Senin, 28 November 2011

Twit Hotel hantu

...Saya akan twit hotel2 berhantu di tanjungpinang.. Tapi demi mendukung program pariwisata, saya tak akan sebut nama hotelnya... R U Ready?


...Baiklah, kisah ini bermula ketika awal bulan lalu, saya mengenban tugas yg amat mulia dan resticly classified, ke tanjungpinang...

Saat itu saya pilih menginap di hotel, X, di batu 6... Hotel ini besar, klas bintang 3... kamarnya banyak, namun, ya... Sederhana...

...Saya menginap di lantai 4. Di lantai itu, hanya saya seorang yg mengisi deret kamarnya... Sisanya koshong... Suasana sepi... Seorang diri

...Kamar saya menghadap sebuah kolam, tapi bukan kolam renang... Dari sini saya bisa lihat lalu lalang kendaraan...

Interior kamar ini sangat sederhana... Singel bed, bersih. sebuah tv cembung 20 inc, sebagai teman & sebuah ac kecil untuk mengusir peluh

Yg tak luput saya amati adalah kamar mandinya.. Ada toilet kecil dg kaca, sebuah wc duduk, serta shower... Ubinnya sederhana, motif th 90-an

Saya amati semua, mulai selasar, langit2 dsb... Meski old-fashioned, tapi terawat... Oke... Tak ada yg aneh. Hingga kemudian jam 21.00....

...Apakah yg terjadi setelah pukul 21.00 itu? Tweeps yg budiman, simak terus misteri hotel berhantu ini, setelah kumandang azan magrib...

Jam 21.00 itu saya gerah, lalu mandi... Tapi saat berkaca di kloset, seolah ada orang di belakang... Ah, mungkin saya terlalu lelah

...Setelah rapi, mengusir daki dg aroma terapi, saya bergegas hendak keluar menuju lobi... Kamar saya kunci, lalu menyusuri selasar hotel...

Sebenarnya, di lantai 4 itu ada lift. Tapi saya pilih lewat tangga. & ya ampun, nih hotel sepi banget. Yg terdengar hanya langkah kaki saya

Hingga di lobi, barulah terasa ada kehidupan. Itupun hanya suara piano dari kaset, & pingkal tawa lima lelaki yg duduk di sofa sebelah kanan

...Sayapun coba keluar hotel, cari makan... Nikmati kuliner pinang yg yahud, sambil menghirup udara yg lebih segar di luar sana...

Tak terasa, malampun larut, saya kembali ke hotel. Namun kali ini saya pilih naik lift ke lantai 4. Pas keluar lift, saya merinding. Sepi

...Saat menuju kamar, seolah ada yg mengiring langkah kaki ini. Ah. Abaikan... Mungkin karena emang perasaan saya aja...

...Saat di kamar, saya rebahkan tubuh yg penat ke peraduan... Volume tv saya keuatkan, untuk usir sepi yg kian menggigit...

...Lelaki, sendiri, di kamar hotel yg sepi... tampaknya bukan kombinasi yg tepat... Yg ku mau bisa cepat terlelap, agar segera pagi...

saat saya akan lelap, tiba2 ada suara ketukan... Tek tek tek tek tek... Jeda sebentar, lalu lanjut lagi, tek tek tek tel tek... Back to back

Semula saya abaikan... Namun lama2 bunyi ketukan itu mengganggu... "Ah, mungkin bunyi AC," pikir saya, coba sok cool...

Tapi, setelah lama2 saya berpikir juga, "ah, tak ada yg salah pada ac ini. Bagus, kok... Saya coba remote, just like new..." Gumam saya

Hampir 30 menit suara ketukan itu terdengar, saya pasang telinga, arahnya dari kamar mandi... Saya ingat2 betul, kok kamar mandi bisa bunyi?

Saya berpikir, saat meriksa kamar mandi tadi, tak ada media yg bisa menyebabkan bunyi seperti ini.. Lalu saya sadar bahwa saya telah dibully

Ah, sama yg hidup saja saya masih tahan dibully, apalagi sama yg sudah mati. Asalkan tak nampakkan diri aja...

Tapi saya tak mau nantangin, juga badan terlalu letih untuk meriksa asal suara itu... Akhirnya, saya milih tidur, membiarkan suara itu

...Kemudian, saya terbangun jam 4, suara2 itu sudah tak terdengar lagi... Jam 6 pagi saya mandi, saya amati di kamar mandi, tak ada yg aneh

...Saat kembali ke batam, saya ceritakan pada kawan2... Ternyata bukan hanya saya yg pernah dibully hantu hotel itu...

"Saya pernah nginap di situ... Pas jam 12 malam, ada suara, tek tek tek tek tek. Gitu terus. Saya kencengin aja suara tv-nya," kisah teman

...Dari sini saya punya tips, kalau nginap di hotel, cari yg ramai... Atau mending nginap di rumah saudara aja, lebih irit, he he he

Nah tweeps yg budiman, demikian tadi kisah "misteri hotel berhantu" yg saya kisahkan dari pengalaman pribadi di tanjung pinang... Bye...

Minggu, 27 November 2011

Carpe Diem...

Dalam sebuah bukunya, Still More About Nothing, Wimar Witoelar, berkisah tentang terowongan. Menurutnya, banyak ragam terowongan di dunia ini.

Ada yang dibuat di bawah dasar sungai, seperti terowongan di Rotterdam, New York, atau di Hong Kong. Ada juga yang dibuat di dasar laut, seperti Kanal Inggris (English Channel). Bahkan ada juga yang menerobos gunung, seperti terowongan terpanjang di Eropa, Mont Blanc.

Dari namanya, terowongan Mont Blanc digali di bawah gunung Mont Blanc, gunung tertinggi di Eropa yang berada di sudut tiga negara: Prancis, Italia, Swiss.

Panjangnya 13, 9 kilometer, masuk kota Chamonix di Prancis dan keluar di Italia. Saking panjangnya, maka yang tampak saat melihat ke kanan kiri, hanya tembok.

Sedangkan ke depan dan ke belakang, hanya rongga terowongan panjang, makin lama makin mengcil, kemudian hanya hitam.

Bila pengemudinya gampang stress, akan mudah dihinggapi rasa panik, dan mengakibatkan disorientasi. Bisa bahaya. Apalagi yang memiliki penyakit clustrophobia (rasa takut di ruamg tertutup).

Tak ada hal yang mengerikan daripada berada di terowongan tanpa ujung, bagai masuk penderitaan tanpa harapan. Namun bila kita yakin bahwa terowongan itu dibuat untuk mencapai ujung, maka disorientasi itu tak perlu terjadi.

Hal yang harus dilakukan hanyalah tenang, terus fokus, jernih, dan seimbang. Mengemudilah dengan baik, maka tak lama kemudian kita akan sampai ke ujung. Itulah solusinya.

Ketenangan itu mutlak diperlukan untuk menghadapi situasi seperti ini. Karena sehebat dan sepandai apapun seseorang menghadapi persoalan, tak akan bisa berpikir jernih bila tak tenang.

Kebalikannya, adalah rasa panik atau rasa takut mendadak yang langsung menggantikan perasaan lain, lalu dengan ganas menghilangkan kecerdasan dan akal sehat. Hilang logika, yang ada hanya luapan perasaan takut. Sumpah seranah menghujam.

Padahal, saat dalam keadaan tenang, kita merasa tindakan semacam itu tak perlu. Ada penyesalan, atau bisa jadi kita malah lucu sendiri.

Panik ini muncul saat menghadapi situasi yang tak terduga yang menyebabkan rasa kehilangan kendali. Tak harus masalah besar, kadang hal kecilpun bisa bikin panik.

Panik pada hal-hal kecil, kadang tampak lucu. Pernah lihat reaksi orang yang takut pada cecak, saat dilempar binatang melata itu? Lucu bukan? Padahal bila dia tenang, toh cecak itu tak akan menggigit.

Namun dalam skala serius rasa panik tak lucu lagi. Ingat peristiwa Terowongan Al Muassim di Mina? Ratusan jamaah Haji tewas terinjak-injak.

Rasa panik itu menular dan menyebar. Satu teriak, puluhan bahkan ratusan orang akan kalap. Sikap buruk menular melalui pikiran lalu ke tindakan.

Menurut saya, dari pada panik, mending optimalkan waktu yang ada. Kalau boleh meminjam sebuah frasa dalam bahasa Latin, Carpe diem, quam minimum credula postero... yang berarti: ”Petiklah hari, dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok.”

Oke, mungkin saya sudah ngelantur jauh. Dari tadi kok ngomongin terowongan, lalu kini ke rasa panik, hingga menjalar ke carpe diem, segala.

Baiklah, sebenarnya saya hanya ingin menggambarkan, begitulah umumnya kondisi masyarakat saat Batam diguncang demo buruh kemarin.

Sebenarnya peristiwa utamanya tak begitu besar dan singkat, namun dampak psikologisnya ke mana-mana dan berhari-hari. Dan ini terus diperburuk oleh berita-berita horor via SMS, twitter, facebook dan media sosial lain.

Katanya, ”Batam Centre rusuh...” padahal yang rusuh cuma di depan kantor wali kota saja, bukan Batam Center yang wilayahnya luas itu.

Ada juga yang bilang, ”Supermarket Gelael dibakar,” padahal yang ada hanyalah orang sedang bakar ban bekas, itupun lokasinya jauh dari Gelael.

Yang lebih parah ada yang mengatakan, toko-toko di Aviari, Batuaji dijarah. Padahal tidak benar sama sekali. Bohong. Begitu seterusnya yang kalau dihitung, saya menemukan ada 10 berita bohong yang beredar saat itu.

Things to do when panic, selling happens. Tampaknya pas menggambarkan kala social climber, mencoba peruntungan dengan memposting berita-berita seram bahkan bohong.

Padahal setelah ditanya, umumnya hanya akan menjawab, ”Katanya.... atau kabarnya...” tapi anehnya banyak yang malas verifikasi lalu langsung percaya begitu saja tak hanya oleh orang tak berpendidikan, juga yang well educated.

Akibatnya banyak yang disorientasi, seolah Batam sudah kiamat saja.

Rumors are carried by haters, spread by fools, and accepted by idiots.


Selasa, 22 November 2011

Agus Mustofa

”Kadang kala gunung harus meletus, agar menjaga bumi tetap berdiri.” Kalimat ini saya dapat dari Agus Mustofa, penulis buku-buku seri diskusi tasawuf Islam berhaluan moderen, saat dia berkunjung ke redaksi Batam Pos.


Dalam konteks psikologi, teori ”gunung meletus” tadi bisa juga berarti, ”Kadang kita harus meluahkan amarah, guna menjaga jiwa tetap stabil. Namun tiu pilihan terakhir. Inilah yang disebut katarsis. Semua harus tersalur, secara alamiah.

Agus memang pemikir Islam yang dinamis. ”Karena Islam adalah agama universal dan pas di segala zaman,” urainya.

Arek Malang ini banyak mengupas Islam dari segi ilmu pengetahuan. Semuanya banyak berkisah akan olah pikir dan olah hati. Lihatlah bagaimana dia menulis tentang takdir, yang menurutnya bukan sesuatu yang tetap, namun bisa diusahakan untuk berubah.

Agus mengurai, Rukun Iman ke enam mengatakan, kita harus percaya pada qada dan qadr. Menurutnya, qadr adalah kapasitas yang sudah ditetapkan. Seperti jenis kelamin, ras, orang tua dan sejenisnya.

Namun qada, merupakan takdir yang bisa diperbaiki. Misalnya saat ini, kita tengah terjebak macet. Situasi tersebut merupakan takdir, namun hal ini bisa kita perbaiki, kita ikhtiarkan, dengan cara berusaha keluar dari kemacetan tersebut.

Dengan demikian, manusia tak akan terjebak pada kepasrahan. Karena Allah kurang menyukai orang yang hanya berpasrah tanpa berusaha. ”Bukankah Allah tak akan mengubah nasib suatu kaum, bila mereka sendiri tak mengubahnya?” ujar Agus mengutip Alquran Surat Ar-Raad, ayat ke 11.

Yang juga menarik bukunya yang berjudul Tahajud Siang Hari Duhur Malam Hari. Di sini Agus mencoba menggambarkan, bahwa di sisi bumi yang lain, siang malam kadang datang tak beraturan. Di Eropa khususnya yang beriklim kutub, kadang siang di sana lebih panjang dari malam. Pun sebaliknya.

Di Rusia, misalnya, pada saat penghujung Musim Panas, penduduk di sana merayakan White Night, yang artinya malam putih. Biasanya perayaan dimulai pukul 23.00. Malam Putih. Disebut demikian, karena saat itu matahari barulah tenggelam ketika pukul 24.00 malam!

Nah, kalau begini bagaimana dong salatnya? Bagaimana dong puasanya? Inilah yang dikupas dalam buku Tahajud Siang Hari Duhur Malam Hari.

Dalam buku ini Agus juga berkisah pengalamannya saat mendampingi jamaah umrah dari Surabaya. kebetulan, kala itu bulan Ramadan. Semua jamaah tentu sedang berpuasa.
Hingga saat jam para jamaah menunjukkan pukul 18.00 (waktunya masih WIB, berdasar jam keberangkatan), di luar masih terang benderang. Padahal, mereka semestinya sudah berbuka.

Sesaat mereka masih bertahan. Hingga dua jam berlalu, ada pula yang tak tahan lalu bertanya pada Agus, apa boleh berbuka puasa. Agus menjawab, karena sahurnya berdasar WIB, maka boleh saja berbukanya berdasar WIB.

Di antara jamaah, ada yang mematuhi saran Agus. Namun, tak sedikit yang masih bertahan. Agus pun tak tega lalu mengatakan bahwa matahari masih lama akan tenggelam.

Pasalnya, perjalanan Surabaya-Mekkah seiring dengan peredaran matahari, yakni menuju ke barat. Kecepatan pesawat kala itu 1.000 km perjam, sedangkan matahari 1.600 km perjam. Jadi, wajar saja jika siang terasa lambat.

Mendengar penjelasan Agus ini, jamaah pun mengerti, lalu mereka berbuka.
Kisah ini juga mendapat tanggapan dari Bos Jawa Pos Grup Dahlan Iskan. Dalam pengantarnya dia menulis, ”Wah, untung masih naik pesawat biasa, kalau naik concorde, malah tambah panjang siangnya. Karena kecepatan Concorde melebihi kecepatan matahari,” tulisnya.

Dahlan memang sudah lama mengenal Agus. Maklumlah, Agus mantan wartawan Jawa Pos. Dia bekerja di sana, sejak 1990, setelah lulus kuliah di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Nuklir, Universitas Gadjahmada, Yogyakarta angkatan 1982. ”Ilmu nuklir kurang berkembang di Indonesia,” selorohnya.

Setelah di Jawa Pos, Agus mulai giat mengasah kemampuannya di bidang tasawuf. Maklumlah, sejak kecil dia sudah sangat akrab dengan filsafat seputar pemikiran Tasawuf. Hal ini terpengaruh pemikiran sang ayah, Syech Djapri Karim.

Di masanya, ayah Agus seorang guru tarekat yang intens, dan pernah duduk dalam Dewan Pembina Partai Tarekat Islam Indonesia, di era Bung Karno.
Setelah di Jawa Pos, pria kelahiran Malang, 16 Agustus 1963 itu, pelan-pelan mulai menuangkan hasil pemikirannya.

Hingga setelah banyak menghasilkan buku, dia memutuskan mundur dari grup Jawa Pos, kala jabatannya sudah sebagai General Manager JTV, televisi lokal milik Jawa Pos. bahkan kini, dia memiliki percetakan buku sendiri di Surabaya, bernama Padma.
Satu lagi tausiyah Agus yang masih terngiang di telinga saya adalah, saat dia menjabarkan apa itu senang, nikmat dan bahagia.

Menurutnya senang itu bersifat kebendaan dan lahiriyah. Misalnya, kita senang saat punya mobil dan sebagainya. Sedangkan nikmat, selalu berada di hati. Adapun kebahagiaan, merupakan nikmat yang datang terus menerus.

Dari uraian ini, kita diajak agar untuk menuju ke sana, hendaknya orientasi hidup tak hanya bersifat kebendaan, namun bagaimana kita menata hati.

Senin, 21 November 2011

twit follower

Tentu bangga punya banyak follower, dg begitu kita lebih dikenal... Tapi jangan lantas bikin sombong, berasa sdah punya segalanya. Itu salah


------------- @rizaref -------------

Twitterland itu, tentu bukan dunia nyata... Beda banget... Itu aja dulu pahami...

Pahami juga, Seberapa jauh, twit kita mengubah atau menggerakkan follower kita? Atau malah dicuekin?

Ketahui juga karakteristik follower kita, umur, latar belakang dll... Yg perlu dicatat, tak ada loyalitas di twitland, umumnya pragmatis

Pahami juga bhw di twitland, kita stateles, follower itu bisa datang dari daerah mana saja... Beda dg di dunia nyata kita hidup dlm cluster

Maka itu, ya kalau di dunia nyata anda bukan seleb, maka stop bergaya bak seleb... Apalagi sampe maksa ubah penampilan, rempong sob

Yg pasti, media macam twitter begini sifatnya berdasar trend... Lihat saja, yg punya follower besar di sini rata2 artis dan pseudo anonim...

Contoh lain, pak sani dan mas soerya tak punya follower di twitter, tapi apa lantas anda bisa lebih populer dari dia di kepri? Tidak, sob

Atau pak M yg dirut itu, tak ngetwit. tapi apakah twit selebtwit bisa menggerakkan karyawan pak M? Jangan ngocol, ah... XD

Jadi, berhentilah menyombongkan dan menjual follower, atau menganggap mereka bisa dikendalikan... Biasa aja... ;)

Saya nge-twit tentang follower tadi untuk nyikapin orang2 yg delusional, karena punya follower besar...

Di antara mereka bahkan mengklaim sebagai pangeran di twitter, dan merasa sangat penting, seolah pusat alam semesta

Twitter, dunia yg dibangun dg kata2 sedangkan dunia nyata, dibangun ahlak... Tentu jauh bedanya...

Di twitter tempat kita "kerja kata" sedangkan dunia nyata, tempat "kerja nyata"... Dimana gagasan menjadi tindakan, diskusi menjadi solusi

Jadi, percumalah twit kita berkekata bijak bagai resi, bila di dunia nyata kelakuan kita macam syaitanirrajim

Jadi, percumalah twit kita memotivasi hebat, bila di dunia nyata kita malasnya minta ampun...

Di twitter bisa jadi kita adalah "it" atau "apa", tapi di alam nyata kita adalah "he/she" atau "siapa"

So, bila twitter mulai bikin delusi pada kondisi kejiwaan anda, segera wake up, injak tanah kuat2 karena itulah dunia kita sebenarnya...

... Words can't cook rice... Eventough your twit...


Kamis, 17 November 2011

Entaskan Buruknya Prestasi Olahraga Kepri

Jadi Target Utama ASSBI Kepri

Prestasi olahraga di Kepulauan Riau (Kepri), khususnya sepak bola, sangat tertinggal dibanding provinsi lain. Inilah terget utama yang akan dibenahi oleh Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia (ASSBI), Pengurus Daerah Kepri.

Hal ini merupakan satu dari sekian program kerja ASSBI Pengda Kepri, setelah terbentuk pada 25 Oktober 2011 lalu, dengan nomor registrasi ASSBI A3. 25-10-11, sebagaimana mengemuka dalam rapat perdananya, di kantor ASSBI Pengda Kepri, Graha Pena Batam lantai 2, kemarin.

Rapat tersebut dipimpin Ketua Umum ASSBI Pengda Kepri Ade Adran Syahlan, bersama Sekretaris Umum Saibansah Dardani, Bendahara Almeiza, Bidang Pemandu Bakat/Pembinaan Usia Dini Yudi Candra, Bidang kesehatan/Medis Abdi Chaniago, Bidang Kompetisi/Perwasitan Edy Sabhara, serta Humas Program dan Marketing M Riza Fahlevi.

”Ketertinggalan ini, khususnya di bidang sepakbola, harus segera kita akhiri,” jelas Ade yang juga Dirut Posmetro Batam ini.

Indikasi ketertinggalan tersebut, menurut Ade, tersingkirnya tim sepak bola di Kepri, dalam hal ini PS Batam, dari divisi utama. ”Tim (sepakbola) Kepri hanya masuk Divisi II PSSI,” jelas Ade.

Indikasi lain, tim olahraga Provinsi Kepri tak lulus seleksi Pekan Olahraga Nasional (PON), lebih parahnya lagi, Kepri menjadi satu-satunya provinsi yang tak mampu mengirim tim sepakbolanya untuk berlaga di Liga Pendidikan Indonesia (LPI). Hal ini merupakan dampak, karena ternyata Kepri tak pernah menggelar LPI, baik tingkat kota/kabupaten apalagi kecamatan.

”Bila pemerintah daerah tak mampu menyelenggarakan LPI, serahkan saja pada kami (ASSBI Kepri),” tantang Ade.

Sementara itu, terkait program awal ASSBI Pengda Kepri, dimana Rida K Liamsi sebagai pembinanya ini, akan segera melakukan sosialisasi, pada masyarakat, baik melalui media cetak maupun melalui website resmi.

”Saat ini websitenya tengah kami garap. Mudah-mudahan segera rampung. dengan demikian, sekali klik, masyarakat bisa mengetahui tentang apa dan bagaimana ASSBI Pengda Kepri,” jelasnya.

Selanjutnya akan membidani lahirnya ASSBI di tingkat kota dan kabupaten di provinsi Kepri. Mengingat saat ini, pada tingkat kota/kabupaten di Kepri, ASSBI baru terbentuk di Batam yang menaungi 12 sekolah sepak bola (SSB) di kota ini, di antaranya SSB RDK Muda.

Rabu, 16 November 2011

twit situasi 65

Ingat "manikebu"? Itu kependekan manives kebudayaan, yg sebenarnya nada peyoratif untuk KKPI saat tegang dg Lekra. Manikebu=mani kerbau, hiy


Meski pendidikan kalah maju, namun orang2 dulu lebih mantap dalam berpolitik. Mereka berpartai berdasar ideologinya, bukan tujuan lain...

Pernah dengar istilah "pejah, gesang, nderek Bung Karno (hidup mati ikut Bung Karno)? Makanya, jarang ada kutu loncat partai

Kalau sekarang apa masih ada orang bepartai berdasar ideologi? Ada, tapi antara 1:1000 :)

Adakah sekarang slogan, hidup mati ikut SBY, atau mega, atau Kalla? Silakan nilai sendiri

Saat KKN di desa di lereng gunung kab malang, saya bertemu orang tua yg keukeuh mengatakan "presiden saya bung karno, suharto presiden anda"

Luar biasa memang bagai mana sebuah ideologi itu merasuk. Makanya, jangan coba2 matiin yg namanya tan malakis, atau sosialis, susah!

Etapi, Tan Malaka itu bukan PKI dia murba, dg dasar materialistik, dialektika, logika. Beda dg PKI yg materialistik, dialektika, histori

Emang sih, keduanya bersaing ketat. Zaman itu emang, konsep indonesia adalah nasional, agama, dan komunis. Tapi disatukan dg pancasila

Kata bung karno, kita merdeka untuk menuju sosialis, maksudnya keadilan sosial...

Sayangnya, konsep ini runyam ketika tentara ikut berpolitik. Inilah yg kemudian memicu pertentangan antara tentara dan PKI

Tentara pro sukarno namun anti PKI, PKI pro sukarno tapi anti tentara. Kalau slogan PKI nasakom bersatu, tentara nasakom jiwaku

Emang sih, dulu kelompok islam khususnya Muhammadiyyah, sempat bertentangan dg PKI... Khususnya Pemuda Rakyat, meski tak tajam

Kalau dunia sastra, juga ada persaingan antara kelompok islam yg diwakili Hamka dg Lekra diwakili Pramudya ananta tur...

Namanya sastrawan, tentu mainnya di koran (ah seandainya saat itu ada twitter). Akibatnya koran2 saat itu terbagi 3 poros: kiri tengah kanan

Jadi, memang sejak dulu koran udah memihak pada ideologinya. Ih, jangan sok imut lah. Bahkan sejak era "roman pergaoelan" pra kemerdekaan

Koran2 yg bersaing, masing2 bersuara d rubrik. Harian rakyat dg bintang timur-nya, yg kiri-kirian. Jg ada koran Merdeka & Berita Indonesia

Soal haliannya, kiri itu marxis, kanan islam, yg tengah tak jelas. Tapi cenderung kiri. yg pasti saat itu menganut kebebasan berpendapat kok

Btw, masih ingat tahun 80-an tiap rabu malam jam 7.30 tvri nyiarin "aliran kepercayaan". Sekarang kemana ya?

Jaman suharto emang kepercayaan diakui, sesuai tap MPR no 4 1978, saat itu disebut agama/kepercayaan. Cek KTP jadul deh

Ya, paling tidak dulu ideologi dan kepribadian bangsa kuat. tapi ekonomi lemah. Sekarang? Silaken Nilai sendiri

Tapi, emang ada kaitannya juga kok, ambruknya sukarno usai dia mengusung poros jakarta-peking-pnompenh. Barat geram

Twit Tentara Revolusi

Pagi masih segar, untuk twit tentang tentara revolusi indonesia. Ini saya samapaikan dari sudut pandang berbeda, sesuai aliran Annales

Karena banyak yg kita tangkap dalam sejarah indonesia, hanya berdasar kepentingan penguasa. Makanya banyak disunatin XD

Oke, sebenarnya ini masih nyambung dg twit kemarin (check my TL). Maaf saya tak pake tagar atau nomor, agar yg baca tak terikat

Sebelumnya saya minta izin dulu sama mas baskara. Bukunya "suara di balik prahara", luar biasa...

Dalam sejarah kita TNI itu berangkat dari tentara revolusi yg merupakan dari generasi 45 dan berlllangsung hingga tahun 1982-an

Zaman revolusi dulu, kita memang tak punya tentara. Yg ada tentara rakyat, ya macam film naga bonar-lah. Semua bebas angkat senjata

Baru 5okt 1945, tentara dilembagakan dg nama badan keamanan rakyat (BKR). Itupun lahir karena anjuran bung karno.

Rakyat kala itu oke aja. Karena dasarnya sebagai freedom fighter kok. Namun tak semua masuk BKR, ada yg masuk lasykar2 sesuai ideologinya

Jadi jangan heran kala itu lasykar2 tumbuh subur. Inilah mengapa, saat situasi genting, bangsa kita sering "nostalgiaan" ama lasykar.

Semua freedom fighter ini, sangat revolusioner. Makanya mereka disebut revolution army. Tapi membedahnya perlu studi khusus, sih

Ada yg membandingkan tentara revolusi kita dg bagaimana terbentuknya tentara revolusi uni sovyet, juga di amrik.

Maklum, tentara amrik dan sovyet bermula dari tentara revolusi juga. Beda dg malaysia, india, pakistan. Mereka itu tentara reformasi

Jadi, tentara revolusi itu berkarakter khusus. Karakter pertama; persaudaraan atau jiwa korsanya sangat kuat! Yg kedua, demokratis

Jadi tentara kita berangkat dari dua ciri itu. Tentara kok Demokratis? seakan contradictio in terminis, ya? Tapi emang begitu

Karena demokratis (mungkin) mereka memiliki hak politik yg tak dipisah dg militernya. Mereka adl pejuang bersenjata & politik (dwifungsi?)

Hingga kemudian nugroho notosusanto membagi peran tentara antara pejuang politik dan pejuang bersenjata. Inilah karakternya!

Tapi kalau soal pendidikan, ya, tentara kita jadul sih pada naga bonaran. Buta huruf juga masuk. Yg penting jiwa juangnya kuat banget

Para komandan aja hanya SMP. Emang ada sih yg jebolan akademi, macam pak nasution. Tapi sedikit banget.

Jadi ada yg buta huruf, bahkan tukang becak jadi danyon. Semuanya jalan dan dihormati anak buahnya. Lagi2 mirip naga bonar

wajar bila pak harto dulu dekat sama mantan anak buahnya, termasuk juga bung tomo. Jadi anak buah tak malu minta bantuan pada bapak buah

Tapi itu tentara angkatan 45. Kalau sekarang, tentu beda kan?

Dari jiwa korps yg kuat, lalu muncul "bapakisme". Bukan soal primus inter pares, tapi patron-klien. Mulai paham kan, siifat pemerintah orba

Jadi bagi tentara revolusi, meski tak senang ama rekannya, tetap hormat. Karena masih teman seperjuangan. Saya rasa ini terjdi d negara lain

Tentara revolusi itu patriot, pembela negara. Kata pak Nas, tentara itu pemilik saham utama republik ini. Ini menunjukkan jiwa kops yg kuat

Jadi kalau mau tahu karakter pemerintah orba/suharto, pahami dulu hubungan komandan, panglima, dan anak buah. Hubungan kejiwaan tetap ada

Kalau mantan bawahan mengatakan "mohon menhadap" komandan sudah tahun dia butuh bantuan. Ini biasa di antara tentara angkatan 45

Segini dulu, nanti dilanjut topik lainnya. Soal situasi tahun 60-an, naiknya angkatan darat, kayaknya menarik juga dikupas

------
@rizaref

Rabu, 09 November 2011

Pahlawan

Awal tahun 1430, tepatnya di puncak perang 100 tahun antara Prancis dan Inggris. Pada pertengahan abad 15 itu, Prancis menderita kekalahan terus menerus, hingga kehilangan setengah wilayahnya.

Hingga kemudian di tahun 1429, Jeanne d’Arc (Joan of Arc), gadis yang tinggal di sebuah desa kecil Prancis itu, bangkit melawan. Didorong oleh keyakinan mendengar suara Tuhan untuk selamatkan Prancis, Jean menemui Putra Mahkota Charles (Charles 7) untuk memimpin pasukan serta ikut berperang.

Hasilnya, pasukan gadis yang dijuluki La Pucelle yang berarti ”sang dara” atau ”sang perawan”, tersebut berhasil merebut Orleans dan beberapa wilayah lain dan mengusir tentara Inggris. Kemenangan ini, membuat nama Jeanne d’Arc masyhur, sehingga mampu membuat pasukan Inggris lari terbirit-birit saat melihat ”Gadis dari Orleans” itu di atas kuda dengan baju zirahnya.

Singkat kata, Mei 1430, dalam pertempuran di Compeigne, Jeanne d’Arc berhasil ditangkap pasukan Inggris dan kemudian ditawan disebuah menara di Rouen, selama pengadilan berlangsung, yang kemudian dikenal sebagai Menara Jeanne d’Arc.

Ditahun berikutnya, 30 Mei, 1431, Jeanne d’Arc dikenakan tuduhan bidah, bahkan dicap sebagai penyihir. Lalu melalui mekanisme dengan sangat tak adil, akhirnya dia dihukum bakar. Setelah hagus dibakar ulang hingga jadi abu, kemudian abu tersebut dibuang ke sungai Seine.

Namun, Charles 7 menyatakan hukuman terhadap Jeanne d’Arc tidak sah dan memulihkan kehormatannya. Hingga 400 tahun kemudian, tepatnya tahun 1920, Paus Bennedictus 15 mengakui Jeanne d’Arc sebagai orang suci dan parlemen Prancis menyatakan undang-undang supaya setiap tahun dirayakan festival untuk memuji Jeanne d’Arc.

Ini hanyalah sekelumit sejarah kepahlawanan yang coba diluruskan di Prancis, berdasar apa yang dialami, bukan yang diceritakan. Semua dikaji berdasar analisis menganai struktur (aliran ”sejarah jenis baru” dari mahzab Annales). Sejarah yang berusaha dibersihkan dari manipulasi untuk menghilangkan jejak berdarah para pelanggar HAM untuk kepentingan sesaat peguasa.

Di Indonesia, pelurusan semacam ini juga tengah bergolak. Di mulai ketika tumbangnya rezim Orde Baru disusul masuknya era reformasi. Karena sejarah dan gelar pahlwan Indonesia ada yang dimanipulasi. Umumnya ditulis hanya dari sisi pemenang, bukan korban. Padahal, sejarah dalam perspektif korban dapat menjadi alternatif, kini dan esok. Semua ini perlu diluruskan guna menepatkan, melengkapi, dan memperjelas suatu peristiwa sejarah.

Orang yang paling getol menggugat "sejarah resmi" dan pengangkatan pahlawan Indonesia adalah wartawan yang juga peneliti, Asvi Warman Adam. Dalam beberapa tulisan baik di buku dan media massa, doktor dalam bidang ilmu sejarah dari EHESS (Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales) di Paris, 1990, ini banyak mewacanakan pelurusan sejarah Indonesia, membongkar kebohonan- kebohongan dan rekayasa, serta mengarahkannya menjadi ajang pembebasan bagi kaum tertindas.

Di antara rekayasa itu, tentang pelenyapan fakta pembunuhan sekitar setengah juta orang selama rentang tahun 1965 sampai 1966, serta anggapan bahwa penjajahan Belanda di Indonesia berlangsung selama 350 tahun. Padahal kala itu banyak kerajaan-kerajaan di Nusantara yang masih berdaulat.

Selain Asvi Warman Adam, beberapa kalangan muda juga banyak menggugat tentang sejarah dan anugerah kepahlawanan di Indonesia ini. Yang paling banyak dipertanyakan adalah anugerah kepada pahlawan yang hidup di masa penjajahan Belanda.

Menurut mereka, ada beberapa orang yang disebut pahlawan itu tak lebih dari seorang homopobik. Bahkan ada yang membantai suku tertentu, menjadikan wanitanya budak, serta melakukan pelanggaran hak azazi manusia lainnya. Ini tentu menjadi luka masa lalu antar anak bangsa (pelaku dan korban), yang terus terpelihara hingga kini.

Mereka juga berpendapat, sebenarnya di antara mendapat gelar pahlawan di masa Belanda, semula bukan berperang karena ingin memerdekakan Indonesia, tapi akibat konflik dagang dengan lawan bisnisnya yang disokong Belanda, serta masalah tanah. Mengingat bangsawan zaman dulu banyak yang menjadi tuan tanah. Perlawanan mereka kemudian dibungkus dengan embel-embel suku, ras, agama dan antar golongan sehingga gaungnya menjadi besar.

Berdasarkan hal inilah ada kalangan muda di antaranya aktivis Human Right Watch, Andreas Harsono, merasa agar negara tak perlu lagi memberikan gelar pahlawan nasional. Selain banyak keanehan, kriterianya kacau balau, juga pemberian gelar pahlawan itu bukan domain negara. Dia pun merujuk pada negara-negara dengan sistem demokrasi konstitusional.

Menurutnya, negara-negara tersebut memiliki war memorial, juga hari kepahlawanan, namun tak punya pahlawan nasional. Pahlawan itu domain masyarakat lokal. Bukan negara. Jadi, anda punya pahlawan sendiri. Mungkin orang tua, guru atau tokoh. Ini hak masyarakat untuk mengangkat (pahlawan) nya. Bukan urusan negara.

”Saat ini, sudah ada 144 pahlawan nasional, mungkin 50 tahun lagi, Indonesia akan memiliki minimal 600 pahlawan nasional,” katanya.

Jumat, 04 November 2011

twit Tentang Aksi Berhala

Ok, let's make it clear what I stand. I really obset when berhala isl fall to jambi, ut I don't agree if u use it to provoke yor own people. What kind a leader are you? Don't cover your Stupidity with manipulate people...


1.Kemiskinan di kepri makin parah, inflasi naik tajam, pelayanan rendah, angka bunuh diri meningkat, kelaparan, buta huruf juga masih banyak

2.Memang ada program pengentasan kemiskinan, tapi hanya sebatas bedah rumah. Buat apa? Apa yg bisa dientaskan dg ini? *MIKIR*

3.Kemiskinan itu, bukan karena rumah jelek, tapi tingkat addvalue masyarakat rendah, penyebabnya kurang akses informasi dan peningkatan diri

4.So, ngapain bedah rumah segala, sementara inflasi tak ditekan. Asal tahu saja, tingkat inflasi di kepri, khusuny pinang TERTINGGI di indo

5.Saya rasa kita mbentuk daerah otonom ini karna spakat bahwa rakyat tak kelaparan, harga2 terjangkau, kesehatan terjamin. Bukan bedah rumah

6.Dg bedah rumah, apakah kemiskinan terentaskan? TIDAK. Malah jadi ladang koupsi baru. Ini sudah disidik kejari.

7. Sudahlah pak gubernur, bu wako, pak bupati, pak wako, tinggalkan lipstik dan bedakmu. Turun dulu dari panggung. Kalian harus sadar, eling

8.Daerah ini kian tak ada yg urus. Oligarki meraja eh bersimaharajalela (ngok), kleptokrasi apalagi. Kalian lama2 mirip gaya hugo chaves!

9.dan lebih kacau lagi soal berhala. Pake provokasi dan demo segala. ke jakarta pula. Yg saya tahu, peradaban ini dibangun dg diskusi & ilmu

10.Saya sangat tak percaya bila mereka mau jauh2 ke jakarta dg alasan patriotisme. Bullshit. Pasti ada yg mendanai. Uang siapa? Darah kami?

11.Orang goblok aja bisa ngitung. Ke jekarda naik pesawat, nginep 2 mlm di hotel... Its ok bila bener, eh malah ke TV oon, r u shitting me?

12.Belum lagi transportasi mobilisasi mahasiswa dari bandung, biaya bikin spanduk. Bego, bila ini didanai dari kocek pribadi. Encik syarif?

13.Demo kok ingin masuk tv, itu tandanya kalian tak pede. Sbb bila demo & isu kalian menarik, pasti tu wartawan akan dateng...

14.Jangankan nasional, lokal aja tak menarik kok. Tak laku dijual. padahal pake udah provokasi segala... XD

15.Udahlah, mendagri dah nantang agar ini dselesaikan lwt jalur hukum. Belajarlah pada LN Palar. Ah, sudahlah, pasti tak tahu siapa dia. XD

Dari pada ngasih ratusan juta untuk demo, mending ternak ayam. Daging & telurnya bermanfaat, bulunya bisa buat korek kuping biar tak mampet.

Twit rakor Pembentukan Pejabat Informasi Daerah

Segera bentuk paguyuban #ppid dan lembaga #ppid di daerah...
Inggris pun baru punya uu #ppid pada th 2000 dan berlaku th 2004



ada ketakutan h pejabat daeramembentuk #PPID, 1. takut nambah anggaran. padahal tidak, krn udah ditangani infokom
ketakutan ke 2. executif & legislatif takut ditelanjangi oleh publik. padahal, tujuan #PPID malah memperjelas mana yg perlu ditutup & tidak

ketakutan 3. takut sanksi bila pejabat #ppid tsb dituntut oleh pemohon informasi. padahal kenyataannya tidak demikian. ini hanya delik aduan
delik aduan beda dg delik laporan. wawako rudi, meminta terbuka saja. mulai berbenah diri, agar apa yg dilakukan tak selalu dicurigai. #ppid

#ppid ini penting, agar tak merepotkan wako dan SKPD lain bila ada masyarakat yg meminta informasi. jadi, kalau bersih kenapa harus risih?
jadi saatnya untuk terbuka. hak masyarakat akan informasi harus dilayani. #ppid

ingat, kemiskinan itu jg dipicu akibat keterbatasan akses informasi, sehingga tak well inform. sehingga tak miliki added value. #ppdi
oke pembicara rakor #PPID udah mengambil tempat. salah satunya seorang raja... raja muksin, maksudnya... XD

latar belakang UU KIP: demokrasi, transparansi, supremasi hukum... bermula dari konsursium LSM (inisiatif) #PPID
tujuannya bentuk pemerintahan yg transparan. dan libatkan partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan publik #ppid

setiap informasi publik bersifat terbuka. tak boleh bersifat ketat dan terbatas.#PPID
kcuali bersifat rahasia, sesuai UU, kepatutan ke pentingan umum, melindungi kpentingan lebih besar, n konsekuensi yg timbul apbl dbuka #ppid

UU KIP, semua terbuka kecuali yg tertutup. #ppid
#PPID adalah: pejabat yg bertgjwb dibidang penyediaan, pendokumentasian, penyediaan informasi publik.

dari 33 provinsi, yg udah bentuk KIP baru 11... kendala, political will, anggaran, kelembagaan, SDM, sarana... #PPID
honor pejabat KIP yg tertinggi adalah di kepri... #PPID *berharap ditraktir arjal* XD

apapun lembaga/organisasi yg menerima sumbangan dari masyarakat, maka harus membuka informasi pada publik #PPID
yg sudah menunjuk/membentuk #PPID baru 6 provinsi, 32 kabupaten, dan 6 kota

badan publik yg dg sengaja tak menyediakan, memberikan informasi publik scr berkala, n mengakibatkan kerugian bg orang lain... #PPID
sangsinya, untuk bagi pelanggar hukuman 1 th, dan denda rp5 jt untuk stiap tuntutan. #PPID

infokom batam sudah ditunjuk sbg pejabat #PPID... sayangnya beberapa SKPD belum memiliki PPID pembantu... sehingga data2 mrk susah diakses

Kalau gitu, Apa beda #ppid dg humas?
Beda #ppid dg humas ada di tupoksinya. 1.tugas humas mmenuhi hak tahu publik internal & externalnya utamanya terkait kebjkan wako

2.Humas mengakomodasi aspirasi publik internal dan external, lagi2 terkait aksi wali kota. #ppid
Lagi pula humas di pemko itu eselonnya masih di bawah level kadis. Jadi kurang sakti untuk minta dokumen ke instansi lain #ppid

3.Humas membangun citra baik kepala/pemerintah daerah, melalui media. Tapi #ppid tidak.
#ppid harus memverifikasi data/dokumen pemohon informasi... Nama, alamat, telpon dll. Kalau tak jelas jangan diladeni

@rizaRef humas lbih proaktif dan bnyk suplai info ke media, ppid berikan data ke non-media dan beri data jika diminta...:)

Selasa, 01 November 2011

Dua Hari Raya

Hari Raya Idul Adha sudah menjelang. Orang-orang di kampung kami, Bawean, Jawa Timur, menyebut Idul Adha dengan Hari Raya Besar. Dan perayaannya pun tak kalah istimewa dengan Idul Fitri.



Cuma bedanya, di hari raya Idul Adha tak ada lagi tradisi beli baju baru. Karena saat Idul Adha mereka mengenakan kembali baju baru yang sudah dipakai saat Idul Fitri.

Agar baju tersebut tetap bagus, orang tua akan langsung menyimpan baju Lebaran Idul Fitri anaknya, usai dikenakan. ”Nanti dipakai lagi saat hari raya besar,” anjurnya.

Tapi ini cuma tradisi saja. Ini hanyalah refleksi kebahagiaan menyambut hari raya. Karena hari raya adalah hari makan-makan, minum-minum dan mengingat Allah (dengan takbiran).

Soal mengapa orang Bawean menyebut Hari Raya Idul Adha dengan Hari Raya Besar, saya juga belum paham. Karena baru sekarang saja hal itu terpikir. Tapi kalau saya coba menganalisa, mungkin ada kaitannya dengan tradisi dari Mesir yang juga menyebut Idul Adha dengan Ied Kabir yang artinya Lebaran Besar. Sedangkan HariRaya Idul Fitri disebut Ied Shogir atau Lebaran Kecil.

Karena itulah, mengapa perayaan Idul Adha di negara tersebut, juga di Iran, jauh lebih meriah dan semarak dibanding Idul Fitri. Kebalikan negara kita. Namun sekali lagi, tetap saja kedua hari raya ini ”sama” istimewanya yang memiliki nilai bahagia, semarak, dan amaliyah.

Kata sama saya beri tanda kutip, karena ternyata Idul Adha dan Idul Fitri memiliki hubungan yang erat. Terutama hubungannya dalam dua rukun Islam (puasa dan haji), relasi taqwa dan al birr (kebajikan), relasi spiritual dan fisik, dan relasi pembinaan pribadi dan keluarga. Keterkaitan ini sempat dikupas Dedhi Suharto, dalam bukunya Keluarga Qurani.

Hubungan pertama, dua hari raya ini merefleksikan relasi dua rukun Islam, tentang puasa dan haji. Bila dalam Idul Fitri kita sebelumnya melaksanakan ibadah Puasa Ramadan, di Idul Adha, sebagian ini umat muslim yang mampu dan dipanggil-Nya, menunaikan ibadah Haji di Mekkah.

Puasa mengajarkan pengendalian diri dan bersifat internal, sefangkan haji mengajarkan berkumpul, berinteraksi dengan sesama Muslim dan bersifat eksternal.

Ibadah puasa merupakan sarana latihan, dan pahalanya tak dapat ditentukan karena hanya Allah yang langsung akan membalasnya sendiri. Sedangkan ibadah haji merupakan sarana pembuktian, dan jaminannay sudah pasti, yaitu surga.

Ibadah puasa adalah landasan konsepsional sehingga lebih bersifat abstrak, sedangkan ibadah haji yang merupakan kelanjutan dari ibadah puasa, menggambarkan praktik dalam kehidupan nyata, sehingga lebih konkret.

Karenanya, ibadah puasa akan menghasilkan keikhlasan dan taqwa (kesalehan pribadi), sedangkan ibadah haji akan menghasilkan al birr, atau kebajikan (kesalehan sosial). Selain itu, ibadah puasa terfokus pada pembentukan probadis seorang Muslim, sedangkan ibadah haji terfokus pada pembentukan masyarakat Muslim itu sendiri.

Konsep taqwa dan kebajikan (al birr) inilah yang direfleksikan dua hari raya tersebut. Bila ibadah puasa Ramadan, yang karenanya kita merayakan Idul Fitri, bertujuan agar kita menjadi taqwa, maka tujuan ibadah haji yang karenanya kita merayakan Idul Adha, agar (pelaksananya) menjadi orang yang berbaksi karena hajinya penuh kebajikan.

Jadi jelas, konsep taqwa lebih abstrak, bernuansa keagamaan, sedangkan al birr lebih konktret dan bernuansa kemanusiaan. Keduanya saling terkait.

Relasi kedua hari raya inipun, merfleksikan dua komponen besar manusia, yakni spiritual dan fisik. Bila Idul Fitri mengingatkan kita kepada kekuatan spiritual yang harus dibina, sedangkan hari raya Idul Adha, dengan ibadah haji, mengingatkan kita untuk membina pada kekuatan fisik. Semua kekuatan inilah, baik spiritual dan fisik yang coba didorong oleh Islam.

Dalam dua hari raya tersebut, Allah juga menurunkan dua jenis ujian berbeda. Dalam Idul Fitri, ujiannya sederhana, tapi mendasar, yakni berupa pelaksanaan ibadah zakat fitrah. Ujiannya bersifat individu.

Sedangkan Idul Adha, bentuk pengujiannya berdasarkan biaya, sehingga terasa lebih berat. Pada Idul Adha, ujiannya berupa pelaksanaan menyembelih hewan kurban yang disunnahkan pada komunitas terkecil dalam bentuk keluarga. Sekali lagi, semangatnya adalah pada komunitas bukan individu.