Rabu, 30 Desember 2009

Selamat Jalan Gus Dur


Kepergian mantan presiden KH Abdurrahman Wahid atau disapa Gus Dur, meningglkan duka bagi orang-orang terdekatnya. Termasuk yang berada di Batam. Di antaranya Nyat Kadir dan Abdul Basith Has. Apa kata mereka?





Nyat Kadir tersentak, mandinya sorenya terganggu oleh suara ketukan dari luar. “Pak… Pak… cepat keluar, Gus Dur meninggal…!” pekik Hasyimah, sang istri. Saat itu waktu menunjuk pukul 19.30.

Bergegas Nyat Kadir mengelap badannya. Dengan hanya mengenakan sarung dia buru-buru menyerbu ke arah televise yang saat itu menyiarkan secara langsung bahwa Gus Dur telah meninggal sekitar pukul 18.45 WIB.

“Saya terharu. Tak terasa menitikkan air mata,” ujar Nyat tadi malam.

Nyat memang sangat mengidolakan Gus Dur. Karena loyalitasnya itu dia sempat terjungkal dari kursi ketua PKB Kepri.

“Besok (hari ini, red) saya akan terbang ke Jakarta, melayat Gus Dur. Insyaallah,” tekadnya.

Selanjutnya Nyat mengisahkan kesan-kesannya terhadap seorang Gus Dur. Menurutnya, cucu pendiri Nahdlatul Ulama itu selalu memberikan dorongan moral dan contoh kepemimpinan yang baik.

Kepadanya Gus Dur selalu mengingatkan, bila jadi pemimpin harus merakyat, bela rakyat kecil, dan antidiskriminasi.

“Itu selalu beliau katakan. Setiap kali bertemu selalu begitu. Bagi saya ini adalah pesan emas,” ungkapnya..

Satu lagi yang membikin Nyat kagum pada seorang Gus Dur, tentang ketidak sukaannya pada orang yang memusuhi kelompok minoritas. Karena itulah, Gus Dur juga dihormati oleh setiap golongan.

Nyat berkisah, pernah suatu hari dia naik taksi di Jakarta yang dikemudikan oleh seorang non muslim.

Saat itu Nyat bertanya kesan-kesannya terhadap seorang Gus Dur. Lalu si supir menjawab, bahwa Gus Dur sangat menghargai kelompoknya.

Hal ini dibuktikan ketika ada sekolah non muslim akan digusur pemerintah DKI, Gus Dur turun langsung, mencegah.
“Dia memang lambang bapak yang sangat menghargai keragaman,” ujar Nyat mengenang.

Nyat juga mengisahkan tentang pertemuan terakhirnya dua bulan dengan Gus Dur di Rumah sakit Cipto mangun Kusumo. “Saya diajak oleh Muamir Muinsam, salah satu pengurus PKB, untuk menjenguk gusdur sedang sakit,” akunya.

Saat Nyat minta restu maju di pemilihan gubernur Kepri, Gus Dur langsung menyatakan dukungannya. “Oke, Pak Nyat, saya dukung Anda, Anda layak,” jelasnya.

Dan yang sangat mengharukan, Gus Dur mau datang ke Batam saat kampanye nanti, walaupun hanya selangkah, selepas itu langsung pulang.

Lalu Gus Dur bertanya pada Nyat,
“Kapan pilgub?”
“Saya bilang sekitar bulan Juni, Gus”.
“Wah masih lama ya…”

Selanjutnya, mereka terlibat perbincangan santai. Seperti biasa, Gus Dur banyak melemparkan banyolan.


Selain Nyat Kadir, Abdul Basith Has juga terkejut saat mengetahui Gus Dur telah berpulang. Basith adalah juga loyalis Gus Dur yang tersingkir dari PKB.

“Gus Dur orang hebat. Dia bapak bangsa. Sungguh ini merupakan peristiwa besar yang terjadi menjelang awal tahun baru,” jelas basit kepada koran ini, tadi malam.

Basit mengaku mendapat kabar meninggalnya Gus Dur via telepon, sekitar pukul 18.50. Sore itu, dia tengah bercengkrama soal pendidikan bagi anak-anak Hinterland di teras Sekolah binaannya, Hang Nadim Malay School, Tiban.

“Saya sangat kaget, tak terasa air mata menitik. Langsung saya telepon kawan-kawan di beberapa DPW PKB. Mereka ternyata mengiyakan akan kebenaran berita ini,” jelasnya.

Setelah Gus Dur wafat, Basith mengaku sangat kehilangan seorang panutan. “Gus Dur itu orang hebat dan bersahaja. Saya merasa tenang dan sejuk bila bersamanya,” jelasnya.

Dan yang paling dikagumi Basith, adalah tentang sifat Gus Dur yang selalu berbicara tentang bangsa, bagaimana menjadi masyarakat yang jujur untuk rakyat dan negara. Dia tak pernah berbicara tentang ke-akuan-nya, diri sendiri dan keluarganya.

Pernah tiga tahun lalu Basith menginap di rumah Gus Dur di Ciganjur. Jelang subuh, tiba-tiba Gus Dur, dengan masih memakai celana pendek dan baju tidur, datang padanya lalu dengan antusias berbicara tentang bagaimana masyarakat Kepri, termasuk soal Penyengat, sebagai tempat cikal bakal bahasa Indonesia, wujud bahasa melayu, hingga Raja Ali Haji.

“Saya sangat trenyuh. Dalam kondisi yang kurang sehat, Gus Dur masih sempat memikirkan orang lain, sementara kita yang masih segar begini masih saja memikirkan diri sendiri,” jelas Basith, yang bersiap akan melawat ke Jakarta pada hari ini.

Kepergian Gus Dur juga membuat keluarga besar NU berduka. Gus Dur memang bapak bangsa dan sangat luar biasa, semuanya mutiara,” ujar Khairul Saleh, Ketua Pengurus Cabang (PC) NU Batam.

Menurut Khairul, Gus Dur tak hanya diakui masyarakat Indonesia atau keluarga besar NU semata, tapi juga dunia.

“Apa yang beluau perjuangkan dan wujudkan, akan terus kita lanjutkan sampai kapanpun,” tekadnya.

Dan kesan yang kini masih melekat bagi Khairul, akan kelebihan Gus Dur yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran orang lain. Setidaknya ini telah dia alami saat ada acara PKB di Surabaya, 2 tahun lalu.

Saat itu, sebelum peserta bertanya apakah Gus Dur punya masalah dengan Saifullah Yusuf (kini wakil Gubernur Jawa Timur), Gus Dur sudah menjawabnya. “Kok bisa tahu ya? Luar biasa,” katanya.

Terkait wafatnya Gus Dur ini, Khairul mengundang semua masyarakat Batam malam nanti, habis salat magrib, berdoa bersama di Masjid raya Batam. “Nanti kita salat ghaib bersama, dan tahlilan,” ujarnya.

Imbauan serupa dilontarkan Ketua PKB Batam Rudi SE.

Rudi yang kini duduk di DPRD Batam ini, juga mengagumi sosok Gus Dur, terutama soal daya pikirnya yang kritis dan terus terang. Berbicara tanpa ada beban apapun. Yang dia anggap itu benar, pasti dijalankan tak peduli rintangan di depan.

“Gus Dur itu spontanitas. Bila dia anggap benar langsung dipuji, bila salah langsung ditegur. Ini sangat bagus, tak ada kata dendam,” tutupnya.

Jumat, 18 Desember 2009

Manusia Wajib atau Haram?

Ada lima jenis manusia, ada yang (1) wajib, (2) sunnah, (3) makruh, (4) mubah, dan (5) haram. Termasuk di manakah kita?

Ini adalah ilmu lama yang saya petik kala Emha Ainun Najib dengan Kiai Kanjeng-nya, melakukan pementasan di Bawean. Saat itu -kalau tidak salah- tahun 1995.

Emha mengurai, jenis manusia yang wajib adalah manusia yang sangat dicintai. Kehadirannya sangat diharapkan karena membawa manfaat bagi sekelilingnya. Bila dia ada, orang-orang sekelilingnya merasa senang dan tenang. Tapi bila dia tak ada, orang-orang merasakan kehilangan yang amat hebat. Sehingga mereka sibuk menanyakan di manakah gerangan dianya berada.

Masyaallah... Alangkah indahnya bila kita masuk dalam manusia tipe seperti ini. Kiranya, hanya Rasulullah sajalah yang berada di golongan ini.

Adapun manusia tipe sunnah, adalah manusia yang kehadirannya juga sangat diharapkan dan disukai. Dia juga dicintai, karena kehadirannya bisa membuat orang lebih baik. Namun bila dia tak ada, ya tak apa-apa.

Tipe ketiga, manusia makruh. Kehadirannya tak begitu membawa pengaruh dan manfaat, namun juga tak mengganggu. Tapi lebih baiklah bila dia tak ada. Namun sekali lagi, manusia tipe ini cuma sekadar pelengkap saja.

Beda halnya dengan manusia tipe mubah. Ini ada atau tidaknya, tak memberi pengaruh apa-apa. Ada tak apa-apa, tidakpun juga tak apa-apa. Saking terlalu umumnya, kadang orang tak tahu apakah dia ada atau tidak.

Namun yang paling buruk adalah manusia tipe haram. Manusia ini ini sangat dibenci. Kehadirannya hanya membikin suasana sekelilingnya tak tenang dan horor.

Kebalikan dengan manusia wajib, bila manusia haram ini muncul orang-orang merasa terancam. Sehingga orang berharap agar dia tak pernah ada di muka bumi. Saking tak disukainya, orang-orangpun akan menyingkir, tiap kali dia akan datang. Jangankan mau bersahabat, mendekat saja orang tidak mau. karena takut ketularan sial.

Dari uraian ini, termasuk di manakah kita? Apakah kita masuk dalam golongan manusia wajib, sunnah, makruh, mubah, atau mungkin, nauzubillahiminzalik, manusia haram?

Bila ini terlalu luas, marilah kita persempit ke ruang peran (role) kita. Bila kita seorang suami, istri, pedagang, profesional, pemimpin dan sebagainya, termasuk golongan manakah kita?

Apakah kita masuk dalam golongan manusia wajib, sunnah, makruh, mubah, atau mungkin, nauzubillahiminzalik, manusia haram?

Semua kita, tentu ingin masuk dalam golongan yang wajib, atau paling tidak sunnah. Karena tentu alangkah sialnya kita bila ternyata masuk dalam golongan manusia haram. Karena ini adalah seburuk-buruknya golongan, lebih buruk dari setan.

Dan, aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.

Selasa, 15 Desember 2009

Pemimpin Tolol dan Pembisik Licik

Sebenarnya bagaimana hubungan antara pemimpin dan pembisik? CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo, cukup bagus mengupasnya.

Dari dulu cerita tentang atasan dan bawahan tak pernah habis. Ribuan buku ditulis untuk menjelaskan bagaimana menjadi pimpinan yang benar.

Ilmu dan cerita tak pernah habis karena kepemimpinan mengelola manusia, bukan barang. Barang mudah digeser, bahkan dibuang. Sementara, manusia belum tentu mudah digerakkan.

Tidak mudah digerakkan karena pada dasarnya hubungan antarmanusia tergantung dari kuat lemahnya posisi tawar-menawar seseorang terhadap orang lain. Kalau posisi kuat, dia cenderung menguasai lawan dengan kebenarannya sendiri. Kalau posisi lemah, dia cenderung ikut lawan yang lebih kuat, kendati dia tahu seharusnya dia tidak perlu serta-merta mengikuti lawannya itu.

Urusan atasan bawahan juga sama. Posisi tawar atasan lemah bila bawahannya memegang kunci-kunci penting dalam pekerjaan yang mungkin tidak dikuasai atasannya. Kunci itu bisa berupa keterampilan dan keahlian menyelesaikan pekerjaan, tetapi juga karena rahasia pribadi yang dipegang anak buah.

Namun, secara umum posisi tawar atasan biasanya lebih kuat dibandingkan dengan anak buah. Atasan yang mejanya kosong, duduk memejamkan mata sambil memegang keningnya hingga berkerut, akan disebut pimpinan yang sedang mencari inspirasi. Dengan acting seperti ini, pimpinan dianggap sedang berpikir keras bagaimana mengatur strategi jitu untuk kemajuan perusahaan. Padahal, dia benar-benar tertidur.

Sebaliknya, kalau bawahan duduk termenung di mejanya sambil memegang keningnya, apalagi bila matanya terpejam, dia berpotensi mendapat hardik, karena akan dianggap malas, suka melamun, atau bahkan kerjanya hanya mengantuk.

Demikian halnya kalau pimpinan ragu dan butuh waktu lama mengambil keputusan, dia mungkin akan dikatakan pimpinan yang berhati-hati. Keputusan harus dipertimbangkan dengan masak, cermat, dan tidak gegabah. Tetapi, kalau bawahan lama tidak mengeksekusi pekerjaan, dia akan dibilang lambat, tidak cekatan, dan kurang dinamis.

Pimpinan cenderung selalu benar. Kendati demikian, kebenaran itu seringkali ditentukan oleh para pembisik. Kalaupun pimpinan melakukan kesalahan, orang di sekelilingnya akan mencarikan rasionalisasi, dibuat seakan masuk akal, bahkan dibangunkan alasan pembenarannya.

Oleh karena itu, seorang pimpinan berpotensi masuk perangkap pembisik dan orang-orang pada ring satu, atau penjilat pada lingkaran terkecilnya. Ketika ada suara berisik di luar kantor karena demo menuntut kenaikan gaji, bisa jadi pembisik akan bilang: “Tenang Boss, keadaan sudah saya amankan, sekarang sudah kondusif dan terkendali.”

Namun, tidak tertutup kemungkinan terjadi sebaliknya. Ketika ada tiga–empat orang yang biasanya vokal dan berseberangan pandangan kelihatan bertemu di restoran, maka bisa jadi pembisik langsung lapor ke pimpinan: “Wah, gawat, Bos, hati-hati, kelompok pembangkang sedang merencanakan makar.

”Kemudian, situasi didramatisasi dan dibuat begitu mencekam. Dan, ujung-ujungnya prestasi buat pembisik karena dia akan bilang: “Tenang, Bos, keadaan sudah saya amankan, sekarang sudah kondusif dan terkendali.” Padahal, memang mungkin tak ada sesuatu yang layak dirisaukan.

Jadi, siapa lebih berkuasa, pimpinan atau pembisik?

Senin, 14 Desember 2009

Profesionalisme dan Kendalanya

”Kalau kerja yang Profesional dong!”
Pekikan seorang ibu terdengar, di depan sebuah loket pelayanan umum.
Profesional, ”mahluk macam apakah ini?


Kalau dari etimologisnya, profesional mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional (Longman, 1987).

Dari sini sudah jelaslah, bahwa bukan sembarang pekerjaan disebut profesi dan pelakunya adalah profesional yang memiliki profesionalisme. Misalnya tukang becak, tukang ojek, pengemis, ini bukan profesi, namun bisa disebut dengan pekerjaan atau keterampilan skill saja.

Beda dengan dokter, wartawan guru dan jabatan instansi pemerintah dan swasta. Semua memerlukan kepandaian khusus, dan kajian yang khusus pula. Dengan demikian dalam pelaksanaannya selalu diatur atau diawasi dengan aturan (undang-undang) khusus juga.

Setelah muter-muter di atas, lalu apa sebenarnya esensi dari profesional itu? Saya punya jawaban sederhana saja. Seorang profesional adalah orang yang mampu membuat orang lain nyaman. Itu saja.

Misalnya pedagang yang profesional, mereka harus membuat konsumennya nyaman dan terbantu. Begitu juga dokter, wartawan, birokrat dan lain sebagainya. Semua harus membuat orang yang dilayaninya nyaman dan terbantu, sehingga mereka merasa hommy dan cozy.

Karena hakikatnya , profesi itu ada untuk membuat dan membantu orang agar nyaman.

Hal ini juga berlaku pada para pelaksananya (person) dari profesi itu sendiri. Misal, seorang atasan dinilai profesional bila dia bisa membuat suasana kerja (bawahan) tenang dan nyaman. Bukan sebaliknya, tegang dan mencekam.

Situasi sterss kadang membuat komunikasi kita jadi offensive. Ini wajar saja terjadi. Namun sebagai seorang pemimpin, jangan sampai hal ini menjadi bumerang. Karena seorang pemimpin harus mampu memberikan ketentraman, ketenangan bagi orang yang dipimpinnya.

Demikian pula sebaliknya, seorang bawahan bisa dikatakan profesional adalah yang mempu membuat nyaman rekan setim dan atasannya. Tugas-tugas jadi lancar. Bukan malah sebaliknya, suka kasak-kusuk, menjilat untuk menutupi ketidakmampuannya.

Lalu apa hambatan profesionalisme di tempat kerja? Tak lain dan tak bukan adalah, komunikasi yang buruk.

Ah, kalau hanya itu, semua juga sudah tahu.

Memang benar, namun apakah sudah dilaksanakan? Karena kadang kita banyak tahu, namun melaksanakannya susahnya minta ampun. Mirip melaksanakan salat, sudah tahu dosa masih aja dilanggar.

Sebelum mengurai bagaimana itu komunikasi yang buruk, tentunya kita harus paham apa itu komunikasi. Komunikasi berasal dari kata komunis, artinya sama. Penjabarannya, dengan berkomunikasi kita mencaripersamaan persepsi, melalui pelepasan simbol-simbol yang kita sebut bahasa.

Agar komunikasi berjalan baik, antara pelempar dan penerima pesan harus ada kesepakatan. Bila ada yang satu berbicara yang satu harus mendengar, dan sebaliknya.

Jangan lupa, orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara.

Dalam skala besar, agar komunikasi berjalan baik maka semua arahnya harus aktifkan. Apakah itu dari atas ke bawah, bari bawah ke atas, atau saling silang.

Bila semua hal tersebut tak bisa tercapai maka bisa dikatakan bahwa komunikasi yang sedang terjadi masuk dalam katagori buruk. Berikut saya paparkan beberapa contoh komunikasi yang buruk, antara lain,

1. Mau menang sendiri. berhadapan dengan manusia semacam ini repot juga. Jika dibiarkan, pendapatnya dapat menyesatkan, namun bila diluruskan malah menyulut perang. Serba salah.

Khusus uraian ini, rekan saya punya pengalaman dengan hal ini. Suatu gurunya bertanya di kelas, gunung apa yang tertinggi di dunia. rekan saya menjawab, ”Everest”. Ternyata jawaban ini disalahkan. menurut si guru, gunung tertinggi di dunia adalah Himalaya. Tentu saja rekan saya protes, karena merasa yakin dengan jawabannya. Namun, si guru merasa tersinggung malah marah lalu melecehkan rekan saya itu.

2. Komunikasi yang buruk juga bisa berbentuk marah bila dikritik. Jangankan dikritik, diberi masukan saja sudah emosi. Seolah saat mendengar saran, merasa dirinya direndahkan, kewibawaannya runtuh. Bahkan, merasa seolah jabatannya mau dirampas saja. Emang siapa yang mau merampas? Mungkin yang bersangkutan terlalu banyak nonton sinetron, sehingga pola pikirnya terbentuk seperti itu.

3. Lebih mengedepankan prasangka buruk dari pada open mind. Mungkin pikirannya terpengaruh kisah-kisah detektif dan konspirasi politik. Bila ada yang kritis dianggap punya niat buruk, konspirasi yang jahat dan sebagainya.

4. Tak menghargai hak kekayaan intelektual rekan sekerjanya, mulutnya nyinyir, suka merendahkan. Kadang ada rekannya yang kesusahan, bukannya dibantu, malah dinistakan.

5. Ciri komunikasi buruk lain adalah kasar. Ngomong dengan rekan sekerja bak ngomong dengan budak belian saja. Lama-lama situasi ini menimbulkan gesekan latent, ibarat gunung api, dipicu sedikit siap meledak.

Semua ciri tersebut ditunjang oleh kualitas kejiwaan dan kepribadian seseorang. Karena semuanya ini muncul akibat rasa ego yang besar, sombong, arogansi sektoral, merasa paling hebat, merasa paling benar, angkuh, takabbur merasa sudah jadi Tuhan.

Bila demikian, jangan bingung bila banyak masalah yang timbul, tak usah heran bila situasi kerja tak kondusif. Tak usah terlalu banyak tanya, mengapa profesionalisme itu hilang seketika.

Kamis, 10 Desember 2009

Nasib Ban Serap

Saya dilanda kecemasan yang sangat hebat, mana kala ban mobil belakang saya kempes. Waduh, terpaksa pontang panting cari tukang tambal ban. Mana setengah jam lagi, mau bertemu seseorang lagi.


Karena sudah kesuntukan masa, pelan-pelan, saya kendarai juga mobil ini. Menyeret ban belakang yang kempes itu. Saat tiu, saya seolah merasakan betapa deritanya ban kempes tersebut. Drukkkk… drukkk… druk…

Tak lama, sampai juga pada kios tambal ban, milik orang batak, sebelah rumah makan babi panggang yang mangkal di depan Mako Pangkalan AL, Batam.

Untung pas sepi pula, jadi langsung dilayani.

“Bah, sepertinya susah nih Pak, bocornya sudah kena pinggir,” kesannya setelah memeriksa ban belakang mobil saya.

“Jadi gimana dong?” saya kebingungan.

“Apa Bapak punya ban serap?”

“Ban serap? Astaga, iya saya punya,” jawab saya, lalu membuka bagian dasar bagasi.

“Nah ini dia pak. Waduh kok bisa sampai lupa begini ya?” seloroh saya.

“Kondisinya bagaimana Pak?” tanya sang tukang tambal ban.

“Oh, saya tak tahu. Sayapun lupa apa ban ini masih baik atau tidak,”

Mendengar jawaban saya itu, sang tukang tambal ban garuk-garuk kepala. Satu dua helai ubannya pun menyembul saat jarinya menusuk sela-sela rambuntnya itu.

“Pak, meski ban serap harus jugalah diperhatikan dan dirawat. Karena suatu saat justru inilah yang jadi penyelamat. Inilah yang akan menggantikan posisi bila ban utama bocor dan tipis,” nasihatnya.

Menarik juga filosofi ban serap si bapak ini. Meski ban serap harus jugalah diperhatikandan dirawat. Karena suatu saat justru inilah yang jadi penyelamat. Inilah yang akan menggantikan posisi bila ban utama bocor dan tipis.

Oh, betapa lalimnya saya. Seandainya saja ban serap ini bisa ngomong, tentu dia akan protes berat diperlakukan seperti ini. Hanya diambil perlunya saja, setelah itu dicampakkan bagai sampah tak berarti. Untunglah ban serap ini tak punya hati dan rasa seperti manusia.

“Pak… Pak…” suara si tikng tambal ban membuyarkan lamunan.

“Bapak beruntung, ban serapnya masih bagus.”

Saya menghela nafas panjang, ah syukurlah. “Ya udah, langsung dipasang aja,” ujar saya.

Tak lama, tangan-tangan terampil si tukang beraksi. Mobil sayapun kini bisa digunakan.

“Bagaimana ban yang bocor ini Pak? Mau ditambal enggak?”

“Ah, biarin dulu lah. Saya keburu-buru, taruh aja kembali di tempat ban serap tadi,” pinta saya.

Setelah semua rampung, saya pun tancap gas. Dalam benak selalu berbisik, “Ingat, kamu membawa ban serap yang bocor.”

Brita Prita

Prita Mulyasari. Wah, siapa yang tak mengenal nama ini. Sosoknya belakangan ini sudah setara dengan artis papan atas.


Prita adalah sebuah sosok baru yang muncul dari sebuah lakon baru di negeri telenovela ini, menyusul kesuksesan "seniornya", seperti Inul daratista, Maria Eva,
Rhani Juliani dan Manohara.

Terus terang, saya sangat bersimpati dengan derita Prita, seorang ibu rumah tangga yang dijerat hukum hanya gara-gara curhat melalui email kepada rekannya, tentang pelayanan dokter Rumah Sakit Omni Internasional.

Tentu saja, nasibnya mendapat simpati dari para peselancar dunia maya, hingga akhirnya membuat sebuah gerakan di jejaring sosial yang mengundang beragam tangapan simpati dari semua pihak, termasuk para politisi top negeri ini.

Akhirnya, kasus Prita berakhir damai. Namun baru-baru ini, dia digugat secara perdata dan harus membayar denda Rp204 juta. Sungguh terlalu.

Simpatipun kembali datang, bahkan kali ini lebih dahsayat. Adalah seorang blogger yang menggalang dukungan dengan mengumpulkan sumbangan koin untuk Prita.

Bak dikomando, rakyat di negeri yang memang sangat penuh kasih ini, kembali menyumbang. Di mana-mana, koin untuk Prita pun terkumpul.

Hingga satu minggu, jangankan hanya Rp204 juta, malah sudah menyentuh angka Rp500 juta. Luar biasa.

Ini adalah sebuah fenomena, bahwa perhatian kecil mampu membuat sebuah perubahan. Dan memang, akhir-akhir ini terbersit kabar, RS Omni akan mencabut gugatan perdatanya itu.

Inilah sebenarnya substansi kasus tersebut. Sekali lagi, saya sangat bersimpati.

Namun, akhir-akhir ini rasa simpati ini agak sedikit tergerogoti, manakala Prita mulai -sadar atrau tidak- menikmati popularitasnya tersebut. Lihat saja, akhir-akhir ini Prita sering tampil di televisi, koran dan majalah.

Pagi lihat Prita nangis, siang lihat Prita nangis, malam lihat Prita nangis.

Bukan di segmen straight news, namun sudah yang sangat pribadi. Hingga akhirnya keluarganyapun diboyong ke layar kaca. Jauh dari kupasan alur kasus yang terjadi.

Inilah yang membuat simpati saya luntur. Ternyata, saya tak sendiri. saat ini sudah mulai muncul keluhan atas tingkah Prita yang mulai menikmati popularitas ini. Tanggapan miring pun mulai timbul.

"Wah enak ya Prita, udah kaya dia. Modal gitu doang dapat Rp500 juta!"

Ada lagi yang bilang, "Prita itu aslinya kan orang berkecukupan, kenapa bukan nenek yang divonis mencuri kakao saja yang dibantu? Orang yang benar-benar miskin." Dan lain-lain.

Memang sih, Prita mengatakan akan menyumbang uang tersebut pada orang kecil yang tertindas, namun terlalu besarnya dia menikmati popularitas membuat orang lain agak risih.

Dari kasus ini, mestinya Prita harus mampu membatasi diri dengan hanya muncul saat momen berita langsung saja. Muncul, karena memang harus muncul. Karena bagaimanapun, popularitas itu bagai pisau bermata dua.

Mestinya juga, dia mau belajar dari kasus Inul, Maria Eva, bahkan terakhir Manohara.

Jangan sampai nantinya, masyarakat yang bosan melihat terlalu banyaknya Prita tampil, malah balik bersimpati pada Rumah sakit Omni Internasional.

Karena di negeri telenovela ini, apapun bisa berbalik. RS Omni jika terlalu lama jadi under dog, terlalu lama dijelek-jelekkan, maka semakin besar juga porsinya memenangkan hari rakyat.

Sementara Prita jika terlena, menikmati popularitasnya, terlalu lama menerima sanjungan, peluang kalahnya juga menganga.

Inilah sebenarnya aturan main pencitraan.

Saya rasa itu tak akan terlalu sulit, jika RS Omni mampu memainkan perlombaan memenangkan hati atau simpati masyarakat ini.

Too much love (popularity) will kill you.

Minggu, 06 Desember 2009

Rumah Terakhir

Bila anda sebagai tukang sapu, menyapulah seperti layaknya Michael Angelo melukis, atau Shakspeare saat menulis sastra. Menyapulah, sehingga saking bersihnya, para Malaikat pun sungkan mau melintas di jalan yang Anda sapu.

Ada sebuah kisah hikmah yang menarik terkait prolog di atas.

Dikisahkan, ada seorang arsitek jempolan. Karya-karyanya amatlah bagus, sehingga membikin kagum siapa saja. Termasuk, tentu saja, para atasannya sendiri.

Hingga di suatu masa, senja sudah usia sang arsitek itu. Maka, menghadaplah dia pada sang bos, menyampaikan maksud ingin mengundurkan diri. ”Saya sudah tua Pak,” alasannya.

Mendengar ini, sang Bos pun maklum. Namun sebelum sang arsitek mengundurkan diri, bosnya punya satu permintaan lain. ”Saya ingin Anda mengerjakan sebuah rumah. Ini rumah terakhir yang Anda kerjakan sebelum Anda keluar,” pintanya. Sang arsitek pun menyanggupinya.

Selanjutnya, mulailah dia mengetrjakan permintaan bosnya itu. Namun semangat kali ini berbeda dengan sebelumnya. Jika dulu dia sangat teliti, kini asal-asalan. Bahan-bahan yang dipilih, kontrol yang dilakukan pun sangat kurang baik. Tak heranlah bila rumah itu selesai sebelum waktunya.

”Ah, untuk apa saya kerjakan dengan baik, toh sebentar lagi saya akan keluar dari perusahaan ini,” pikirnya.

Setelah pekerjaannay usai, maka menghadaplah sang arsitek ini ke ruang bosnya.
”Pak, pesanan rumah terakhir sudah selesai saya kerjakan,” ujarnya sembari menyerahkan kunci rumah tersebut
”Oh, begitu ya... Terimakasih sekali lagi saya ucapkan. Ini di luar dugaan saya, bisa selesai dengan cepat,” jawab si bos.

Hingga akhirnya, hati si arsitek terguncang manakala si bos mengatakan, bahwa sebenarnya rumah terakhir itu diperuntukkan untuk dirinya, sebagai penghargaan perusahaan atas dedikasinya selama ini. ”Ini, ambillah kembali kunci ini. Nah, selamat menikmati rumah baru Anda,” jelas si Bos.

Si arsitekpun terdiam. Lalu air matanya menetes. Dia menangis. ”Oh... Pak, alangkah malunya saya. Mengapa di saat terakhir kali saya bekerja, saya tak melakukan dengan baik?” sesalnya.

Hikmah dari kisah ini, bekerjalah dengan selalu memberikan hal yang terbaik.

Quo Vadis Visit Batam 2010

Apa yang membuat Anda tertarik datang ke Batam, sehingga Anda memilih daerah ini sebagai tujuan wisata Anda?


Ingin lihat jembatan kabel?
Ah, daerah lain juga ada. Bahkan di Madura jembatannya lebih panjang.

Tertarik karena barang murahnya, khususnya elektronik?
Ah, coba pikirkan lagi. Mana murah dengan yang ada di Tanah Abang atau Glodog, Jakarta?

Ingin melakukan wisata kuliner?
Wah, di Medan lebih kaya akan hal ini.

Mall-nya bagus-bagus?
Ini lagi, di daerah lain mall juga sudah menjamur.

Lalu apa dong? Apa yang membuat para wisatawan itu tertarik mengunjungi daerah ini? Karena Batam saat ini, sudah berbeda jauh dengan Batam masa lalu. Di mana semua keistimewaan ada di sini.

Dulu mungkin orang ingin ke Batam karena tergiur membeli makanan murah dari luar negeri, seperti coklat, kosmetik hingga parfum. Atau juga ingin membeli barang elektronik dan mungkin sekadar mengundi nasib, lalu larut dalam gairah malam.

Namun kini, semua keistimewaan itu banyak hilang. Sedangkan potensi wisata lainnya, belum digarap maksimal.

Saat semua mulai diperhatikan, seiring dengan itu pula, daerah-daerah lain kian giat-giatnya, mempercantik diri, membangun, membuka dan mempromosikan potensi wisatanya masing-masing.

Akibat dahsyatnya daerah lain menggali potensi wisata ini, kini wisatawan luar dan lokal makin memiliki variasi dalam memilih tujuan wisatanya. Bahkan kini, posisi Bali sebagai tujuan utama wisatawan mulai bergeser.

Hal ini juga diakui Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam, Guntur Sakti. Menurutnya, membranding Batam saat ini jauh lebih sulit. Karena keistimewaan yang ada sudah banyak yang hilang.

”Kita tak bisa lagi hanya memanfaatkan gift yang ada, seperti kedekatan dengan Singapura dan Malaysia,” ujarnya.

Sementara untuk mengembalikan semua keistimewaan Batam, perlu regulasi khusus jauh di luar kewenangannya.

Untuk menjawab pertanyaan apa yang membuat wisatawan tertarik datang ke Batam, Guntur bersama tim Visit Batam mengaku telah membuat beragam terobosan. Karena untuk menarik wisatawan saat ini tak bisa lagi hanya mengandalkan event semata. Harus lebih dari itu.

Apa itu?

Mantan Camat Batuampar ini mengatakan, di dalamnya harus ada rencana strategis proghram visit Batam 2010 yang pendekatannya dilakukan melalui empat sektor, penataan infrastruktur (semisal jalan raya, pedestrian, lampu jalan dan sebagainya), penataan obyek, peningkatan kualitas dan kuantitas event, dan sosialisasi dan promosi.

Ditambah lagi dengan melakukan revitalisasi kawasan yang memiliki potensi wisata, dan daya saing yang bagus.

Dia mencontohkan, pesona Jodoh dan Nagoya yang kian sirna. Padahal dulu kawasan ini menjadi tujuan utama wisatawan ke Batam. ”Ini tak boleh terjadi dan harus segera diselamatkan,” tegasnya.

Hal inilah yang harus direvitalisasi. Untuk kembali membuatnya bersinar, perlu dilakukan berbagai perbaikan, khususnya terkait infrastruktur. Jalan jangan ada yang rusak, lampu-lampu juga harus tertata rapi.

”Sekarang bagaimana wisatawan mau datang ke Jodoh, jika di malam hari menjelma jadi kawasan horor, akibat tak ada lampu penerang jalan dalam kawasan-kawasan ruko yang memang menjadi sentra perdagangan adn bisnis,” jelasnya.

Selain itu bagaimana membuat keistimewaan daerah itu muncul kembali. Misalnya, ada kampung bule di belakang Hotel Harmoni, Nagoya. ”Mengapa ini tak kita poles sehingga menjadi potensi wisata?” jelasnya.

Dari penjelasan Guntur ini, jelaslah sudah, bahwa sebenarnya lini depan untuk membantu program pariwisatanya, berada pada teman-temannya sendiri di dalam ”kabinet” Ahmad Dahlan. Kalau para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) itu mau membantu, pasti semua akan beres.

Misalnya, Kepala Dinas PU dan Dinas Perhubungan harus bersungguh-sungguh menjaga kondisi jalan dan lampu, dan kondisi transportasinya.

Kepala Dinas Tata Kota harus menjaga kecantikan lingkungan, Kepala Dinas Pasar dan Pertamanan harus giat mengontrol kebersihan, Kepala Satpol PP harus menjaga ketentraman dan lain sebagainya.

Kalau semuanya berjalan baik, kota jadi cantik, maka akan lebih mudah menjualnya. Karena, hakikatnya Dinas Pariwisata adalah dinas penerima manfaat dari kinerja dinas-dinas lainnya.

”Oh, sudah, sudah saya lakukan itu,” tegas mantan Sekretaris DPRD Kota Batam 2004-2009 ini.

Menurutnya, saat baru saja dilantik sebagai Kepala Dinas Pariwisata, langkah awal yang dilakukan dengan melakukan rapat sinkronisasi program antara SKPD penunjang pariwisata.

Setelah dicapai, hal tersebut dituangkan dalam rencana strategis Visit Batam 2010 disejalankan juga dengan rencana induk pariwisata daerah, dan rencana pembanmgunan jangka menengah daerah (RPJMD).

”Renstra ini sudah dipresentasikan saat pengyukuhan dan rapat koordinasi tim visit Batam 2010. Beberapa diantaranya telah terpublikasi juga di media,” ungkapnya.

Selanjutnya dia berharap, mudah-mudahan mendapat dukungan penuh dari DPRD Kota Batam di dalam proses pembahasan anggaran ini.

Namun Guntur bersama timnya menambahkan, untuk menyukseskan Visit Batam 2010 ini, tak bisa hanya diserahkan pada pihaknya saja. Partisipasi warga yang sadar wisata mutlak diperlukan.

”Indikasinya bertegur sapa yang baik, khususnya pada para wisatawan,” ujar suami Rosmiati ini.

Khusus karyawan atau karyawati yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik, dia mengimbau mau berpartisipasi dengan memasang pin atau bordir logo Visit Batam 2010. ”Saya rasa ini sudah membantu menciptakan iklim wisata yang baik,” ujarnya.

Jadi, kalaulah visit Batam 2010 ini dianggap sebagai wabah, maka Guntur berharap virusnya betul-betul menjalar ke seluruh elemen masyarakat. Dalam attian, persepsi, komitmen, dan energinya sama dalam menyukseskannya.

Pada Suatu Ketika

Sejak mendapat fitnah keji oleh rekan seiring, 5 tahun lalu, saya jadi sangat protective saat berkomunikasi dengan orang lain. Paranoid, sedikit. Meski sikap ini tak membikin saya aman dari sasaran fitnah, gosip dan lain sebagainya itu, paling tidak bisa mengurangi saja.


Hingga di suatu ketika sat saya baru mendapat promosi, seorang rekan, vice presiden sebuah perusahaan operator telekomunikasi raksasa di Jakarta datang bertandang.

Jauh-jauh ratusan mil menemui saya, rupanya dia hanya ingin berbagi tips saja.

”Pada suatu masa nanti, kamu pasti akan mengalaminya.”

”Apa itu, Mas?”

”Ya, sama seperti yang dialami para pemimpin-pemimpin besar. Dari sinilah kualitas kamu akan tampak, apakah kamu jenis pemimpin yang tolol, atau bijaksana.”

”Iya, apa itu?” kejar saya penasaran.

Selanjutnya rekan saya menjabarkan, bahwa pada suatu ketika nanti saya akan mengalami suatu situasi yang tak mengenakkan. Di antaranya;

”Nanti akan ada rekanmu yang datang pada kamu, lalu menjelekkan rekannya yang lain.”

”Nanti juga akan ada rekanmu yang datang pada atasanmu menjelek-jelekkan kamu. Termasuk di dalamnnya, memfitnah, mengadu domba atau men-fight a comply alias menggunting dalam lipatan.

”Akan tiba masanya juga kamu dipandang sebagai kerikil tajam bagi rekan kamu yang lain.”

"Di suatu saat nanti, kamu juga akan mengalami perasaan serba salah. Diam salah, berbuat salah. Juga akan merasakan tajamnya konflik kepentingan, ibarat makan buah simalakama, dimakan atasan yang mati, tak dimakan, bawahan yang out."

Meski saya sudah pernah mengalami hal ini, namun rasanya agak ngeri juga bila masa-masa itu datang.

”Ya, inilah konsekuensinya. Semua punya dua sisi. Jangan hanya enaknya aja yang kamu mau,” pesannya.

”Lalu bagaimana menghadapi semua ini? Mas kan sudah lama duduk sebagai petinggi sebuah perusahaan. da tispnya?” tanya saya. Rekan saya ini menarik nafas panjang, sebelum akhinya melanjutkan jabarannya. ”Tips ini berdasar pengalaman saya,” jelasnya.

Dia menjawab, bahwa harus tetap tenang. menurutnya, situasi sterss kadang membuat komunikasi kita jadi offensive. Ini wajar saja terjadi. Namun sebagai seorang pemimpin, jangan sampai hal ini menjadi bumerang. Karena seorang pemimpin harus mampu memberikan ketentraman, ketenangan bagi orang yang dipimpinnya.

”Situasi boleh panas, kepala harus tetap dingin,” anjurnya.

Menurutnya, yang penting jangan teralalu reaktif saat menerima informasi yang kurang baik. Telaah dulu, apa motivasi si penyampainya. Jangan sampai saya malah dimanfaatkan oleh mereka untuk mencapai tujuannya.

Karena dengan demikian, secara tak langsung saya malah memberikan ruang bagi para penjilat dan para pengadu domba.

”Intinya jangan kamu telan bulat-bulat informasi yang datang. Apalagi langsung diumum-umumkan. Telaah dulu. Istilah wartawan-nya, cover both side,” ujarnya.

Dia melanjutkan, apa bila informasi yang datang itu hanya masalah subyektif tak berkaitan dengan pekerjaan, mending tak usah ditanggapi. Tapi bila menyangkut masalah teknis pekerjaan, misalnya ada karyawan yang mau mundur, atau cuti, barulah ditangapi.

”Kalau masalah kamu dijelek-jelekin, ya biarin aja. Habis energimu nanti. Juga sebaliknya, bila kamu mendengar ada yang menjelek-jelekkan rekanmu yang lain, ya didengerin saja. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri,” pesannya.

”Tapi bila kamu mendengar ada rekanmu yang sakit, kecelakaan atau mau mundur, pedulilah. Jenguk dia,” tambahnya.

Inti dari penjelasan ini adalah, dalam hidup ini ada yang suka dan tak suka. Itu pasti.

”Pokoknya kamu harus fokus pada pekerjaan. Itu saja. Jangan selalu menganggap diri sempurna, sehingga kamu reaktif jika mendengar kritikan. Itu sombong namanya,” tegasnya.

Informasi atau tips ini tentu sangat berguna bagi saya. Ya sikap saya, tentu sebisa mungkin akan melakukan sebagaimana yang disarankan.

Namun pertanyaannya, bagaimana bila orang lain bersikap berbeda? Misalnya, sangat reaktif dan komunikasinya cenderung offensive kala menghadapi situasi semacam di atas?

”Untuk jaga-jaga, kamu siapkan saja buku kecil. Catat semua hal apa yang kamu kerjakan di tempat kerja. Hal ini untuk mengingat-ingat, bila suatu saat ada omongan kamu yang dipelintir. Waspada itu harus, namun jangan terlalu penakut. kalau kamu benar, mengapa harus takut,” jelasnya.

Kini, setahun sudah pertemuan itu terjadi. Dan memang semuanya ada benarnya.


---------------------

Wong takon wosing dur angkoro
Antarane riko aku iki

Sumebar ron ronaning koro
Janji sabar, sabar sak wetoro wektu
Kolo mangsane, ni mas
Titi kolo mongso

Pamujiku dibiso
Sinudo kurban jiwanggo
Pamungkase kang dur angkoro
Titi kolo mongso

Arti :

Orang orang bertanya kapan angkara murka berakhir
Di antara kau dan aku

Tersebar daun daun kara
Bersabarlah untuk sementara waktu
Suatu ketika, dinda
Pada suatu ketika


Doaku semoga
Semakin berkurang korban jiwa raga
Pengakhir angkara murka
Pada suatu ketika

Sabtu, 05 Desember 2009

Demi Rumah Idaman

Di sebuah kota binatang, tinggalah sebuah keluarga anjing yang berbahagia. Mereka hidup harmonis penuh cinta. Hingga suatu ketika, terbersitlah niat sang ayah untuk memiliki rumah sendiri. Rumah itu dia kredit selama 15 tahun.


“Ini penting untuk prestise,” ujar sang ayah, kepada anggota keluarganya. Merekapun mafhum.

Namun apa daya, harga rumah tersebut amatlah mahalnya. Hingga untuk mengangsurnya, sang ayah harus menerapkan penghematan yang sangat ketat. Bahkan bisa dibilang pelit.

Hingga pada suatu ketika, sang ibu datang padanya menguitarakan maksud. “Nak, ibu sudah tua. Sebelum ajal ini datang, ibu ingin pergi ke luar negeri. Bisakah engkau tambah kekurangan uangnya?”

Si anak pun menjawab, “Tidak bisa ibu. Kita harus berhemat, demi target memiliki rumah idaman.”

Di hari-hari berikutnya, sang istri datang padanya, mengajak untuk refreshing. “Ayah, sudah lama kita dan anak-anak tak jalan-jalan ke luar, sambil makan-makan.”

Namun, perminitaan ini ditolak dengan alasan yang sama. “Tidak bisa. Kita harus berhemat, demi target memiliki rumah idaman.”

Hal serupa juga dialami oleh anak-anaknya. Ketika mereka meminta belikan tas dan buku baru, karena yang lama sudah rusak, sang ayah menolaknya.

Bahkan hal-hal yang menjadi tradisi di keluarga itupun dihilangkan, uang saku anak-anak pun dipotong bahkan ditiadakan.

Ingin makan atau jalan-jalan ke luar saja, masih harus meminta sumbangan orang lain, siapa yang ulang tahun atau melaksanakan pesta.

“Kita harus berhemat, demi target memiliki rumah idaman,” begitu terus alasannya.

Akhirnya tahun-tahun berlalu, kehidupan di keluarga tersebut dilalui dengan monoton dan membosankan.

Suasana di keluarga itu pun berubah drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Bila dulu penuh kehangatan, dan sejuk kini panas bagai neraka dan gersang. Pertengkaran sering terjadi, kebencian pun meraja.

Hingga 15 tahun berlalu sudah. Sang ayak pun berhasil memiliki rumah idaman, hal yang menurutnya sebagai target, prestise dan prestasi sebagai kepala keluarga. Namun hal itu tak juga membahagiakannya.

Ya, untuk apa sebuah rumah, kalau di dalamnya dia hanya tinggal sendiri. Cintanya sudah pergi. Anak dan istrinya sudah lama berpisah, ibundanyapun sudah lama tiada, meninggalkan harapan yang belum terpenuhi.

“Oh, apa yang sedang terjadi. Saat saya mendapatkan rumah idaman, sementara saya harus kehilangan cinta dan kasih di rumah ini,” keluhnya.

Hikmah dari kisah ini adalah, kadang kala kita terlalu memaksakan diri mencapai sesuatu, demi sebuah pujian dan sanjungan, dengan cara mengorbankan hal yang lebih besar, cinta dan kasih dari orang-orang terdekat.

Untuk apalah pencapaian seperti ini bila hanya berakhir dengan kegersangan.

Semoga kisah dari keluarga anjing ini menjadi inspirasi kita untuk berbuat hal yang lebih baik lagi, tanpa mengabaikan hak keluarga kita atau orang-orang yang mencintai kita.

Lukman Hakim dan Keledainya

Tak enak rasanya bila kita masuk dalam posisi serba salah dan berada dalam pusaran prasangka buruk. Diam salah, berbuat salah. Niat mulia pun bisa menjadi malapetaka. Hal inilah yang saya resapi dalam kisah keluarga utama Lukman Hakim. Di balik kisah waliyullah ini, tentu ada hikmah yang besar.

Dikisahkan, pada suatu hari Lukman Hakim mengajak anaknya ke pasar dengan menuntun keledai. Di jalan mereka bertemu dengan seseorang (orang pertama), Orang itu mengatakan “bodoh sekali bapak dan anak itu, bawa keledai tapi kok tidak dinaiki, malah dituntun”. Mendengar omongan ini, anaknya kemudian naik ke atas punggung keledai.

Di jalan mereka lalu bertemu dengan seseorang (orang kedua), orang itu lalu mengatakan ”Durhaka sekali anak itu, mosok bapaknya disuruh jalan kaki, sedangkan dia enak-enakkan naik keledai”. Mendengar ucapan orang kedua, anaknya langsung turun, dan menyuruh bapaknya (Lukman Hakim) untuk naik ke atas keledai.

Di tengah perjalanan, kembali mereka bertemu dengan seseorang (orang ketiga), sebagaimana kedua orang sebelumnya, orang ketiga ini juga mengomentari “bagaimana sih bapak ini, teganya naik keledai sendiri, sedangkan anaknya disuruh jalan”.

Nggak tahan mendengar komentar ini, anaknya lalu naik ke punggung keledai. Jadilah mereka berdua naik keledai berjalan ke arah pasar.

Seperti sebelumnya, di tengah jalan mereka bertemu dengan orang keempat, orang ini lalu berkata “tega sekali bapak dan anak ini, keledai kecil begitu dinaikin berdua, dasar tidak punya perikebinatangan”.

Anaknya langsung turun, kemudian berlari dan kembali lagi dengan membawa kayu dan seutas tali. Keledai itu lalu diikat dan dipikul oleh mereka berdua.

Akhirnya mereka sampai di pasar, ternyata ketika mau dijual keledainya tidak laku, karena tidak ada orang yang mau membeli keledai yang lemah. Sang anak kemudaian bertanya kepada Lukman Hakim. “Bapak kan ahli hikmah, yang sering dimintai solusi oleh masyarakat, bagaimana nih yang terjadi dengan kita sekarang?”.

Kemudian Lukman berkata kepada anaknya:
“Wahai anakku, janganlah engkau mengikuti pendapat orang lain yang tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan mereka belaka”

Kemudian dilanjutkannya dengan mengutip kata-kata Ali bin Abu Tholib, ”Dan janganlah engkau mencari kebenaran (al-haqq) dari makhluk, tetapi temukanlah kebenaran (al-haqq) yang dari Rabb terlebih dahulu baru kemudian engkau tentukan siapa-siapa yang barada di sana”

Dari kisah ini, Lukman mengajarkan hikmah pada anaknya mengenai bagaimana seharusnya mengambil keputusan dan bagaimana bersikap atas keputusan yang telah diambil.

Kepada anaknya Lukman mengatakan ”Wahai anakku, sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang-orang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang harus menjadi pertimbangannya”.

Menjadikan Allah sebagai satu-satunya pertimbangan sesungguhnya membuat jiwa tenang dan jauh dari kebimbangan. Bukankan setiap keputusan kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Nya? Bukankan hanya Allah yang kuasa atas baik dan buruk, bahagia dan bencana, sulit dan mudah maupun tenang dan gelisah? Bukankan Allah sendiri telah memberikan Al kitab yang didalamnya tidak ada keraguan petunjuk bagi orang-orang yang beriman?

Hikmah lain yang terkandung, Teruskanlah bekerja demi kepentingan mulia itu hingga selesai. Jangan hiraukan nistaan orang lain. Jangan dengarkan tanggapan-tanggapan miring mereka, tapi maafkanlah mereka. Karena tidak ada jalan untuk memuaskan mereka semua.

Ingatlah, kebenaran datangnya dari Allah, melalui informasi wahyu dan ilham. Kebenaran bukan diukur oleh banyaknya orang yang mendukung atau kekuatan yang mempertahankannya. kebenaran tetaplah kebenaran walaupun yang menerima hanya seorang saja.

-----

Ya Allah, keteladanan keluarga Lukman sebagai landasan jalan hidup hamba dan keluarga hamba.

Rabu, 02 Desember 2009

Pesan Iblis pada Cucu-cucunya

Cucu cucuku...
Hidup di zaman ini, jauh lebih berat dari pada pendahulumu. Maka itu, dengarlah petunjuk saya
.



Bekerja tak perlu terlalu giat, gunakanlah lidahmu untuk menjilat pasti karirmu selamat. Karena umumnya orang tolol itu suka dijilat. Gunakanlah akalmu untuk mengakali peraturan dan orang lain, akal-akalan, bak belut dilumuri oli.

Ingatlah, bila kamu terkurung harus di luar, bila kamu terjepit harus di atas.

Gunakan bibirmu selentur mungkin. Koleksilah sejuta kata, hapalkanlah sejuta dalih. Hal ini penting untuk memuluskan tindankanmu. Karena biasanya orang tolol selalu kagum akan kata-kata.

Capailah keberhasilan dengan membikin orang lain menderita. Akali mereka, peras keringat mereka, rampas hak mereka. Agar aman, gunakanlah selalu kalimat ini; tindakan ini untuk kepentingan bersama, ini demi kepentingan bersama, saya melakukan ini atas arahan.

Jangan lupa gunakanlah jabatanmu untuk mencari proyek, setelah uang kamu dapat, tutuplah mulut. Jangan bagi-bagi. Ingat, tumpuklah uang, karena hanya inilah yang akan menyelamatkan hidupmu.

Carilah orang yang paling tolol, peliharalah sebagai pembisik, gunakan dia sebagai mata-mata internal, ini untuk mengantisipasi bila ada orang lain yang coba-coba merong-rong kewibawaanmu.

Bila ada orang berprestasi, injak mereka. Karena mereka bisa menjadi ancaman karir dan citramu. Masak bawahan lebih pinter dari bosnya.

Bila di depan orang, sering-seringlah meampakkan diri seolah kamu membela kepentingan mereka, kamu adalah demokrat sejati, namun bila ada di antara mereka bersuara, panggillah secara personal, intimidasilah, tekanlah, sehingga mereka tak lagi berani buka mulut.

Dan jangan lupa, nyanyikanlah selalu lagu ini.

Nak dengarlah bicara bapakmu
Yang kenyang akan hidup terang dan redup
Letakkan dahulu mainan itu
Duduk dekat bapak sabar mendengar

Kau anak harapanku yang lahir di jaman gersang
Segala sesuatu hanya ada karena uang
Ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . .

Kau anak dambaanku yang besar di kancah perang
Kau harus kuat yakin pasti menang

Sekolah biasa saja jangan pintar-pintar percuma
Latihlah bibirmu agar pandai berkicau
Sebab mereka sangat perlu kicau yang merdu

Sekolah buatmu hanya perlu untuk titel
Pedulu titel didapat atau titel mu'jizat
Ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . .

Sekolah buatmu hanya perlu untuk gengsi
Agar mudah bergaul tentu banyak relasi

Jadi penjilat yang paling tepat
Karirmu cepat uang tentu dapat

Jadilah Dorna jangan jadi Bima
Sebab seorang Dorna punya lidah sejuta
O . . . . o . . . . o . . . . . o . . . .

Hidup sudah susah jangan dibikin susah
Cari saja senang walau banyak hutang

Munafik sedikit jangan terlalu jujur
Sebab orang jujur hanya ada di komik

Pilihlah jalan yang mulus tak banyak batu
Sebab batu-batu bikin jalanmu terhambat
Ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . ya . . . . . .

Pilihlah jalan yang bagus tak ada paku
Sebab paku itu sakit apalagi yang berkarat

Jadilah kancil jangan buaya
Sebab seekor kancil sadar akan bahaya

Jadilah bandit berkedok jagoan
Agar semua sangka engkau seorang pahlawan

Jadilah bunglon jangan sapi
Sebab seekor bunglon pandai baca situasi

Jadilah karet jangan besi
Sebab yang namanya karet tahan kondisi
O . . . . o . . . . o . . . . . o . . . .
O . . . . o . . . . o . . . . . o . . . .

Anakku aku nyanyiakan lagu
Waktu ayah tak tahan lagi menahan murka


Nah, cucu-cucuku... Peganglah selalu nasihat ini, niscaya hidupmu akan bahagia. Ya, bahagia di Neraka Jahannam!

(Ya Allah, lindungilah hambamu dari godaan syetan yang terkutuk...)

Senin, 30 November 2009

Tour of Duty

Tak ada yang lebih seru dari pada saat melihat anak manusia mementaskan lakon menghadapi mutasi. Wah, rasanya lebih dahsyat dari menghadapi kematian.

Kenapa saya bilang demikian? Ya, karena orang yang bersiap menghadapi kematian, masih ingat salat, ingat Tuhan. Namun tidak halnya dengan menghadapi mutasi, lupa segalanya.

Makan tak enak, tidur tak lena, kerja juga tak tenang. Salat? Ah, karena sterlalu sibuk meresahkan diri sendiri, sampai-sampai yang satu ini terlupa.

Di kantor mendadak mereka meng- ad interim-kan diri. “Ah, buat apa bikin terobosan, iya kalau tetap, kalau dimutasi kan capek,” begitu pikirnya.


Ya, mereka resah. Karena tak tahu nasib apa yang akan menimpa. Pertanyaan keraguan terus berulang di benak.

Oh…. Bagaimana nanti bila saya diganti?

Apakah nanti di tempat baru akan lebih enak atau sebaliknya?

Kalau lebih enak, tak masalah, kalau tidak, apa kata orang?

Apalagi selama ini sudah banyak menyombongkan diri, meremehkan bawahan, merendahkan dan menghina orang lain.

Kalau nanti posisi saya lebih buruk, apa kata mereka yang saya rendahkan?

Bagaimana bila mereka balik menyerang saya?

Bagaimana kalau mereka yang saya hina, malah yang nanti jadi atasan saya?

Bagaimana kalau fasilitas yang selama ini saya dapat, tiba-tiba menghilang?

Apa kata orang?

Bagaimana kelanjutan proyek fiktif saya?

Bagaimana kelanjutan korupsi saya?

Ke manakah nanti upeti dan setoran saya?

Bagaimana nasib kongkalikong, dan kepentingan saya?

Bagaimana nasib keluarga saya?

Bagaimana nasib cicilan kreditan saya? Panci belum lunas, kompor masih tinggal tiga angsuran, sepeda pancal baru saja cicilan pertama.

Oh…. Oh…. Oh…

Bila nanti dimutasi ke tempat kering, fasilitas ditarik, setoran dan upeti hilang, dari mana mau bayar aneka kreditan itu? Kan uang yang digunakan untuk membayar banyak diambil dari fasilitas yang didapat dari jabatan yang sekarang.

Oh… Akan kemanakah diri ini.

Dan lihatlah, wajah-wajah absurd, putus asa, berkeliaran di mana-mana. Entah kemanakah wajah pongah yang selama ini mereka kenakan.

Namun bila berjumpa dengan petingginya, tingkahnya mirip kucing, atau anjing? Lidahnya menjulur, tubuhnya dikibaskan ke kaki sang tuan, seolah berkata,

“Wahai tuan, inilah aku abdimu yang paling loyal. Angkatlah saya, letakkan saya di tempat yang nyaman,”

Selain gambaran ini, ke mana-mana wajah absurd itu bersungut-sungut, ngomong sendiri, berspekulasi sendiri, mirip orang yang sedang menjalani rehabilitasi narkoba.

“Ah, masak saya mau dimutasi ke tempat yang buruk, kan selama di sini saya sudah berkerja dengan baik.”

“Kan saya dinobatkan sebagai manusia tersxy tahun ini?”

“Ah, masak saya dimutasi ke tempat kering? Pantasnya saya dimutasi lebih tinggi lagi, kalau perlu jadi bosses of the bosses di sini”

“Tapi, kalau nanti saya tetap diganti bagaimana?”

“Oh… Oh… Oh…”

Demikianlah. Suara-suara ini terus bertalu, diiringi irama jantung yang berdetak lebih cepat.

Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…

Makin lama, makin dekat dengan pengumuman mutasi, suara itu kian keras.

Kasak kusuk pun dimulai. Telepon sana sini, cari gosip ketengan siapa tahu ada yang tahu rahasia para bos, kemanakah dirinya akan dimutasi.

Kalau ada yang merasa aneh, lalu mempertanyakan sikapnya, langsung saja dijawab dengan tangkas, “Ah, cuma nanya aja. Bagi saya mau ditempatkan ke mana saja, ya terserah. Namanya juga kerja ke orang.”

Ah, lidah bisa berbohong, padahal hatinya berkata lain,

“Iya, ya… kalau di tempatkan di mana saja gimana? Kalau nggak prestise gimana? Oh…. Bagaimana nasib diri, kemanakah nasib diri? Bos… Bos… Bos… bantulah hamba sahayamu ini, Bos… Bos… Bos… Engkaulah Tuhan ku...”

Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…


Kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, dan hari ini adalah berkah. Mungkin karena inilah orang Inggris menyebut hari ini sebagai present day, present yang berarti hadiah. Nikmatilah, karena tak ada sesuatu yang kebetulan.

Selamat mutasi…

Minggu, 29 November 2009

Gerakan Visit Batam 2010

Hari jadi kota Batam yang ke 180, akan diperingati pada 18 Desember ini. Perayaan tersebut bertepatan dengan momentum menyongsong visit Batam 2010, yang kali ini tak hanya akan digagas sebatas program, tapi sebagai gerakan.

Di temui di sela-sela acara “Melangkah Bersama Anlene”, Minggu (6/12), Kapala Dinas Pariwisata Kota Batam Guntur Sakti mengatakan, pihaknya bersama masyarakat telah menyiapkan banyak event terkait perayaan HUT Kota Batam dan menyongsing Visit Batam 2010 ini.

Di antaranya Parade Budaya Nusantara yang akan digelar pada hari Jumat (11/12), Kenduri Seni Melayu, mulai tanggal 12-15 Desember. Di sini nanti juga akan digelar Big Bazar mulai 12-19 Desember.

Ada pula perayaan tahun baru Islam, 1 Muharram yang jatuh tanggal 17 Desember. Berikutnya ada Smack Drum, Final Festival Band sebagai song theme Visit Batam, lomba foto Visit Batam.

Puncaknya pada tanggal 31 Desember, akan digelar event kenduri akhir tahun dan pesta kembang api di Dataran Engku Putri, Batam Center. Seperti tahun sebelumnya, sederet artis dan grup band sudah siap memeriahkan event ini.

“Ini adalah momen bersejarah, sebab merupakan perayaan HUT Batam yang pertama kali dilakukan, sejak perda hari jadi Kota Batam ditetapkan,” ujar mantan Sekertaris DPRD Batam 2004-2009 ini.

Agar peringatan HUT kota Batam dan menyongsong Visit Batam 2010 ini berlangsung sukses, Guntur mengharapkan partisipasi masyarakat, dengan menjadikan visit Batam ini sebagai gerakan bersama.

Untuk itu, Guntur mengimbau agar semua tempat keramaian dan instansi pelayanan publik, seperti mall, tempat hiburan, hotel, rumah sakit serta beberapa instansi pemerintah maupun swasta.

Termasuk juga pelabuhan dan bandara, ikut menyemarakkan dengan memasang berbagai baliho, spanduk, lampu hias dan sebagainya.

Kami minta agar karyawan dan karyawati, khususnya petugas front liner, memasang logo Visit Batam di seragamnya, baik dalam bentuk pin atau bordiran,” jelasnya.

Menurut Guntur, dukungan ini sebagai tanda kesiapan masyarakat untuk menyongsong visit Batam 2010. Karena program ini bukan hanya milik sektoral, namun milik seluruh masyarakat.

“Saatnya masyarakat harus ikut memiliki, andil, mewarnai serta menjadi penentu suksesnya Visit Batam 2010 ini,” akhirnya.

Rabu, 18 November 2009

Berita... Berita... Berita... Berita...

Menurut kamu apa yang lebih penting saat membaca media cetak, lay-out atau berita?

Terus terang saya mumet juga menjawab pertanyaan yang dilontarkan Idrus di sebuah kafe bilangan Nagoya Hill. Ini sama saja dengan menanyakan manakah yang lebih penting, bun (roti) atau patty (daging isi) dalam burger.

”Keduanya tentu sama pentingnya, saling melengkapi. Berita untuk rasa, sedangkan layout untuk estetika. Berita bagus kalau lay-outnya buruk males bacanya, pun sebaliknya lay-out bagus, tapi berita buruk nipu namanya,” jawab saya meniru gaya retorika SBY.




”Pilih salah satu dong!”
”Baiklah, saya pilih lebih penting berita. Puas?”
Idrus pun diam.

Alasan saya sederhana saja, karena kita mencari media massa tentu untuk baca beritanya, bukan melihat lay-outnya. Dan dalam perkembanganya, perkembangan tata letak (lay-out) itu ada, jauh setelah media cetak itu eksis itu.

Di era-era awal, media cetak selalu menjual berita. Barulah menjelang tahun 2000-an teknik lay-out menjadi hal yang utama. Hal ini ditunjang dengan berkembangnya teknologi desain grafis dan fotografi.

Perhatikan berita, sempurnakan berita dan sebagainya, bagaimana ketajaman angle, observasi dan sebagainya. Hal ini jualah yang dipegang Dahlan Iskan saat pertama kali memegang Jawa Pos yang saat itu hampir gulung tikar.

Sebuah majalah bisnis yang saya baca tahun 1992 mengulas, saat rapat dengan awak redaksi Dahlan berkata, ”Bagaimana bisa bagus bila berita kalian seperti ini?” Menurut Dahlan berita yang bagus haruslah yang berkeringat. Bukan hanya menulis apa yang keluar dari mulut sumber.

Selain itu berita yang bagus haruslah memiliki ”6 rukun iman”, seperti kedekatan, menarik, unik, aktual dan sebagainya. Rukun iman inilah yang selanjutnya menjadi landasan pemberitaan Jawa Pos.

Selain di Jawa Pos, di grup Tempo juga memiliki sebuah pakem dengan yang disebut layak Tempo. Semua harus dikemas enak dibaca dan perlu. Bukan enak dilihat dan perlu. Di Antara juga begitu, di media-media lain juga begitu. Sekali lagi, perhatikan berita, berita dan berita.

Hal ini juga dikuatkan seorang pemimpin media. Dia berkias, bila beritanya bagus menjualnya juga gampang. Di taruh di punggung onta pun akan laku.

Masuk akal. Dan ini saya alami sendiri. Ceritanya dulu, saat masih kuliah saya sangat suka akan berita-berita politik yang tajam. Namun di mana bisa didapatkan berita semacam itu, di tengah tekanan pemerintah Orde Baru?

Semua media bungkam, kecuali Tempo. Majalah ini, meski baru saja dibredel, bukan berarti berhenti terbit. Beberapa awak redaksinya masih menjual berita melalui jalur tak resmi, pasarnya adalah para mahasiswa.

Mau tahu bagaimana bentuknya? Sangat buruk, karena hanya berupa foto kopian hitam putih saja.Satu isu dijual Rp300. Tapi aneh bin ajaib, Tempo foto kopi ini selalu laku keras, dan habis.

Kenapa? Karena saat itu memang yang kami perlukan adalah berita, bukan wajah. Dari sinilah kami, mengetahui Megawati yang saat itu tergusur ioleh Suryadi, mengegrakkan PDIP dengan berkantor di mobilnya. Banyak lagi isu lain yang kami ketahui.

Kisah lain, saat saya belum lama ini ke Medan, koran-koran bertiras besar di sana ternyata lay-outnya sederhana. Namun tetap laku, ya, karena memang beritanya bagus. Bukan kumpulan dari berita humas.

Dari uraian ini, Idrus nyeletuk. ”Tapi Pemred ja Pos bukankah berlatar belakang orang perwajahan?”

Saya mengangguk.

“Ya, namanya Leak Kustya.”
”Nah, itu berarti Jawa Pos lebih mementingkan perwajahan dong?”
”Bisa jadi, karena kualitas berita Jawa Pos sudah sangat bagus, jadi wajar bila memperhatikan lay-out,” jelas saya.
”Namun, kamu tahu siapa dia sebenarnya?” Buru-buru saya menyela.
Idrus terdiam.

Sayapun menjelaskan, bahwa Leak bukanlah seorang layouter biasa. Dia sangat kreatif dan sangat paham akan pemberitaan. Perlu diketahui, bahwa selain dikenal sebagai leyouter, Leak adalah seorang kritikus karikatur yang tajam. Namanya Mr Pecut.

Mr Pecut amatlah hebat, sampai-sampai menarik minat mahasiswa FISIP Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 1987, membuat skripsi tentang Leak. Selain itu, di jawa Pos, Leak juga penulis kolom yang andal. Saya rasa inilah modal Leak, selain memang ahli lay-out itu sendiri.

Keahliannya memandang sebuah berita ditambah menampilkan tata letak yang bagus, membuat Leak spesial dan langka, sehingga dia sukses saat dipercaya memimpin Radar Surabaya, hingga kemudian dia menjabat sebagai Pemred Jawa Pos.

”Intinya, berita itu lebih penting kan Rus? Jadi lebih pikirkanlah berita, setelah itu barulah berpikir lay-out.”


----------------------
catatan: bila ingin bikin perwajahan bagus, maksimalkan fungsi layouter, bukan redaktur. redaktur tetaplah fokus pada berita, pengembangan hingga perencanaan

Tentang Perang

Sudahlah… sudah… sudah…
Tutup saja mulutmu itu.
Muak saya mendengar ocehanmu.


Hei, sudahlah, kemas saja jutaan kata indahmu itu,
getir saya merasakannya…

Toh, tak ada satupun dari jutaan kata itu yang bisa diteladani.
Lama-lama saya rasa mulut kamu mirip pelacur dan banci yang cerewet menjajakan diri di pinggir jalan.


Kamu pikir sekarang kamu sudah merasa gagah, merasa berdiri di menara gading?
Bagi saya, kamu tak lebih berharga dari seorang germo.

Ah, anjing saja masih punya nurani.

Oh, nurani… nurani… nurani…

Di mana nuranimu, ketika hamba Allah itu berharap pertolongan?
Di mana nuranimu, ketika mereka menjerit uangnya dicuri?

Nurani…

Kamu bilang kamu tak punya kepentingan?
Alaaah… Wake up, tak usah sok sucilah…
Memangnya kamu siapa?
Malaikat saja masih punya kepentingan….

Kamu bilang tak mungkin mencuri uang pesantren…
Oh ya? Memangnya siapakah kamu, seorang ajengan, rinpoche, khomaini?
Harut wa Marut, malaikat Allah saja mampu memperkosa dan membunuh ketika Allah hembuskan hawa nafsu di dadanya, apalagi hanya kamu yang nyata-nyata manusia kotor?

Maling ya maling aja…

Sudahlah… sudah… sudah… Tutup saja mulutmu itu.
Muak saya mendengar ocehanmu…

Burung pemakai bangkai saja tak mau memakai bangkai saudaranya…
Kamu? Lumat sudah daging, habis sudah darah, masih kau sepah juga tulangnya…

Dengarkanlah ini, bila diri tak lagi diharga, bila kata tak lagi didengar, bila hati tak lagi dirasa, mari angkat panji ke angkasa…

Kita perang!

------------------------

Tulisan ini saya dedikasikan buat pencuri uang Rp5 juta sumbangan Pemko Batam, milik pondok pesantren Al Feteh.

Pondok pesantren Al Fateh adalah pesantren rehabilitasi bagi pencandu narkoba dan orang gila.

Untuk saudaraku, pengelola Al Fateh, kita mungkin tak saling mengenal, namun saya mendukung perjuangan Anda.

Teruskanlah niat mulia itu. What you do in life, will echo in eternity…

Dan bagi orang-orang yang bekerjasama dengan para pencuri uang Al Fateh, semoga Allah memasukkan kalian di antara golongan orang fasik, mencabut keberkahan rezeki, ditimpa azab pedih dan kekal di neraka Jahannam.

Selasa, 17 November 2009

Kisah Sekeping Plat Mobil

Komplain serasa sudah menjadi nama tengah saya. Biasanya, pagi belum lagi sarapan hp sudah berbunyi, komplen itu datang dalam bentuk surat. Seru juga. Namun komplen kali ini berbeda, sampai-sampai saya tak tahu apa harus ketawa, atau bagaimana.




Seorang pejabat mengungah keheningan pagi. Dia terusik, karena saat ini serasa seluruh penduduk Batam memperhatikan gerak mobilnya.

“Memangnya mengapa, Pak. Mungkin mereka naksir ama mobil Bapak?” saya bertanya polos aja.

“Bukan begitu, mereka melihat karena hari ini plat mobil dinas saya ditampilkan di koran,” jawabnya singkat.

Saya tersentak juga. Lalu cek beberapa koran lokal, ternyata memang iya. Di sana ada berita mobil dinas berplat ganda, plat merah (dinas) dan hitam (privat). Sebenarnya ini sudah umumkan dilakukan para pejabat baik di eksekutif dan legislatif.

Namun, sialnya kali ini kenama harus plat mobil si pejabat itu yang kebetulan difoto. Dalam berita itu tampak plat mobil si pejabat yang ganda itu disorot. Di luar merah, di dalam hitam. Namun, nomor serinya sama.

“Padahal, plat ganda itu telah melalui prosedur berupa izin kepolisian dan sebagainya,” keluhnya.

Apalagi, kegunaannya selama ini susuai prosedur. Ini seakan membuat kriminalisasi pada diri sang pejabat. Dalam arti lain, seolah hanya dialah satu-satunya pejbat di dunia yang mobil dinasnya memiliki plat nomor ganda.

“Saya tak tahu apa-apa. Tiba-tiba pagi-pagi sudah mejeng di koran,” ujarnya gusar.
“Tapi kan nama Bapak tak disebut, kan?” saya coba menghambarkan.
“Benar, tapi kan namanya mobil, itu representasi si pemilik? Rasanya seperti mencoreng muka saja. Mestinya nomornya diblurkan,” sarannya.

Saya tertegun juga. Dia benar. Plat mobil memang sesuatu yang riskan, karena itu beberapa acara reality show di televisi luar dan dalam negeri, selalu memblur plat mobil yang kebetulan tertangkap kamera.

Tujuannya untuk menjaga privasi, siapa tahu yang punya keberatan dan dalam kondisi tak tahu. Hal ini jualah yang membuat saya dulu menghilangkan seri terakhir dari plat mobil, orang yang kebetulan kena komplen di SMS atau surat pembaca.

Misalnya ada mobil BM 1127 XL dikomplen telah melakukan pelanggaran, saya memilih menampilkannya seperti ini BM 11xx XL, atau BM 1127 xx. Guna menjaga kriminlisasi pada si pemilik mobil. Lagipula, tuduhan ini belum tentu terbukti.

Bila terfoto, ya diblurkan. Kecuali mobil korban tabrakan. Pembaca biasanya suka melihat plat mobil korban kecelakaan, katanya untuk inspirasi pasang togel.

Namun, khusus kali ini tentu berbeda.

“Gara-gara ini, saya jadi malas bawa mobil ini. Rasanya mau ganti saja. Padahal, saat ini saya memerlukan mobilitas tinggi untuk menggarap beberapa program kerja yang barui di lounching,” bebernya.

Saya menyimak.


“Ya gimana tak risih, tiap saya melintas, apalagi saat berhenti di lampu merah, semua mata tertuju ke arah saya, seolah mereka berteriak, ‘Kriminaaaaaal…. Kriminaaaaal… Tangkap…. Tangkap…’ iya kan?”




Ketawa atau enggak ya?

Minggu, 15 November 2009

Kiamat 2012

Gara-gara film 2012, saat ini pertanyaan yang paling banyak dikemukakan adalah, benarkah dunia akan kiamat pada 21 Desember 2012, sesuai prediksi Suku Maya? Tak hanya di sini, hampir semua orang di dunia ini selalu mendapat pertanyaan demikian. Entah oleh anak, istri hingga teman. Mereka takut, mereka resah.



Lihat televisi, koran, internet, selalu saja membahas akan hal ini. Sampai-sampai bila Anda tulis kata kunci ”2021” di mesin pencari google, saat itu akan tampil 298 juta hasil.

Wartawanpun sibuk mencari jawaban. Ada yang mewawancarai ahli agama, tentunya jawabannya berdasar pandangan ke-agamaan-nya. Ada yang menanyakan pada ahli ilmu pengetahuan, yang menjawab sesuai keahliannya juga.

Semua manjawab, kiamat tak akan terjadi pada tahun 2012.

Ya, saya percaya ini. Karena film tersebut bukanlah kisah kiamat, namun soal bencana alam hebat. Sebab kondisi kiamat tak mungkin seperti itu.

Sebagai seorang Muslim, saya melihat gambaran kiamat dalam film 2012 jauh dengan apa yang digambarkan Al Quran, yang disebutkan saat itu gunung-gunung dihancurkan menjadi debu.

Dalam ayat lain disebutkan kedatangan hari kiamat akan menyebabkan gunung-gunung beterbangan bagaikan kapas atau bulu diterbangkan angin.

Lengkapnya Allah SWT berfirman, ”Dan ketika bintang-bintang berjatuhan (At-Takwir: 2), Dan ketika bintang-bintang jatuh berserakan (Al-Infithar: 2), Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan (Al-Qaari`ah: 5), Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan jadilah gunung-gunung tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan (Al-Muzzammil: 14).”

Para ahli mengatakan, gambaran ini terjadi akibat di hari itu hilangnya gaya tarik-menarik antarmaterial yang berbeda dalam ukuran besar yakni hilangnya gaya gravitasi.

Membaca kutipan ayat di atas saja, kita sudah sulit membayangkan betapa dahsyatnya kiamat itu. Sampai-sampai Rasulullah Muhammad SAW mengatakan, jangan sampai kita melihat langsung kiamat itu. Ngeri.

Ayat-ayat lain dalam Alquran sebagai Al Bayan menjelaskan apa saja yang terjadi pada hari bumi berguncang dengan dahsyatnya.

Di antaranya, ”Dan ketika lautan dijadikan meluap (Al-Infithar: 3), Dan bumi mengeluarkan beban-benar beratnya (Al-Zalzalah: 2), Dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong (Al-Insyiqaq: 4), Dan gunung-gunung berjalan dengan cepat”.

Sementara itu, ketika semua itu terjadi setiap makhluk termasuk manusia akan menjadi sangat panik. Sebuah kepanikan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, setiap diri sibuk mengurusi dirinya sendiri. Suatu kepanikan yang melebihi peristiwa gempa dan tsunami.

Kepanikan ini digambarkan dalam Alquran dengan ayat, ”Pada hari kamu mengalami keguncangan itu, lupalah semua wanita yang menyusui pada anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras (Al-Hajj: 2), Dan tidak ada seorang pun teman akrab menanyakan temannya (Al-Ma`aarij: 10)”.

Nah, gambaran ini tentu tak ada dalam film 2012, karena memang itu bukan kiamat, namun hanya bencana alam hebat. Di film itu, manusia masih sadar. Ibu masih ingat pada anaknya dan lain-lain. Dan yang lebih nyata, matahari masih terbit dari timur.

Film ini hanyalah versi lain yang diadopsi dari kisah Nabi Nuh. Lain tidak. Karena klimaksnya adalah datangnya tsunami, dan manusia beserta binatang selamat setelah masuk dalam bahtera. Bedanya, bila bahtera Nabi Nuh tiket masuknya dengan iman, bahtera yang ini tiket masuknya harus dengan uang 1 miliar dolar AS.

Oke, kiamat memang tak akan terjadi, namun apakah mungkin bencana alam sehebat itu akan segera datang? Karena bila itu terbukti, sendi-sendi peradaban akan hancur, ekonumi runtuh. Lapar, lapar, lapar... Makan, makan, makan... Akan memekik di mana-mana. Oh, bagaimana nasib hidupku, anakku, keluargaku?

Tak usah terlalu heboh memikirkan bancana sedahsyat itu, diserang oleh Y2K (millenium bug) saja sudah kebingungan. Sampai-sampai Wallstreet meramalkan bahwa ini adalah kiamat keuangan dunia.

Inilah yang mungkin meresahkan sebagian penduduk bumi itu. Keresahan ini rupanya juga ditangkap pula oleh Badan Antariksa AS (NASA). Sampai-sampai mereka merilis situs resmi yang menjelaskan bahwa apa yang terlihat di film 2012 takkan terjadi dalam waktu dekat.

”Tidak ada hal buruk yang terjadi di Bumi pada 2012. Planet kita baik-baik saja untuk lebih dari 4 miliar tahun mendatang, dan para saintis yang kredibel di seluruh dunia tahu bahwa tidak ada ancaman yang terkait dengan 2012,” katanya.

Bencana datang dan pergi, itu urusan Allah. Toh, bumi ini sudah sering dihajar dengan bencana seperti itu. Dalam Alquran, Allah berkisah bagaimana bangsa-bangsa besar terdahulu dihancurkan dengan gempa bumi, angin topan, wabah penyakit, banjir hingga badai petir dan sebagainya. Semua ini terjadi, karena mereka ingkar.

Dari sini, mungkin bisa diambil benang merahnya, agar kita tak lalai dan ingkar. Tetaplah giat mencari nafkah, serahkan diri pada Allah, jaga iman, salatlah, makmurkan masjid, rajin sadaqah, jangan korupsi, dan juga jangan lupa jaga alam, selamatkan lingkungan. Hentikan perusakan hutan, dan ekosistem.

Bukankah Allah sudah mengingatkannya?
“Dan janganlah kalian mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (QS. Asy-Syu’aro: 151-152)

Inilah mestinya yang lebih baik harus kita lakukan, dari pada ikut-ikutan resah terlibat pro-kontra akibat ulah Roland Emmerich sutradara film 2012 itu, sembari sibuk memperdebatkan apakah itu film kiamat atau bukan, tontonan haram atau halal. Karena tak ada gunanya juga.

Bagi Umat Islam, percaya pada hari kiamat itu wajib, hal ini masuk rukun ke 6 dalam rukun Iman. Namun ingat, kejadiannya tak bisa ditentukan. Jangankan menentukan kapan kiamat, memprediksi gempa bumi saja manusia belum mampu.

Itulah mengapa kiamat adalah masalah ghaib yang tanggalnya sangat rahasia. Ini adalah urusan Allah.

Dan ini yang penting. Jangan hanya karena sibuk memikirkan kiamat besar (kehancuran alam semesta), kita melupakan kiamat kecil (kematian). Karena kiamat yang ini bisa terjadi kapan saja, esok atau bisa jadi hari ini.

Jadi insyaflah, kenapa harus tunggu 2012?


-----------

Ramalan-Ramalan Yang Gagal Tentang Kiamat

Banyak sekali ramalan-ramalan yang ternyata gagal dan tidak terbukti. Di antara sekian banyak ramalan yang gagal itu, mari kita bahas salah satunya, yaitu ramalan tentang WAKTU datangnya hari kiamat (end of the world).

Berikut ini daftar RAMALAN KIAMAT yang GAGAL (beserta sumber beritanya):

Kiamat Tahun 1843

William Miller, pendeta Advent asal Inggris mendapat pewahyuan tahun 1815, bahwa kiamat akan terjadi tahun 1843. Penerusnya kemudian merevisi kiamat akan terjadi tahun 1844.
http://en.wikipedia.org/wiki/Great_Disappointment

November/Oktober 1982

Pada akhir tahun 1976, Pat Robertson memprediksi bahwa akhir dunia akan datang pada bulan November atau Oktober 1982. Dalam siaran Mei 1980 dari The 700 Club, ia menyatakan, “Saya menjamin Anda pada akhir tahun 1982 akan menjadi hari penghakiman pada dunia.“
http://en.wikipedia.org/wiki/Pat_Robertson

9 September 1999

Sang “Imam Mahdi” Syamsuri pernah meramalkan bahwa 9 September 1999 adalah hari kiamat. Ratusan orang diajak ke padepokannya menyambut kiamat tepat pukul 09.00 WIB. Sebelum ramalan itu terwujud, ia malah diciduk polisi. Palu hakim menghukumnya 11 bulan penjara.

Begitu ramalan kiamatnya pada 9-9-1999 meleset, dia berkilah. “Kiamat tetap akan terjadi dalam waktu dekat ini,” katanya. Setelah kiamat, orang-orang terpilih yang masih hidup. Kakek 15 cucu inilah yang bakal memimpin mereka. Itu sebabnya, dia tetap menunggu kiamat, sambil mengurus kebun jeruk di belakang rumahnya.(GATRA, Jumat 14 November 2003)
http://www.gatra.com/2003-11-17/artikel.php?id=32219
http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=DwVaVlUEBQdQ

31 Desember 1999

Joseph Kibwetere dari Uganda (Afrika), pendiri The Movement for the Restoration of the Ten Commandments of God, bernubuat bahwa dunia akan berakhir pada 31 Desember 1999 (yang diralat menjadi 31 Desember 2000). Tahun 1998, ia dirawat di rumah sakit karena mengalami gangguan jiwa.

Sebelum 31 Desember 2000 ia menyuruh seluruh jemaatnya berkumpul dalam sebuah bangunan gereja. Setelah jemaat berkumpul, pintu serta jendela gereja ditutup dan Joseph membakar gereja tersebut. Akibatnya, ketika api padam, pihak keamanan menemukan 330 tengkorak manusia dalam keadaan gosong di antara puing-puing.
http://www.infoplease.com/ipa/A0855254.html
http://www.mayhem.net/Crime/uganda.html

5 Mei 2000

Dalam bukunya, Ice: The Ultimate Disaster (1997) Richard Noone memprediksikan bahwa pada 5 Mei 2000, planet-planet akan bersejajar dan kehidupan akan berakhir seiring dengan mencairnya semua es di muka Bumi.

Sekitar 18 bulan sebelum “hari kiamat” itu, Benjamin Radford (dari Skeptical Inquirer science magazine), mewawancarai Mr Noone tentang buku dan ramalannya; Radford sempat bertanya apakah mereka bisa mengatur pertemuan/wawancara pada tanggal 6 Mei 2000, kalau-kalau dunia tidak berakhir. Tapi Noone menolak.
http://bobpark.physics.umd.edu/WN00/wn050500.html
http://www.amazon.com/2000-Ice-Ultim.../dp/B000M17YE2
http://www.amazon.com/Ice-Ultimate-D.../dp/0609800671

10 November 2003 (akhir dari akhir zaman?)

Mangapin Sibuea dari Bandung Selatan dan para pengikutnya, sekitar 300 orang berkumpul dan melakukan ritual, seperti menyanyi, menari, dan berpuasa, ada yang 3 hari 3 malam tak makan, ada juga yang 7 hari 7 malam tak makan. Semua itu dilakukan untuk bersiap-siap menjemput Kiamat, 10 November 2003.
(Tempointeraktif.com, 12 November 2003 – Setelah ‘Kiamat’ Sekte Sibuea Tak Terjadi)
http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=UFMABVtVBQUC
*http://www.arsip.net/id/link.php?lh=UFMABVtVBQUC.

Sabtu, 14 November 2009

Pembunuh (Mental) Gajah

Gajah. Siapa yang tak kenal akan binatang ini, mamalia darat terbesar, tergagah, terkuat, terperkasa di muka bumi setelah era dinosaurus. Tak heranlah bila sebelum era tank, gajah menjadi mesin tempur yang tangguh. Meski begitu, sebenarnya kekuatan gajah ini sangat mudah dilumpuhkan.


Bagaimana cara agar gajah tak mampu mengeluarkan ”kekuatan” gajahnya? Jawabnya, dengan mempengaruhi sistem berpikirnya (kognisi). Hal inilah yang diterapkan di tempat pelatihan Gajah, seperti Way Kambas dan lain-lain.

Saat itu, sedari kecil, gajah diikat dengan sebatang bambu. Tujuannya, agar tak mudah lepas dan gajah pun tak mampui berlari ke mana-mana. Semula, gajah kecil itu berusaha meronta dan melepaskan diri. Namun karena tenaganya masih lemah, maka usahanya gagal. Dia mencoba lagi, gagal lagi.

Hingga akhirnya dia terbiasa akan keadaan ini. Hal ini, terus terbawa hingga sang gajah tumbuh dewasa. Meski sebenarnya jika mau, tenaganya akan sangat mampu mematahkan batang bambu itu, namun dia tak lagi mau mencoba.

Saat itu kognisi sang gajah sudah terbentuk, semasa kecil saja saya tak mampu melepaskan diri, jadi buat apalagi. Maka, jadilah sang gajah tunduk dalam ikatan bambu. Kognisinya membuat dia tak mampu lagi mengeluarkan kekuatan gajahnya yang luar biasa itu.

Kisah sang gajah yang tak mampu mengeluarkan mental gajahnya ini, bisa saja menimpa manusia. Kita sering melihat, betapa intuisi atau bahkan pemikiran besar manusia, bisa dihancurkan dengan cara mempengaruhi kognisinya.

Dulu zaman Orde Baru, cara-cara ini sering dijumpai. Bagaimana saat itu penguasa menekan kebebasan berpikir, dengan menghantui rakyat melalui cara-cara intimidasi. Akibatnya, banyak saat itu orang menjadi ngeri bila melihat tentara. Jangankan ngomong kritis, berdiri saja sudah gemetar.

Jadi jangan heran, bila saat itu orang lebih banyak bungkam. Saat rapat, hanya datang, duduk, diam. Ya bagaimana mau ngomong, baru membuka mulut saja langsung dibungkam. Bila ada yang berani memberi masukan, apalagi mengkritik, bisa fatal.

Kalau hanya tak dianggap saja masih mujur, kadang masih diancam, teror dan lain sebagainya, sehingga membuat orang-orang kritis ini berpikir 1.000 kali bila akan mengeluarkan pemikirannya. Maka jadilah, ”kekuatan gajah” mereka lumpuh.

Tak usah terlalu jauh dan besar kita mengurai. Saya memiliki kawan yang sangat cerdas. kreatif, pemikirannya bagus, bicaranya juga lugas. Bila di mimbar, wah, bagai Soekarno saja. Saya kagum.

Namun, setelah saya kenal lebih dekat, ternyata sang kawan tak berkutik menghadapi sang istri. Bila di depan istrinya dia menjadi ”yes man”. Nunduk-nunduk dan gagap.

Saya penasaran ada apa gerangan. Jawabnya sungguh di luar dugaan. ”Otak saya buntu bila di depan dia,” akunya.

Dia lalu mengurai, ternyata selama berumah tangga, sang istri tak pernah mendengarkan pendapatnya. Baru buka mulut saja, langsung dipotong. Intinya, apa yang keluar dari mulut sang suami selalu salah. Dan si istrilah yang benar.

Lalu, bagaimana bila mereka dihadapkan pada masalah rumah tangga yang memerlukan pemecahan bersama? ”Ya, dia biasanya nelepon ibunya. Pokoknya saya tak pernah dilibatkan, tak pernah dianggap, pendapat saya tak pernah dihargai. Maka itulah, otak saya buntu bila berada di dekatnya. Kognisi saya berkata, buat apa ngomong, toh tak akan dianggap,” curhatnya.

Wah, rupanya kekuatan gajah kawan ini sudah mati. Bagaimana dengan "gajah" Anda?

Kamis, 12 November 2009

Surat dari Wartawan Kampung

Usai cuti pulang kampung tempo hari, saya banyak mendapat kenalan wartawan lokal di sana. Kamipun akrab dan berkawan. Hingga suatu hari, kawanku yang wartawan kampung itu berkirim SMS. Maksudnya curhat aja. Maklumlah, saya juga seorang wartawan.


Isi SMS-nya, menggambarkan kekesalannya akan kondisi yang dihadapinya saat ini, khususnya soal kepala daerahnya (di sana Bupati) yang dia sebut “Pak Kada”. Sementara media (para editornya) yang dia masuki jadi berisi orang-orang tolol yang hanya menjadi juru tulis saja.

“Wah, kasar sekali kamu! Koyo awakmu becik ae, cuk!” SMS saya, gaya Suroboyoan, pakai “cuk” segala.

“Habis aku kesal, Mas! Tiap aku nulis yang mengkritik Pak Kada, selalu tak naik,” jawabnya.

“Berita tak naik itu biasa Bos. Jangan lebay, lah,” hibur saya.

“Bukan masalah tak naiknya Mas, yang aku kesalkan mereka banci. Itu aja.”

Akhirnya aku bertanya, ada apa rupanya. Siapa tahu bisa jadi bahan pelajaran juga, karena bagaimanapun saya berkecimpung di media massa.

Agar tak penasaran, saya akan cuplik isi SMS-nya dari awal.

“Pagi, Mas Bos… he he he…”

“Pagi juga. ‘Bos’? Maksudmu ‘bosok’ ta?” jawab saya, bercanda. “Bosok” dalam bahasa Jawa, artinya busuk, bau. Pokoknya tak enaklah.

“Saya kesal ama Pak Kada, Mas. Narsisnya tak habis-habis. Sementara wartawan udah mati rasa. Apa yang diomongin Pak Kada, itu yang ditulis. Pdahal isine ‘bosok’ kabeh,” bebernya. Lebih seratus karakter.

Belum sempat saya balas, dia masih melanjurkan dengan SMS ke dua. “Saat ini, Pak Kada membuat kota kami seperti Korea Utara, Wajahnya nampil di setiap sudut kota, pakai baliho besar-besar. Bahkan ada satu baliho dia sendirian yang tampil, padahal mestinya harus dengan muspida lain, seperti ketua Dewan. Kesal kan Mas. Berapa duit rakyat yang dia pakai?”

“Sabar aja lah…. Be positif thinker,” hibur saya. Namun dia terus meracau.
“Anak anak desk kota juga banci. Penakut, tak berani buka front. Maksudnya kritislah. Dulu di zaman Mas… (dia menyebut nama seseorang mantan editornya) enak. Dia berani perang ama Pak Kada, sampai-sampai beberapa Kadis dicopot,” kenangnya.

“Kok berkesimpulan seperti itu?” saya penasaran.

“Lihatlah, bagaimana desk kota membikin sosok Pak Kada jadi hero. Judul-judul yang menyangkut Pak Kada selalu bikin blennek (muntah). Biasanya selalu dimulai begini, Wako Minta…. Atau Wako Akan Tegur… atau Wako Berjanji Perjuangkan. Yang begini kadang di HL-in. Tak cukup hanya itu, sehari kadang ada dua beritanya di halaman berbeda. Komplet pake foto."

"Kalau berita tentang action-nya, sih tak apa di HL-in. Ini hanya omong doang, kok bisa lolos di HL-in. Cuma ngomong aja, tukang bubur juga bisa. AH, sekalian ganti aja kopnya jadi Harian Pak Kada,” sindirnya.

“Wah, parah itu.” Kali ini saya tak tahan untuk tetap diam.

“Ganti aja mereka, kan banyak mungkin yang masih belum terkontaminasi limbah brain storming ini?”

“Sebenarnya ada juga Mas. Tapi, tapi gimana lagi. Bukan kewenangan saya. Saya kan hanya wartawan kampung. Wis bah,” dia mengakhiri SMS-nya.

"Yo wislah. Semoga saja kau benar," pungkas saya.

Selesai terima SMS ini, saya masih bisa berbangga, karena media kami cukup berani, belum jadi banci. Baru-baru ini, media kamilah yang berani memberitakan dugaan korupsi petinggi daerah.

Meski banyak tekanan, namun tak bergeming. Karena ini adalah kebenaran. Ah, semoga saja hal yang menimpa kawan saya, wartawan kampung itu, tak menimpa saya.

Selasa, 03 November 2009

Propaganda propaganda

Jepang pemimpin asia
Jepang pelindung asia
Jepang cahaya asia

Jepang adalah saudara tua Indonesia
Jepang membentuk Putera
Jepang bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan.





Ini adalah bunyi propaganda jepang saat mereka menguasai Indonesia sekitar tahun 1942-an. Propaganda ini mereka cetak melalui beragam pamflet dan poster.

Selain itu, jepang banyak memaparkan keberhasilannya dalam memimpin Asia Timur Raya, di antaranya rutin menerbitkan poster hasil kemenangan mereka atas lawan-lawannya.

Misalnya, dalam satu pertempuran berapa kapal perang, kapal selam bahkan pesawat terbang yang sudah dirontokkan.

Jepang menganggap, propaganda ini perlu sebagai sarana melanggengkan hegemoni mereka. Sebagaimana yang dilakukan tentara Julius Caesar, atau Nazi Jerman.

Selain itu, guna menarik minat pemuda Indonesia untuk bergabung dalam angkatan perang mereka. Sebagaimana dicatat, saat dikuasai Jepang, Indonesia dibagi dua: 1) P. Jawa dan Sumatra di bawah komando angkatan darat, berpusat di Jakarta. 2) Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku di bawah Komando Angkatan Laut yang berpusat di Ujung Pandang.

Tak mau kalah, Belanda yang lebih dulu bercokol di Indonesia, ikut juga mengeluarkan propaganda. Jadilah saat itu, selain perang fisik, juga perang poster. Isinya, sama-sama mengklaim keberhasilan, dan pembelaan akan Bangsa Indonesia.

Salah satu bunyi poster propaganda Belanda adalah “Nederland helpt Indie”. Di sana digambarkan, seorang wanita Belanda merentangkan tangan, siap akan memeluk seorang anak kulit coklat, bertelanjang dada yang berlari dengan senyum mengembang (bisa lihat gambar di bawah).

Setelah masa penjajahan ini usai, saat ini propaganda dari penguasa terus diperdengarkan. Ada yang mengklaim, di era pemerintahannya kesejahteraan kian meningkat, beras lebih murah, indeks pencapaian ekonomi lebih tinggi dalam sejarah bangsa ini, dan sebagainya.

Padahal kalau dipikir, sebenarnya bila dibanding dengan era lalu, tak begitu lebih baik juga. Tingginya pencapaian, murahnya harga beras dan sebagainya itu, kan belum diukur dengan jumlah penduduk dan kurs dolar terhadap rupiah antara saat ini dengan era lalu.

Ibaratnya, mungkin angka-angka memang naik, namun rasio pertumbuhan kurang atau bahkan macet. Contoh kasar, dulu emas satu gram aja Rp10 ribu, sekarang sudah Rp100 ribu.

Jadi kalau pemerintah zaman dulu berhasil melakukan pencapaian Rp1 juta, dan pemerintah zaman sekarang Rp5 juta, memang dari segi angka besar saat ini, namun bila dihitung pertumbuhannya masih lebih hebat yang dulu.

Tapi, ya sudahlah. Wajar- wajar saja setiap pemimpin mengklim keberhasilannya. Dan ini juga patut dihargai, karena untuk menuju ke arah sana tak mudah juga. Namun, kita haruslah kritis. Sebab, adakalanya hal tersebut dijadikan sebuah propaganda semata.

Propaganda (dari bahasa Latin modern: propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan.) adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sejumlah orang yang banyak.

Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya.

Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isi propaganda lebih menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional.

Tujuannya adalah untuk merubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran yang lebih lanjut untuk kepentingan agenda politik.

Dan ini yang paling jahat, Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan berpengaruh langsung pada perilaku untuk pencapaian suatu respon yang sama dengan niat yang dikehendaki dari pelaku propaganda.

Inti dari penjabaran ini adalah, propaganda adalah seni menguasai hati, melemahkan mental dengan kata-kata. Bila kita menderita penyakit ghumunan (mudah heran), selalu menganggap orang lain lebih superior, maka akan mudah ditaklukkan di perang ini.

Tak heranlah dulu Alexander dari Mecedonia berkata Veni, Vidi, Vici.

------------------- Poster-porter propaganda Jepang dan Belanda








Jumat, 23 Oktober 2009

Ketika Wartawan Pulang Kampung

Jangan kaget bila membaca isi blog saya edisi bulan Oktober ini, semuanya menceritakan pengalaman saat pulang kampung. Kadang serius, kadang juga jenaka. Semua tulisan ini rencananya akan saya rangkum dalam sebuah buku, berjudul Ketika Wartawan Pulang Kampung.


Adapun tokoh-tokoh utama dalam tulisan ini adalah, Abdul Basit, Kadir, Pik-Pik dan Ratna.

Sebenarnya saya ingin membuat buku yang agak wah-wah, semisal ngomongin jurnalistik, komunikasi dan sebagainya. Namun saya rasa, hal tersebut sudah terlalu banyak dilakukan. Toh, teorinya gitu-gitu saja, banyak copy paste dari ahli zaman purba yang sudah mati.

Lagi pula, saya memandang saya belumlah sehebat itu.

Menurut saya, berpikir hebat, berpikir besar, tak harus mahal dan wah. Termasuk dalam ide membuat buku ini.

Maka itulah, saya memilih topik sesederhana ini. Idenya segar dan original. Di sini juga sekaligus saya ingin menegaskan, bahwa kesejatian seorang wartawan itu adalah menulis.

Menulis apa saja, tak terkecuali pengalaman pribadi. Menulis tanpa pamrih, menulis tanpa mengharap puja puji, menulis tanpa mengharap amplop, menulis tanpa harus menargetkan award apa yang akan saya dapat atau tidak.

Menulislah, karena itu bagian dari sejarah.


Komplen Sekumpulan Anak Muda

Terhitung hari Senin 28 September - Kamis 8 Oktober, saya berlibur ke Pulau Bawean. Banyak kisah unik yang berhasil saya rangkum di pulau yang berada 80 mil utara Jawa Timur itu. Seperti kisah saat saya menerima Komplen Sekumpulan Anak Muda soal pemberitaan Media Bawean.




Sabtu, 3 Oktober, Tiga anak-anak muda usia belasan, datang bertandang ke rumah. Saya melihat, seorang di antaranya sangat resah. Hal ini bisa saya tangkap dari bahasa tubuhnya. Matanya tak terarah, tubuhnya gelisah. Begitulah.

Semula, mereka bersilaturahmi, ngucapkan selamat hari raya, bla... bla... bla... Hingga akhirnya, seorang anak muda yang resah tadi, mulai membuka suara.

”Sampean kenal Basit Media Bawean?” tanyanya.

”Ya, tentu saja,” saya menjawab.

”Sampean kok bisa jadi penulis tetapnya?”

”Oh, itu. Sebenarnya saya suka menulis di blog. Nah, catatan di blog saya itulah, bila dirasa menarik, diambil juga oleh Media Bawean,”

”Oh, begitu ya...”

”Memangnya mengapa?”

”Oh, enggak, sebenarnya saya cuma minta tolong agar foto saya yang dipasang di berita Media Bawean dicabut. Malu saya kak,” ujarnya.

Selanjutnya dia menjelaskan, kegusarannya itu bermula saat membaca berita Media Bawean yang berjudul Polsek Sangkapura Mengamankan Pemuda Mabuk-mabukan.

Dalam berita itu ditulis, Polsek Sangkapura pada Rabu (30/9) mengamankan beberapa pemuda asal Desa Sungaiteluk yang sedang mabuk-mabukan di pinggir jalan raya dengan minuman beralkohol. Pengamanan dilakukan, setelah kantor Polsek mendapat laporan dari warga setempat.

Operasi dipimpin langsung oleh Kapolsek Sangkapura AKP Zamzani,SH. dengan anggota langsung mendatangi TKP dan berhasil mengamankan 5 orang pemuda sedang asyik minum-minuman jenis anggur hitam yang beralkohol. Kelima pemuda diamankan di Mapolsek Sangkapura dan mendapatkan pembinaan.

Nah, anak muda yang datang ke rumah ini rupanya salah satunya. ”Saya malu Kak, bagaimana nanti bila saudara-saudara saya baca, baik yang di sini maupun di rantau,” ujarnya.

”Lho kenapa harus malu, kan namamu tak disebut?”
”Iya kak, tapi kan wajah saya terpampang di sana!”

Di sela-sela dia menjelaskan, ponselnya berdering. ”Nah ini dia dari kawan saya yang fotonya ikut nampang di situ,” jelasnya, lalu dia mengangkat telepon.

”Ella, pokoknya bekna kalaben eson tak bisa beu paraben pole (Udahlah, kamu dan eku tak akan lagi dapat cewek,” ujarnya.

Lalu, si penelepon bertanya bagaimana hasil pembicaraannya dengan saya. ”Iye, la ekabela ka eson (iya, udah aku bilangin),” jelasnya, lalu menutup telepon.

”Gitulah kak, dari tadi kawan-kawan terus nelepon minta tolong. Yang terakhir ini paling parah, di foto itu dia berpose sedang memegang botol,” lanjutnya.

”Saya tahu saya salah, tapi tak usahlah foto kami dipasang. Kan kami sudah dihukum di kantor polisi, malam ditangkap, siang baru boleh pulang. Jadi berapa hukuman lagi yang harus kami terima?,” ujarnya.

Sayapun mafhum, lalu berjanji akan disampaikan pada Basit, selaku Pemrednya. ”Saya hanya bisa membantu, semua keputusan di tangan Basit. kalian harus paham itu,” terang saya. Syukurlah, anak muda ini maklum, lalu minta diri.

Selanjuunya saya telepon Basit, saya ceritakan semuanya. Saya katakan, bahwa saya sangat mendukung Media Bawean membantu kepolisian fight crime. Namun, saya harap juga mengedepankan rasa kasih sayang juga.

Menurut saya, anak-anak itu sudah cukup mendapat hukuman dari polisi, jadi jangan masih dihukum lagi oleh pemberitaan. Nanti apa kata keluarganya, kawan-kawannya, bahkan pacarnya? Toh, kesalahannya juga tak begitu berat.

”Kecuali bila mereka pembunuh atau merampok, pajang aja fotonya besar-besar.”

Alhamdulillah, basit mengerti. Dan foto itu langsung dicabut.


-------------


Simak terus kisah-kisah unik lainnya di blog ini...