Senin, 30 November 2009

Tour of Duty

Tak ada yang lebih seru dari pada saat melihat anak manusia mementaskan lakon menghadapi mutasi. Wah, rasanya lebih dahsyat dari menghadapi kematian.

Kenapa saya bilang demikian? Ya, karena orang yang bersiap menghadapi kematian, masih ingat salat, ingat Tuhan. Namun tidak halnya dengan menghadapi mutasi, lupa segalanya.

Makan tak enak, tidur tak lena, kerja juga tak tenang. Salat? Ah, karena sterlalu sibuk meresahkan diri sendiri, sampai-sampai yang satu ini terlupa.

Di kantor mendadak mereka meng- ad interim-kan diri. “Ah, buat apa bikin terobosan, iya kalau tetap, kalau dimutasi kan capek,” begitu pikirnya.


Ya, mereka resah. Karena tak tahu nasib apa yang akan menimpa. Pertanyaan keraguan terus berulang di benak.

Oh…. Bagaimana nanti bila saya diganti?

Apakah nanti di tempat baru akan lebih enak atau sebaliknya?

Kalau lebih enak, tak masalah, kalau tidak, apa kata orang?

Apalagi selama ini sudah banyak menyombongkan diri, meremehkan bawahan, merendahkan dan menghina orang lain.

Kalau nanti posisi saya lebih buruk, apa kata mereka yang saya rendahkan?

Bagaimana bila mereka balik menyerang saya?

Bagaimana kalau mereka yang saya hina, malah yang nanti jadi atasan saya?

Bagaimana kalau fasilitas yang selama ini saya dapat, tiba-tiba menghilang?

Apa kata orang?

Bagaimana kelanjutan proyek fiktif saya?

Bagaimana kelanjutan korupsi saya?

Ke manakah nanti upeti dan setoran saya?

Bagaimana nasib kongkalikong, dan kepentingan saya?

Bagaimana nasib keluarga saya?

Bagaimana nasib cicilan kreditan saya? Panci belum lunas, kompor masih tinggal tiga angsuran, sepeda pancal baru saja cicilan pertama.

Oh…. Oh…. Oh…

Bila nanti dimutasi ke tempat kering, fasilitas ditarik, setoran dan upeti hilang, dari mana mau bayar aneka kreditan itu? Kan uang yang digunakan untuk membayar banyak diambil dari fasilitas yang didapat dari jabatan yang sekarang.

Oh… Akan kemanakah diri ini.

Dan lihatlah, wajah-wajah absurd, putus asa, berkeliaran di mana-mana. Entah kemanakah wajah pongah yang selama ini mereka kenakan.

Namun bila berjumpa dengan petingginya, tingkahnya mirip kucing, atau anjing? Lidahnya menjulur, tubuhnya dikibaskan ke kaki sang tuan, seolah berkata,

“Wahai tuan, inilah aku abdimu yang paling loyal. Angkatlah saya, letakkan saya di tempat yang nyaman,”

Selain gambaran ini, ke mana-mana wajah absurd itu bersungut-sungut, ngomong sendiri, berspekulasi sendiri, mirip orang yang sedang menjalani rehabilitasi narkoba.

“Ah, masak saya mau dimutasi ke tempat yang buruk, kan selama di sini saya sudah berkerja dengan baik.”

“Kan saya dinobatkan sebagai manusia tersxy tahun ini?”

“Ah, masak saya dimutasi ke tempat kering? Pantasnya saya dimutasi lebih tinggi lagi, kalau perlu jadi bosses of the bosses di sini”

“Tapi, kalau nanti saya tetap diganti bagaimana?”

“Oh… Oh… Oh…”

Demikianlah. Suara-suara ini terus bertalu, diiringi irama jantung yang berdetak lebih cepat.

Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…

Makin lama, makin dekat dengan pengumuman mutasi, suara itu kian keras.

Kasak kusuk pun dimulai. Telepon sana sini, cari gosip ketengan siapa tahu ada yang tahu rahasia para bos, kemanakah dirinya akan dimutasi.

Kalau ada yang merasa aneh, lalu mempertanyakan sikapnya, langsung saja dijawab dengan tangkas, “Ah, cuma nanya aja. Bagi saya mau ditempatkan ke mana saja, ya terserah. Namanya juga kerja ke orang.”

Ah, lidah bisa berbohong, padahal hatinya berkata lain,

“Iya, ya… kalau di tempatkan di mana saja gimana? Kalau nggak prestise gimana? Oh…. Bagaimana nasib diri, kemanakah nasib diri? Bos… Bos… Bos… bantulah hamba sahayamu ini, Bos… Bos… Bos… Engkaulah Tuhan ku...”

Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…
Dag… dug… dag… dug…


Kemarin adalah sejarah, esok adalah misteri, dan hari ini adalah berkah. Mungkin karena inilah orang Inggris menyebut hari ini sebagai present day, present yang berarti hadiah. Nikmatilah, karena tak ada sesuatu yang kebetulan.

Selamat mutasi…

Minggu, 29 November 2009

Gerakan Visit Batam 2010

Hari jadi kota Batam yang ke 180, akan diperingati pada 18 Desember ini. Perayaan tersebut bertepatan dengan momentum menyongsong visit Batam 2010, yang kali ini tak hanya akan digagas sebatas program, tapi sebagai gerakan.

Di temui di sela-sela acara “Melangkah Bersama Anlene”, Minggu (6/12), Kapala Dinas Pariwisata Kota Batam Guntur Sakti mengatakan, pihaknya bersama masyarakat telah menyiapkan banyak event terkait perayaan HUT Kota Batam dan menyongsing Visit Batam 2010 ini.

Di antaranya Parade Budaya Nusantara yang akan digelar pada hari Jumat (11/12), Kenduri Seni Melayu, mulai tanggal 12-15 Desember. Di sini nanti juga akan digelar Big Bazar mulai 12-19 Desember.

Ada pula perayaan tahun baru Islam, 1 Muharram yang jatuh tanggal 17 Desember. Berikutnya ada Smack Drum, Final Festival Band sebagai song theme Visit Batam, lomba foto Visit Batam.

Puncaknya pada tanggal 31 Desember, akan digelar event kenduri akhir tahun dan pesta kembang api di Dataran Engku Putri, Batam Center. Seperti tahun sebelumnya, sederet artis dan grup band sudah siap memeriahkan event ini.

“Ini adalah momen bersejarah, sebab merupakan perayaan HUT Batam yang pertama kali dilakukan, sejak perda hari jadi Kota Batam ditetapkan,” ujar mantan Sekertaris DPRD Batam 2004-2009 ini.

Agar peringatan HUT kota Batam dan menyongsong Visit Batam 2010 ini berlangsung sukses, Guntur mengharapkan partisipasi masyarakat, dengan menjadikan visit Batam ini sebagai gerakan bersama.

Untuk itu, Guntur mengimbau agar semua tempat keramaian dan instansi pelayanan publik, seperti mall, tempat hiburan, hotel, rumah sakit serta beberapa instansi pemerintah maupun swasta.

Termasuk juga pelabuhan dan bandara, ikut menyemarakkan dengan memasang berbagai baliho, spanduk, lampu hias dan sebagainya.

Kami minta agar karyawan dan karyawati, khususnya petugas front liner, memasang logo Visit Batam di seragamnya, baik dalam bentuk pin atau bordiran,” jelasnya.

Menurut Guntur, dukungan ini sebagai tanda kesiapan masyarakat untuk menyongsong visit Batam 2010. Karena program ini bukan hanya milik sektoral, namun milik seluruh masyarakat.

“Saatnya masyarakat harus ikut memiliki, andil, mewarnai serta menjadi penentu suksesnya Visit Batam 2010 ini,” akhirnya.

Rabu, 18 November 2009

Berita... Berita... Berita... Berita...

Menurut kamu apa yang lebih penting saat membaca media cetak, lay-out atau berita?

Terus terang saya mumet juga menjawab pertanyaan yang dilontarkan Idrus di sebuah kafe bilangan Nagoya Hill. Ini sama saja dengan menanyakan manakah yang lebih penting, bun (roti) atau patty (daging isi) dalam burger.

”Keduanya tentu sama pentingnya, saling melengkapi. Berita untuk rasa, sedangkan layout untuk estetika. Berita bagus kalau lay-outnya buruk males bacanya, pun sebaliknya lay-out bagus, tapi berita buruk nipu namanya,” jawab saya meniru gaya retorika SBY.




”Pilih salah satu dong!”
”Baiklah, saya pilih lebih penting berita. Puas?”
Idrus pun diam.

Alasan saya sederhana saja, karena kita mencari media massa tentu untuk baca beritanya, bukan melihat lay-outnya. Dan dalam perkembanganya, perkembangan tata letak (lay-out) itu ada, jauh setelah media cetak itu eksis itu.

Di era-era awal, media cetak selalu menjual berita. Barulah menjelang tahun 2000-an teknik lay-out menjadi hal yang utama. Hal ini ditunjang dengan berkembangnya teknologi desain grafis dan fotografi.

Perhatikan berita, sempurnakan berita dan sebagainya, bagaimana ketajaman angle, observasi dan sebagainya. Hal ini jualah yang dipegang Dahlan Iskan saat pertama kali memegang Jawa Pos yang saat itu hampir gulung tikar.

Sebuah majalah bisnis yang saya baca tahun 1992 mengulas, saat rapat dengan awak redaksi Dahlan berkata, ”Bagaimana bisa bagus bila berita kalian seperti ini?” Menurut Dahlan berita yang bagus haruslah yang berkeringat. Bukan hanya menulis apa yang keluar dari mulut sumber.

Selain itu berita yang bagus haruslah memiliki ”6 rukun iman”, seperti kedekatan, menarik, unik, aktual dan sebagainya. Rukun iman inilah yang selanjutnya menjadi landasan pemberitaan Jawa Pos.

Selain di Jawa Pos, di grup Tempo juga memiliki sebuah pakem dengan yang disebut layak Tempo. Semua harus dikemas enak dibaca dan perlu. Bukan enak dilihat dan perlu. Di Antara juga begitu, di media-media lain juga begitu. Sekali lagi, perhatikan berita, berita dan berita.

Hal ini juga dikuatkan seorang pemimpin media. Dia berkias, bila beritanya bagus menjualnya juga gampang. Di taruh di punggung onta pun akan laku.

Masuk akal. Dan ini saya alami sendiri. Ceritanya dulu, saat masih kuliah saya sangat suka akan berita-berita politik yang tajam. Namun di mana bisa didapatkan berita semacam itu, di tengah tekanan pemerintah Orde Baru?

Semua media bungkam, kecuali Tempo. Majalah ini, meski baru saja dibredel, bukan berarti berhenti terbit. Beberapa awak redaksinya masih menjual berita melalui jalur tak resmi, pasarnya adalah para mahasiswa.

Mau tahu bagaimana bentuknya? Sangat buruk, karena hanya berupa foto kopian hitam putih saja.Satu isu dijual Rp300. Tapi aneh bin ajaib, Tempo foto kopi ini selalu laku keras, dan habis.

Kenapa? Karena saat itu memang yang kami perlukan adalah berita, bukan wajah. Dari sinilah kami, mengetahui Megawati yang saat itu tergusur ioleh Suryadi, mengegrakkan PDIP dengan berkantor di mobilnya. Banyak lagi isu lain yang kami ketahui.

Kisah lain, saat saya belum lama ini ke Medan, koran-koran bertiras besar di sana ternyata lay-outnya sederhana. Namun tetap laku, ya, karena memang beritanya bagus. Bukan kumpulan dari berita humas.

Dari uraian ini, Idrus nyeletuk. ”Tapi Pemred ja Pos bukankah berlatar belakang orang perwajahan?”

Saya mengangguk.

“Ya, namanya Leak Kustya.”
”Nah, itu berarti Jawa Pos lebih mementingkan perwajahan dong?”
”Bisa jadi, karena kualitas berita Jawa Pos sudah sangat bagus, jadi wajar bila memperhatikan lay-out,” jelas saya.
”Namun, kamu tahu siapa dia sebenarnya?” Buru-buru saya menyela.
Idrus terdiam.

Sayapun menjelaskan, bahwa Leak bukanlah seorang layouter biasa. Dia sangat kreatif dan sangat paham akan pemberitaan. Perlu diketahui, bahwa selain dikenal sebagai leyouter, Leak adalah seorang kritikus karikatur yang tajam. Namanya Mr Pecut.

Mr Pecut amatlah hebat, sampai-sampai menarik minat mahasiswa FISIP Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 1987, membuat skripsi tentang Leak. Selain itu, di jawa Pos, Leak juga penulis kolom yang andal. Saya rasa inilah modal Leak, selain memang ahli lay-out itu sendiri.

Keahliannya memandang sebuah berita ditambah menampilkan tata letak yang bagus, membuat Leak spesial dan langka, sehingga dia sukses saat dipercaya memimpin Radar Surabaya, hingga kemudian dia menjabat sebagai Pemred Jawa Pos.

”Intinya, berita itu lebih penting kan Rus? Jadi lebih pikirkanlah berita, setelah itu barulah berpikir lay-out.”


----------------------
catatan: bila ingin bikin perwajahan bagus, maksimalkan fungsi layouter, bukan redaktur. redaktur tetaplah fokus pada berita, pengembangan hingga perencanaan

Tentang Perang

Sudahlah… sudah… sudah…
Tutup saja mulutmu itu.
Muak saya mendengar ocehanmu.


Hei, sudahlah, kemas saja jutaan kata indahmu itu,
getir saya merasakannya…

Toh, tak ada satupun dari jutaan kata itu yang bisa diteladani.
Lama-lama saya rasa mulut kamu mirip pelacur dan banci yang cerewet menjajakan diri di pinggir jalan.


Kamu pikir sekarang kamu sudah merasa gagah, merasa berdiri di menara gading?
Bagi saya, kamu tak lebih berharga dari seorang germo.

Ah, anjing saja masih punya nurani.

Oh, nurani… nurani… nurani…

Di mana nuranimu, ketika hamba Allah itu berharap pertolongan?
Di mana nuranimu, ketika mereka menjerit uangnya dicuri?

Nurani…

Kamu bilang kamu tak punya kepentingan?
Alaaah… Wake up, tak usah sok sucilah…
Memangnya kamu siapa?
Malaikat saja masih punya kepentingan….

Kamu bilang tak mungkin mencuri uang pesantren…
Oh ya? Memangnya siapakah kamu, seorang ajengan, rinpoche, khomaini?
Harut wa Marut, malaikat Allah saja mampu memperkosa dan membunuh ketika Allah hembuskan hawa nafsu di dadanya, apalagi hanya kamu yang nyata-nyata manusia kotor?

Maling ya maling aja…

Sudahlah… sudah… sudah… Tutup saja mulutmu itu.
Muak saya mendengar ocehanmu…

Burung pemakai bangkai saja tak mau memakai bangkai saudaranya…
Kamu? Lumat sudah daging, habis sudah darah, masih kau sepah juga tulangnya…

Dengarkanlah ini, bila diri tak lagi diharga, bila kata tak lagi didengar, bila hati tak lagi dirasa, mari angkat panji ke angkasa…

Kita perang!

------------------------

Tulisan ini saya dedikasikan buat pencuri uang Rp5 juta sumbangan Pemko Batam, milik pondok pesantren Al Feteh.

Pondok pesantren Al Fateh adalah pesantren rehabilitasi bagi pencandu narkoba dan orang gila.

Untuk saudaraku, pengelola Al Fateh, kita mungkin tak saling mengenal, namun saya mendukung perjuangan Anda.

Teruskanlah niat mulia itu. What you do in life, will echo in eternity…

Dan bagi orang-orang yang bekerjasama dengan para pencuri uang Al Fateh, semoga Allah memasukkan kalian di antara golongan orang fasik, mencabut keberkahan rezeki, ditimpa azab pedih dan kekal di neraka Jahannam.

Selasa, 17 November 2009

Kisah Sekeping Plat Mobil

Komplain serasa sudah menjadi nama tengah saya. Biasanya, pagi belum lagi sarapan hp sudah berbunyi, komplen itu datang dalam bentuk surat. Seru juga. Namun komplen kali ini berbeda, sampai-sampai saya tak tahu apa harus ketawa, atau bagaimana.




Seorang pejabat mengungah keheningan pagi. Dia terusik, karena saat ini serasa seluruh penduduk Batam memperhatikan gerak mobilnya.

“Memangnya mengapa, Pak. Mungkin mereka naksir ama mobil Bapak?” saya bertanya polos aja.

“Bukan begitu, mereka melihat karena hari ini plat mobil dinas saya ditampilkan di koran,” jawabnya singkat.

Saya tersentak juga. Lalu cek beberapa koran lokal, ternyata memang iya. Di sana ada berita mobil dinas berplat ganda, plat merah (dinas) dan hitam (privat). Sebenarnya ini sudah umumkan dilakukan para pejabat baik di eksekutif dan legislatif.

Namun, sialnya kali ini kenama harus plat mobil si pejabat itu yang kebetulan difoto. Dalam berita itu tampak plat mobil si pejabat yang ganda itu disorot. Di luar merah, di dalam hitam. Namun, nomor serinya sama.

“Padahal, plat ganda itu telah melalui prosedur berupa izin kepolisian dan sebagainya,” keluhnya.

Apalagi, kegunaannya selama ini susuai prosedur. Ini seakan membuat kriminalisasi pada diri sang pejabat. Dalam arti lain, seolah hanya dialah satu-satunya pejbat di dunia yang mobil dinasnya memiliki plat nomor ganda.

“Saya tak tahu apa-apa. Tiba-tiba pagi-pagi sudah mejeng di koran,” ujarnya gusar.
“Tapi kan nama Bapak tak disebut, kan?” saya coba menghambarkan.
“Benar, tapi kan namanya mobil, itu representasi si pemilik? Rasanya seperti mencoreng muka saja. Mestinya nomornya diblurkan,” sarannya.

Saya tertegun juga. Dia benar. Plat mobil memang sesuatu yang riskan, karena itu beberapa acara reality show di televisi luar dan dalam negeri, selalu memblur plat mobil yang kebetulan tertangkap kamera.

Tujuannya untuk menjaga privasi, siapa tahu yang punya keberatan dan dalam kondisi tak tahu. Hal ini jualah yang membuat saya dulu menghilangkan seri terakhir dari plat mobil, orang yang kebetulan kena komplen di SMS atau surat pembaca.

Misalnya ada mobil BM 1127 XL dikomplen telah melakukan pelanggaran, saya memilih menampilkannya seperti ini BM 11xx XL, atau BM 1127 xx. Guna menjaga kriminlisasi pada si pemilik mobil. Lagipula, tuduhan ini belum tentu terbukti.

Bila terfoto, ya diblurkan. Kecuali mobil korban tabrakan. Pembaca biasanya suka melihat plat mobil korban kecelakaan, katanya untuk inspirasi pasang togel.

Namun, khusus kali ini tentu berbeda.

“Gara-gara ini, saya jadi malas bawa mobil ini. Rasanya mau ganti saja. Padahal, saat ini saya memerlukan mobilitas tinggi untuk menggarap beberapa program kerja yang barui di lounching,” bebernya.

Saya menyimak.


“Ya gimana tak risih, tiap saya melintas, apalagi saat berhenti di lampu merah, semua mata tertuju ke arah saya, seolah mereka berteriak, ‘Kriminaaaaaal…. Kriminaaaaal… Tangkap…. Tangkap…’ iya kan?”




Ketawa atau enggak ya?

Minggu, 15 November 2009

Kiamat 2012

Gara-gara film 2012, saat ini pertanyaan yang paling banyak dikemukakan adalah, benarkah dunia akan kiamat pada 21 Desember 2012, sesuai prediksi Suku Maya? Tak hanya di sini, hampir semua orang di dunia ini selalu mendapat pertanyaan demikian. Entah oleh anak, istri hingga teman. Mereka takut, mereka resah.



Lihat televisi, koran, internet, selalu saja membahas akan hal ini. Sampai-sampai bila Anda tulis kata kunci ”2021” di mesin pencari google, saat itu akan tampil 298 juta hasil.

Wartawanpun sibuk mencari jawaban. Ada yang mewawancarai ahli agama, tentunya jawabannya berdasar pandangan ke-agamaan-nya. Ada yang menanyakan pada ahli ilmu pengetahuan, yang menjawab sesuai keahliannya juga.

Semua manjawab, kiamat tak akan terjadi pada tahun 2012.

Ya, saya percaya ini. Karena film tersebut bukanlah kisah kiamat, namun soal bencana alam hebat. Sebab kondisi kiamat tak mungkin seperti itu.

Sebagai seorang Muslim, saya melihat gambaran kiamat dalam film 2012 jauh dengan apa yang digambarkan Al Quran, yang disebutkan saat itu gunung-gunung dihancurkan menjadi debu.

Dalam ayat lain disebutkan kedatangan hari kiamat akan menyebabkan gunung-gunung beterbangan bagaikan kapas atau bulu diterbangkan angin.

Lengkapnya Allah SWT berfirman, ”Dan ketika bintang-bintang berjatuhan (At-Takwir: 2), Dan ketika bintang-bintang jatuh berserakan (Al-Infithar: 2), Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan (Al-Qaari`ah: 5), Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan jadilah gunung-gunung tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan (Al-Muzzammil: 14).”

Para ahli mengatakan, gambaran ini terjadi akibat di hari itu hilangnya gaya tarik-menarik antarmaterial yang berbeda dalam ukuran besar yakni hilangnya gaya gravitasi.

Membaca kutipan ayat di atas saja, kita sudah sulit membayangkan betapa dahsyatnya kiamat itu. Sampai-sampai Rasulullah Muhammad SAW mengatakan, jangan sampai kita melihat langsung kiamat itu. Ngeri.

Ayat-ayat lain dalam Alquran sebagai Al Bayan menjelaskan apa saja yang terjadi pada hari bumi berguncang dengan dahsyatnya.

Di antaranya, ”Dan ketika lautan dijadikan meluap (Al-Infithar: 3), Dan bumi mengeluarkan beban-benar beratnya (Al-Zalzalah: 2), Dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong (Al-Insyiqaq: 4), Dan gunung-gunung berjalan dengan cepat”.

Sementara itu, ketika semua itu terjadi setiap makhluk termasuk manusia akan menjadi sangat panik. Sebuah kepanikan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, setiap diri sibuk mengurusi dirinya sendiri. Suatu kepanikan yang melebihi peristiwa gempa dan tsunami.

Kepanikan ini digambarkan dalam Alquran dengan ayat, ”Pada hari kamu mengalami keguncangan itu, lupalah semua wanita yang menyusui pada anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras (Al-Hajj: 2), Dan tidak ada seorang pun teman akrab menanyakan temannya (Al-Ma`aarij: 10)”.

Nah, gambaran ini tentu tak ada dalam film 2012, karena memang itu bukan kiamat, namun hanya bencana alam hebat. Di film itu, manusia masih sadar. Ibu masih ingat pada anaknya dan lain-lain. Dan yang lebih nyata, matahari masih terbit dari timur.

Film ini hanyalah versi lain yang diadopsi dari kisah Nabi Nuh. Lain tidak. Karena klimaksnya adalah datangnya tsunami, dan manusia beserta binatang selamat setelah masuk dalam bahtera. Bedanya, bila bahtera Nabi Nuh tiket masuknya dengan iman, bahtera yang ini tiket masuknya harus dengan uang 1 miliar dolar AS.

Oke, kiamat memang tak akan terjadi, namun apakah mungkin bencana alam sehebat itu akan segera datang? Karena bila itu terbukti, sendi-sendi peradaban akan hancur, ekonumi runtuh. Lapar, lapar, lapar... Makan, makan, makan... Akan memekik di mana-mana. Oh, bagaimana nasib hidupku, anakku, keluargaku?

Tak usah terlalu heboh memikirkan bancana sedahsyat itu, diserang oleh Y2K (millenium bug) saja sudah kebingungan. Sampai-sampai Wallstreet meramalkan bahwa ini adalah kiamat keuangan dunia.

Inilah yang mungkin meresahkan sebagian penduduk bumi itu. Keresahan ini rupanya juga ditangkap pula oleh Badan Antariksa AS (NASA). Sampai-sampai mereka merilis situs resmi yang menjelaskan bahwa apa yang terlihat di film 2012 takkan terjadi dalam waktu dekat.

”Tidak ada hal buruk yang terjadi di Bumi pada 2012. Planet kita baik-baik saja untuk lebih dari 4 miliar tahun mendatang, dan para saintis yang kredibel di seluruh dunia tahu bahwa tidak ada ancaman yang terkait dengan 2012,” katanya.

Bencana datang dan pergi, itu urusan Allah. Toh, bumi ini sudah sering dihajar dengan bencana seperti itu. Dalam Alquran, Allah berkisah bagaimana bangsa-bangsa besar terdahulu dihancurkan dengan gempa bumi, angin topan, wabah penyakit, banjir hingga badai petir dan sebagainya. Semua ini terjadi, karena mereka ingkar.

Dari sini, mungkin bisa diambil benang merahnya, agar kita tak lalai dan ingkar. Tetaplah giat mencari nafkah, serahkan diri pada Allah, jaga iman, salatlah, makmurkan masjid, rajin sadaqah, jangan korupsi, dan juga jangan lupa jaga alam, selamatkan lingkungan. Hentikan perusakan hutan, dan ekosistem.

Bukankah Allah sudah mengingatkannya?
“Dan janganlah kalian mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (QS. Asy-Syu’aro: 151-152)

Inilah mestinya yang lebih baik harus kita lakukan, dari pada ikut-ikutan resah terlibat pro-kontra akibat ulah Roland Emmerich sutradara film 2012 itu, sembari sibuk memperdebatkan apakah itu film kiamat atau bukan, tontonan haram atau halal. Karena tak ada gunanya juga.

Bagi Umat Islam, percaya pada hari kiamat itu wajib, hal ini masuk rukun ke 6 dalam rukun Iman. Namun ingat, kejadiannya tak bisa ditentukan. Jangankan menentukan kapan kiamat, memprediksi gempa bumi saja manusia belum mampu.

Itulah mengapa kiamat adalah masalah ghaib yang tanggalnya sangat rahasia. Ini adalah urusan Allah.

Dan ini yang penting. Jangan hanya karena sibuk memikirkan kiamat besar (kehancuran alam semesta), kita melupakan kiamat kecil (kematian). Karena kiamat yang ini bisa terjadi kapan saja, esok atau bisa jadi hari ini.

Jadi insyaflah, kenapa harus tunggu 2012?


-----------

Ramalan-Ramalan Yang Gagal Tentang Kiamat

Banyak sekali ramalan-ramalan yang ternyata gagal dan tidak terbukti. Di antara sekian banyak ramalan yang gagal itu, mari kita bahas salah satunya, yaitu ramalan tentang WAKTU datangnya hari kiamat (end of the world).

Berikut ini daftar RAMALAN KIAMAT yang GAGAL (beserta sumber beritanya):

Kiamat Tahun 1843

William Miller, pendeta Advent asal Inggris mendapat pewahyuan tahun 1815, bahwa kiamat akan terjadi tahun 1843. Penerusnya kemudian merevisi kiamat akan terjadi tahun 1844.
http://en.wikipedia.org/wiki/Great_Disappointment

November/Oktober 1982

Pada akhir tahun 1976, Pat Robertson memprediksi bahwa akhir dunia akan datang pada bulan November atau Oktober 1982. Dalam siaran Mei 1980 dari The 700 Club, ia menyatakan, “Saya menjamin Anda pada akhir tahun 1982 akan menjadi hari penghakiman pada dunia.“
http://en.wikipedia.org/wiki/Pat_Robertson

9 September 1999

Sang “Imam Mahdi” Syamsuri pernah meramalkan bahwa 9 September 1999 adalah hari kiamat. Ratusan orang diajak ke padepokannya menyambut kiamat tepat pukul 09.00 WIB. Sebelum ramalan itu terwujud, ia malah diciduk polisi. Palu hakim menghukumnya 11 bulan penjara.

Begitu ramalan kiamatnya pada 9-9-1999 meleset, dia berkilah. “Kiamat tetap akan terjadi dalam waktu dekat ini,” katanya. Setelah kiamat, orang-orang terpilih yang masih hidup. Kakek 15 cucu inilah yang bakal memimpin mereka. Itu sebabnya, dia tetap menunggu kiamat, sambil mengurus kebun jeruk di belakang rumahnya.(GATRA, Jumat 14 November 2003)
http://www.gatra.com/2003-11-17/artikel.php?id=32219
http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=DwVaVlUEBQdQ

31 Desember 1999

Joseph Kibwetere dari Uganda (Afrika), pendiri The Movement for the Restoration of the Ten Commandments of God, bernubuat bahwa dunia akan berakhir pada 31 Desember 1999 (yang diralat menjadi 31 Desember 2000). Tahun 1998, ia dirawat di rumah sakit karena mengalami gangguan jiwa.

Sebelum 31 Desember 2000 ia menyuruh seluruh jemaatnya berkumpul dalam sebuah bangunan gereja. Setelah jemaat berkumpul, pintu serta jendela gereja ditutup dan Joseph membakar gereja tersebut. Akibatnya, ketika api padam, pihak keamanan menemukan 330 tengkorak manusia dalam keadaan gosong di antara puing-puing.
http://www.infoplease.com/ipa/A0855254.html
http://www.mayhem.net/Crime/uganda.html

5 Mei 2000

Dalam bukunya, Ice: The Ultimate Disaster (1997) Richard Noone memprediksikan bahwa pada 5 Mei 2000, planet-planet akan bersejajar dan kehidupan akan berakhir seiring dengan mencairnya semua es di muka Bumi.

Sekitar 18 bulan sebelum “hari kiamat” itu, Benjamin Radford (dari Skeptical Inquirer science magazine), mewawancarai Mr Noone tentang buku dan ramalannya; Radford sempat bertanya apakah mereka bisa mengatur pertemuan/wawancara pada tanggal 6 Mei 2000, kalau-kalau dunia tidak berakhir. Tapi Noone menolak.
http://bobpark.physics.umd.edu/WN00/wn050500.html
http://www.amazon.com/2000-Ice-Ultim.../dp/B000M17YE2
http://www.amazon.com/Ice-Ultimate-D.../dp/0609800671

10 November 2003 (akhir dari akhir zaman?)

Mangapin Sibuea dari Bandung Selatan dan para pengikutnya, sekitar 300 orang berkumpul dan melakukan ritual, seperti menyanyi, menari, dan berpuasa, ada yang 3 hari 3 malam tak makan, ada juga yang 7 hari 7 malam tak makan. Semua itu dilakukan untuk bersiap-siap menjemput Kiamat, 10 November 2003.
(Tempointeraktif.com, 12 November 2003 – Setelah ‘Kiamat’ Sekte Sibuea Tak Terjadi)
http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=UFMABVtVBQUC
*http://www.arsip.net/id/link.php?lh=UFMABVtVBQUC.

Sabtu, 14 November 2009

Pembunuh (Mental) Gajah

Gajah. Siapa yang tak kenal akan binatang ini, mamalia darat terbesar, tergagah, terkuat, terperkasa di muka bumi setelah era dinosaurus. Tak heranlah bila sebelum era tank, gajah menjadi mesin tempur yang tangguh. Meski begitu, sebenarnya kekuatan gajah ini sangat mudah dilumpuhkan.


Bagaimana cara agar gajah tak mampu mengeluarkan ”kekuatan” gajahnya? Jawabnya, dengan mempengaruhi sistem berpikirnya (kognisi). Hal inilah yang diterapkan di tempat pelatihan Gajah, seperti Way Kambas dan lain-lain.

Saat itu, sedari kecil, gajah diikat dengan sebatang bambu. Tujuannya, agar tak mudah lepas dan gajah pun tak mampui berlari ke mana-mana. Semula, gajah kecil itu berusaha meronta dan melepaskan diri. Namun karena tenaganya masih lemah, maka usahanya gagal. Dia mencoba lagi, gagal lagi.

Hingga akhirnya dia terbiasa akan keadaan ini. Hal ini, terus terbawa hingga sang gajah tumbuh dewasa. Meski sebenarnya jika mau, tenaganya akan sangat mampu mematahkan batang bambu itu, namun dia tak lagi mau mencoba.

Saat itu kognisi sang gajah sudah terbentuk, semasa kecil saja saya tak mampu melepaskan diri, jadi buat apalagi. Maka, jadilah sang gajah tunduk dalam ikatan bambu. Kognisinya membuat dia tak mampu lagi mengeluarkan kekuatan gajahnya yang luar biasa itu.

Kisah sang gajah yang tak mampu mengeluarkan mental gajahnya ini, bisa saja menimpa manusia. Kita sering melihat, betapa intuisi atau bahkan pemikiran besar manusia, bisa dihancurkan dengan cara mempengaruhi kognisinya.

Dulu zaman Orde Baru, cara-cara ini sering dijumpai. Bagaimana saat itu penguasa menekan kebebasan berpikir, dengan menghantui rakyat melalui cara-cara intimidasi. Akibatnya, banyak saat itu orang menjadi ngeri bila melihat tentara. Jangankan ngomong kritis, berdiri saja sudah gemetar.

Jadi jangan heran, bila saat itu orang lebih banyak bungkam. Saat rapat, hanya datang, duduk, diam. Ya bagaimana mau ngomong, baru membuka mulut saja langsung dibungkam. Bila ada yang berani memberi masukan, apalagi mengkritik, bisa fatal.

Kalau hanya tak dianggap saja masih mujur, kadang masih diancam, teror dan lain sebagainya, sehingga membuat orang-orang kritis ini berpikir 1.000 kali bila akan mengeluarkan pemikirannya. Maka jadilah, ”kekuatan gajah” mereka lumpuh.

Tak usah terlalu jauh dan besar kita mengurai. Saya memiliki kawan yang sangat cerdas. kreatif, pemikirannya bagus, bicaranya juga lugas. Bila di mimbar, wah, bagai Soekarno saja. Saya kagum.

Namun, setelah saya kenal lebih dekat, ternyata sang kawan tak berkutik menghadapi sang istri. Bila di depan istrinya dia menjadi ”yes man”. Nunduk-nunduk dan gagap.

Saya penasaran ada apa gerangan. Jawabnya sungguh di luar dugaan. ”Otak saya buntu bila di depan dia,” akunya.

Dia lalu mengurai, ternyata selama berumah tangga, sang istri tak pernah mendengarkan pendapatnya. Baru buka mulut saja, langsung dipotong. Intinya, apa yang keluar dari mulut sang suami selalu salah. Dan si istrilah yang benar.

Lalu, bagaimana bila mereka dihadapkan pada masalah rumah tangga yang memerlukan pemecahan bersama? ”Ya, dia biasanya nelepon ibunya. Pokoknya saya tak pernah dilibatkan, tak pernah dianggap, pendapat saya tak pernah dihargai. Maka itulah, otak saya buntu bila berada di dekatnya. Kognisi saya berkata, buat apa ngomong, toh tak akan dianggap,” curhatnya.

Wah, rupanya kekuatan gajah kawan ini sudah mati. Bagaimana dengan "gajah" Anda?

Kamis, 12 November 2009

Surat dari Wartawan Kampung

Usai cuti pulang kampung tempo hari, saya banyak mendapat kenalan wartawan lokal di sana. Kamipun akrab dan berkawan. Hingga suatu hari, kawanku yang wartawan kampung itu berkirim SMS. Maksudnya curhat aja. Maklumlah, saya juga seorang wartawan.


Isi SMS-nya, menggambarkan kekesalannya akan kondisi yang dihadapinya saat ini, khususnya soal kepala daerahnya (di sana Bupati) yang dia sebut “Pak Kada”. Sementara media (para editornya) yang dia masuki jadi berisi orang-orang tolol yang hanya menjadi juru tulis saja.

“Wah, kasar sekali kamu! Koyo awakmu becik ae, cuk!” SMS saya, gaya Suroboyoan, pakai “cuk” segala.

“Habis aku kesal, Mas! Tiap aku nulis yang mengkritik Pak Kada, selalu tak naik,” jawabnya.

“Berita tak naik itu biasa Bos. Jangan lebay, lah,” hibur saya.

“Bukan masalah tak naiknya Mas, yang aku kesalkan mereka banci. Itu aja.”

Akhirnya aku bertanya, ada apa rupanya. Siapa tahu bisa jadi bahan pelajaran juga, karena bagaimanapun saya berkecimpung di media massa.

Agar tak penasaran, saya akan cuplik isi SMS-nya dari awal.

“Pagi, Mas Bos… he he he…”

“Pagi juga. ‘Bos’? Maksudmu ‘bosok’ ta?” jawab saya, bercanda. “Bosok” dalam bahasa Jawa, artinya busuk, bau. Pokoknya tak enaklah.

“Saya kesal ama Pak Kada, Mas. Narsisnya tak habis-habis. Sementara wartawan udah mati rasa. Apa yang diomongin Pak Kada, itu yang ditulis. Pdahal isine ‘bosok’ kabeh,” bebernya. Lebih seratus karakter.

Belum sempat saya balas, dia masih melanjurkan dengan SMS ke dua. “Saat ini, Pak Kada membuat kota kami seperti Korea Utara, Wajahnya nampil di setiap sudut kota, pakai baliho besar-besar. Bahkan ada satu baliho dia sendirian yang tampil, padahal mestinya harus dengan muspida lain, seperti ketua Dewan. Kesal kan Mas. Berapa duit rakyat yang dia pakai?”

“Sabar aja lah…. Be positif thinker,” hibur saya. Namun dia terus meracau.
“Anak anak desk kota juga banci. Penakut, tak berani buka front. Maksudnya kritislah. Dulu di zaman Mas… (dia menyebut nama seseorang mantan editornya) enak. Dia berani perang ama Pak Kada, sampai-sampai beberapa Kadis dicopot,” kenangnya.

“Kok berkesimpulan seperti itu?” saya penasaran.

“Lihatlah, bagaimana desk kota membikin sosok Pak Kada jadi hero. Judul-judul yang menyangkut Pak Kada selalu bikin blennek (muntah). Biasanya selalu dimulai begini, Wako Minta…. Atau Wako Akan Tegur… atau Wako Berjanji Perjuangkan. Yang begini kadang di HL-in. Tak cukup hanya itu, sehari kadang ada dua beritanya di halaman berbeda. Komplet pake foto."

"Kalau berita tentang action-nya, sih tak apa di HL-in. Ini hanya omong doang, kok bisa lolos di HL-in. Cuma ngomong aja, tukang bubur juga bisa. AH, sekalian ganti aja kopnya jadi Harian Pak Kada,” sindirnya.

“Wah, parah itu.” Kali ini saya tak tahan untuk tetap diam.

“Ganti aja mereka, kan banyak mungkin yang masih belum terkontaminasi limbah brain storming ini?”

“Sebenarnya ada juga Mas. Tapi, tapi gimana lagi. Bukan kewenangan saya. Saya kan hanya wartawan kampung. Wis bah,” dia mengakhiri SMS-nya.

"Yo wislah. Semoga saja kau benar," pungkas saya.

Selesai terima SMS ini, saya masih bisa berbangga, karena media kami cukup berani, belum jadi banci. Baru-baru ini, media kamilah yang berani memberitakan dugaan korupsi petinggi daerah.

Meski banyak tekanan, namun tak bergeming. Karena ini adalah kebenaran. Ah, semoga saja hal yang menimpa kawan saya, wartawan kampung itu, tak menimpa saya.

Selasa, 03 November 2009

Propaganda propaganda

Jepang pemimpin asia
Jepang pelindung asia
Jepang cahaya asia

Jepang adalah saudara tua Indonesia
Jepang membentuk Putera
Jepang bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan.





Ini adalah bunyi propaganda jepang saat mereka menguasai Indonesia sekitar tahun 1942-an. Propaganda ini mereka cetak melalui beragam pamflet dan poster.

Selain itu, jepang banyak memaparkan keberhasilannya dalam memimpin Asia Timur Raya, di antaranya rutin menerbitkan poster hasil kemenangan mereka atas lawan-lawannya.

Misalnya, dalam satu pertempuran berapa kapal perang, kapal selam bahkan pesawat terbang yang sudah dirontokkan.

Jepang menganggap, propaganda ini perlu sebagai sarana melanggengkan hegemoni mereka. Sebagaimana yang dilakukan tentara Julius Caesar, atau Nazi Jerman.

Selain itu, guna menarik minat pemuda Indonesia untuk bergabung dalam angkatan perang mereka. Sebagaimana dicatat, saat dikuasai Jepang, Indonesia dibagi dua: 1) P. Jawa dan Sumatra di bawah komando angkatan darat, berpusat di Jakarta. 2) Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku di bawah Komando Angkatan Laut yang berpusat di Ujung Pandang.

Tak mau kalah, Belanda yang lebih dulu bercokol di Indonesia, ikut juga mengeluarkan propaganda. Jadilah saat itu, selain perang fisik, juga perang poster. Isinya, sama-sama mengklaim keberhasilan, dan pembelaan akan Bangsa Indonesia.

Salah satu bunyi poster propaganda Belanda adalah “Nederland helpt Indie”. Di sana digambarkan, seorang wanita Belanda merentangkan tangan, siap akan memeluk seorang anak kulit coklat, bertelanjang dada yang berlari dengan senyum mengembang (bisa lihat gambar di bawah).

Setelah masa penjajahan ini usai, saat ini propaganda dari penguasa terus diperdengarkan. Ada yang mengklaim, di era pemerintahannya kesejahteraan kian meningkat, beras lebih murah, indeks pencapaian ekonomi lebih tinggi dalam sejarah bangsa ini, dan sebagainya.

Padahal kalau dipikir, sebenarnya bila dibanding dengan era lalu, tak begitu lebih baik juga. Tingginya pencapaian, murahnya harga beras dan sebagainya itu, kan belum diukur dengan jumlah penduduk dan kurs dolar terhadap rupiah antara saat ini dengan era lalu.

Ibaratnya, mungkin angka-angka memang naik, namun rasio pertumbuhan kurang atau bahkan macet. Contoh kasar, dulu emas satu gram aja Rp10 ribu, sekarang sudah Rp100 ribu.

Jadi kalau pemerintah zaman dulu berhasil melakukan pencapaian Rp1 juta, dan pemerintah zaman sekarang Rp5 juta, memang dari segi angka besar saat ini, namun bila dihitung pertumbuhannya masih lebih hebat yang dulu.

Tapi, ya sudahlah. Wajar- wajar saja setiap pemimpin mengklim keberhasilannya. Dan ini juga patut dihargai, karena untuk menuju ke arah sana tak mudah juga. Namun, kita haruslah kritis. Sebab, adakalanya hal tersebut dijadikan sebuah propaganda semata.

Propaganda (dari bahasa Latin modern: propagare yang berarti mengembangkan atau memekarkan.) adalah rangkaian pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sejumlah orang yang banyak.

Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya.

Propaganda kadang menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isi propaganda lebih menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional.

Tujuannya adalah untuk merubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok sasaran yang lebih lanjut untuk kepentingan agenda politik.

Dan ini yang paling jahat, Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan berpengaruh langsung pada perilaku untuk pencapaian suatu respon yang sama dengan niat yang dikehendaki dari pelaku propaganda.

Inti dari penjabaran ini adalah, propaganda adalah seni menguasai hati, melemahkan mental dengan kata-kata. Bila kita menderita penyakit ghumunan (mudah heran), selalu menganggap orang lain lebih superior, maka akan mudah ditaklukkan di perang ini.

Tak heranlah dulu Alexander dari Mecedonia berkata Veni, Vidi, Vici.

------------------- Poster-porter propaganda Jepang dan Belanda