentu banyak relasi

Jadi penjilat yang paling tepat
Karirmu cepat uang tentu dapat

Jadilah Dorna jangan jadi Bima
Sebab seorang Dorna punya lidah sejuta
O . . . . o . . . . o . . . . . o . . . .

Hidup sudah susah jangan dibikin susah
Cari saja senang walau banyak hutang

Munafik sedikit jangan terlalu jujur
Sebab orang jujur hanya ada di komik

Pilihlah jalan yang mulus tak banyak batu
Sebab batu-batu bikin jalanmu terhambat
Ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . .

Pilihlah jalan yang bagus tak ada paku
Sebab paku itu sakit apalagi yang berkarat

Jadilah kancil jangan buaya
Sebab seekor kancil sadar akan bahaya

Jadilah bandit berkedok jagoan
Agar semua sangka engkau seorang pahlawan

Jadilah bunglon jangan sapi
Sebab seekor bunglon pandai baca situasi

Jadilah karet jangan besi
Sebab yang namanya karet tahan kondisi
O . . . . o . . . . o . . . . . o . . . .
O . . . . o . . . . o . . . . . o . . . .

Anakku aku nyanyiakan lagu
Waktu ayah tak tahan lagi menahan murka


Nah, cucu-cucuku... Peganglah selalu nasihat ini, niscaya hidupmu akan bahagia. Ya, bahagia di Neraka Jahannam!

(Ya Allah, lindungilah hambamu dari godaan syetan yang terkutuk...)