Minggu, 06 Desember 2009

Rumah Terakhir

Bila anda sebagai tukang sapu, menyapulah seperti layaknya Michael Angelo melukis, atau Shakspeare saat menulis sastra. Menyapulah, sehingga saking bersihnya, para Malaikat pun sungkan mau melintas di jalan yang Anda sapu.

Ada sebuah kisah hikmah yang menarik terkait prolog di atas.

Dikisahkan, ada seorang arsitek jempolan. Karya-karyanya amatlah bagus, sehingga membikin kagum siapa saja. Termasuk, tentu saja, para atasannya sendiri.

Hingga di suatu masa, senja sudah usia sang arsitek itu. Maka, menghadaplah dia pada sang bos, menyampaikan maksud ingin mengundurkan diri. ”Saya sudah tua Pak,” alasannya.

Mendengar ini, sang Bos pun maklum. Namun sebelum sang arsitek mengundurkan diri, bosnya punya satu permintaan lain. ”Saya ingin Anda mengerjakan sebuah rumah. Ini rumah terakhir yang Anda kerjakan sebelum Anda keluar,” pintanya. Sang arsitek pun menyanggupinya.

Selanjutnya, mulailah dia mengetrjakan permintaan bosnya itu. Namun semangat kali ini berbeda dengan sebelumnya. Jika dulu dia sangat teliti, kini asal-asalan. Bahan-bahan yang dipilih, kontrol yang dilakukan pun sangat kurang baik. Tak heranlah bila rumah itu selesai sebelum waktunya.

”Ah, untuk apa saya kerjakan dengan baik, toh sebentar lagi saya akan keluar dari perusahaan ini,” pikirnya.

Setelah pekerjaannay usai, maka menghadaplah sang arsitek ini ke ruang bosnya.
”Pak, pesanan rumah terakhir sudah selesai saya kerjakan,” ujarnya sembari menyerahkan kunci rumah tersebut
”Oh, begitu ya... Terimakasih sekali lagi saya ucapkan. Ini di luar dugaan saya, bisa selesai dengan cepat,” jawab si bos.

Hingga akhirnya, hati si arsitek terguncang manakala si bos mengatakan, bahwa sebenarnya rumah terakhir itu diperuntukkan untuk dirinya, sebagai penghargaan perusahaan atas dedikasinya selama ini. ”Ini, ambillah kembali kunci ini. Nah, selamat menikmati rumah baru Anda,” jelas si Bos.

Si arsitekpun terdiam. Lalu air matanya menetes. Dia menangis. ”Oh... Pak, alangkah malunya saya. Mengapa di saat terakhir kali saya bekerja, saya tak melakukan dengan baik?” sesalnya.

Hikmah dari kisah ini, bekerjalah dengan selalu memberikan hal yang terbaik.

Tidak ada komentar: