Minggu, 06 Desember 2009

Pada Suatu Ketika

Sejak mendapat fitnah keji oleh rekan seiring, 5 tahun lalu, saya jadi sangat protective saat berkomunikasi dengan orang lain. Paranoid, sedikit. Meski sikap ini tak membikin saya aman dari sasaran fitnah, gosip dan lain sebagainya itu, paling tidak bisa mengurangi saja.


Hingga di suatu ketika sat saya baru mendapat promosi, seorang rekan, vice presiden sebuah perusahaan operator telekomunikasi raksasa di Jakarta datang bertandang.

Jauh-jauh ratusan mil menemui saya, rupanya dia hanya ingin berbagi tips saja.

”Pada suatu masa nanti, kamu pasti akan mengalaminya.”

”Apa itu, Mas?”

”Ya, sama seperti yang dialami para pemimpin-pemimpin besar. Dari sinilah kualitas kamu akan tampak, apakah kamu jenis pemimpin yang tolol, atau bijaksana.”

”Iya, apa itu?” kejar saya penasaran.

Selanjutnya rekan saya menjabarkan, bahwa pada suatu ketika nanti saya akan mengalami suatu situasi yang tak mengenakkan. Di antaranya;

”Nanti akan ada rekanmu yang datang pada kamu, lalu menjelekkan rekannya yang lain.”

”Nanti juga akan ada rekanmu yang datang pada atasanmu menjelek-jelekkan kamu. Termasuk di dalamnnya, memfitnah, mengadu domba atau men-fight a comply alias menggunting dalam lipatan.

”Akan tiba masanya juga kamu dipandang sebagai kerikil tajam bagi rekan kamu yang lain.”

"Di suatu saat nanti, kamu juga akan mengalami perasaan serba salah. Diam salah, berbuat salah. Juga akan merasakan tajamnya konflik kepentingan, ibarat makan buah simalakama, dimakan atasan yang mati, tak dimakan, bawahan yang out."

Meski saya sudah pernah mengalami hal ini, namun rasanya agak ngeri juga bila masa-masa itu datang.

”Ya, inilah konsekuensinya. Semua punya dua sisi. Jangan hanya enaknya aja yang kamu mau,” pesannya.

”Lalu bagaimana menghadapi semua ini? Mas kan sudah lama duduk sebagai petinggi sebuah perusahaan. da tispnya?” tanya saya. Rekan saya ini menarik nafas panjang, sebelum akhinya melanjutkan jabarannya. ”Tips ini berdasar pengalaman saya,” jelasnya.

Dia menjawab, bahwa harus tetap tenang. menurutnya, situasi sterss kadang membuat komunikasi kita jadi offensive. Ini wajar saja terjadi. Namun sebagai seorang pemimpin, jangan sampai hal ini menjadi bumerang. Karena seorang pemimpin harus mampu memberikan ketentraman, ketenangan bagi orang yang dipimpinnya.

”Situasi boleh panas, kepala harus tetap dingin,” anjurnya.

Menurutnya, yang penting jangan teralalu reaktif saat menerima informasi yang kurang baik. Telaah dulu, apa motivasi si penyampainya. Jangan sampai saya malah dimanfaatkan oleh mereka untuk mencapai tujuannya.

Karena dengan demikian, secara tak langsung saya malah memberikan ruang bagi para penjilat dan para pengadu domba.

”Intinya jangan kamu telan bulat-bulat informasi yang datang. Apalagi langsung diumum-umumkan. Telaah dulu. Istilah wartawan-nya, cover both side,” ujarnya.

Dia melanjutkan, apa bila informasi yang datang itu hanya masalah subyektif tak berkaitan dengan pekerjaan, mending tak usah ditanggapi. Tapi bila menyangkut masalah teknis pekerjaan, misalnya ada karyawan yang mau mundur, atau cuti, barulah ditangapi.

”Kalau masalah kamu dijelek-jelekin, ya biarin aja. Habis energimu nanti. Juga sebaliknya, bila kamu mendengar ada yang menjelek-jelekkan rekanmu yang lain, ya didengerin saja. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri,” pesannya.

”Tapi bila kamu mendengar ada rekanmu yang sakit, kecelakaan atau mau mundur, pedulilah. Jenguk dia,” tambahnya.

Inti dari penjelasan ini adalah, dalam hidup ini ada yang suka dan tak suka. Itu pasti.

”Pokoknya kamu harus fokus pada pekerjaan. Itu saja. Jangan selalu menganggap diri sempurna, sehingga kamu reaktif jika mendengar kritikan. Itu sombong namanya,” tegasnya.

Informasi atau tips ini tentu sangat berguna bagi saya. Ya sikap saya, tentu sebisa mungkin akan melakukan sebagaimana yang disarankan.

Namun pertanyaannya, bagaimana bila orang lain bersikap berbeda? Misalnya, sangat reaktif dan komunikasinya cenderung offensive kala menghadapi situasi semacam di atas?

”Untuk jaga-jaga, kamu siapkan saja buku kecil. Catat semua hal apa yang kamu kerjakan di tempat kerja. Hal ini untuk mengingat-ingat, bila suatu saat ada omongan kamu yang dipelintir. Waspada itu harus, namun jangan terlalu penakut. kalau kamu benar, mengapa harus takut,” jelasnya.

Kini, setahun sudah pertemuan itu terjadi. Dan memang semuanya ada benarnya.


---------------------

Wong takon wosing dur angkoro
Antarane riko aku iki

Sumebar ron ronaning koro
Janji sabar, sabar sak wetoro wektu
Kolo mangsane, ni mas
Titi kolo mongso

Pamujiku dibiso
Sinudo kurban jiwanggo
Pamungkase kang dur angkoro
Titi kolo mongso

Arti :

Orang orang bertanya kapan angkara murka berakhir
Di antara kau dan aku

Tersebar daun daun kara
Bersabarlah untuk sementara waktu
Suatu ketika, dinda
Pada suatu ketika


Doaku semoga
Semakin berkurang korban jiwa raga
Pengakhir angkara murka
Pada suatu ketika

Tidak ada komentar: