Sabtu, 22 Januari 2011

Buku dan Anjing

Dalam perbincangan dengan seorang kawan LSM, meluncurlah ungkapan ini, "saat ini, anjing kejepit tak hanya bisa berteriak, tapi juga menulis buku."

Namanya juga tulisan anjing kejepit, lanjutnya, tentu isinya tak jauh dari tendensi dan tudingan tanpa fakta yang jelas.

"Sang ajing geram melihat tingkah orang kampung yang melarangnya masuk. akibatnya dia gagal untuk mencuri ayam, sedangkan perutnya sudah sangat lapar," jelasnya.

"apakah perlu menanggapi tulisan anjing ini?" saya bertanya.
"tentu tidak. karena kita akan dianggap gila. Tentu saja, kok manusia nanggapi tulisan anjing," ujarnya singkat.

Selain itu, dia menjelaskan, hanya akan membuat si anjing kian dapat publisitas gratis. artinya, sama saja mebesarkan nama si anjing.

Mungkin kekata rekan saya ini terkesan sarkas, namun sebagai alarm untuk memilih buku mana yang baik dan bukan.

Karena di masa kian mudahnya usaha penerbitan, ada kalanya beragam pihak memanfatkan buku untuk menanamkan ideologinya dan lain lain.

Bagi pembaca buku sejati, tentu akan mudah memilih buku yang bagus sebagai bahan referensinya.

Saya juga termasuk orang yang banyak mengoleksi buku. Buku bagus tentunya bisa dilihat dari isinya yang jernih, serta tak hanya menyajikan kumpulan data, namun juga informasi.

Yang paling penting, lihat dan kenali siapa penulisnya.

Jika kita memang hobi membaca buku, dapat dipastikan kita hafal beberapa nama penulis buku yang berkualitas baik, atau nama-nama penulis favorit kita.

Beberapa orang penulis bisa membuat buku dalam bidang yang berbeda, tetapi secara umum mayoritas penulis memiliki keahlian yang lebih hanya untuk satu bidang khusus.

Misalnya: Untuk novel sastra, penulis yang berkualitas adalah Pramoedya Ananta Toer, Ayu Utami, Seno Gumira Ajidarma. Untuk puisi ialah Oka Rusmini, Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohammad, Subagyo Sastrowardoyo. Dan masih banyak contoh lainnya.

Ini penting, karena bila penulisnya adalah orang yang kredibilitasnya dipertanyakan, atau malah tukang peras, bagaimana mungkin akan melahirkan buku berkualitas?

Jangan heran, zaman ini banyak penjahat dan kelompok-kelompok ekstrim juga menulis buku. Tentunya buku tersebut bertujuan untuk memuluskan aksinya, baik untuk memeras dan menyebar luaskan ideologinya.

Selanjutnya lihat penerbitnya. ini penting untuk melihat apakah sebelum diterbitkan buku tersebut melalui editing yang ketat atau tidak.

Saat masih kecil dulu, saya selalu merasa nyaman bila membaca buku terbitan Balai Pustaka. Maka dari itu, apapun judulnya bila itu terbitan Balai Pustaka, selalu saya beli.

editing tak hanya soal mengoreksi kesalahan huruf, namun juga etika dan logika dalam hal yang disampaikan. sehingga, informasi yang akan kita lalap dalam buku tersebut "aman dikonsumsi", tak mengandung unsur kebencian.

Penting juga dilihat siapa editornya. Karena tulisan seorang Gunawan Mohammad pun masih melalui proses editing.

Adakalanya saat ini buku-buku berbau investigasi laris. namun, tetap harus jeli memilihnya. karena banyak buku investigasi kasus juga mengandung unsur fitnah. Menyesatkan opini, membelokkan bahkan menyebarkan berita bohong dengan data palsu.

Ada juga yang dilandasi dendam karena penulisnya kecewa targetnya tak tercapai. Kasus di daerah, ada seorang yang pernah dipecat dan blacklist dari media ternama, lalu menjelek-jelekkan media dan jajarannya tersebut.

Sebenarnya pertimbangan blacklist ini bukannya tanpa alasan. Karena melihat moral yang bersangkutan. Selain itu juga statusnya diragukan. Apa menariknya bagi pembaca nara sumber dengan kualitas seperti ini?

Ternyata yang bersangkutan tak terima. Kemudian terus menyerang. Tak hanya lewat lisan, juga menerbitkan sebuah buku. Semua serangannya dilandasi dendam peribadi.

Namanya juga dendam, bisa ditebak, bukunya ditulis asal-asalah. Ini adalah produk gagal, yang dibuat oleh orang yang gagal. Apa menariknya membaca buku seperti ini. Intelektual tentu beda dengan sampah. Buku tentu beda dengan selebaran gelap.

Di Jakarta juga pernah terjadi. Seorang yang dipecat dari sebuah stasiun televisi terkemuka, membuat blog. Isinya, menjelek-jelekkan pengelola televisi tersebut. Karena berdasar sakit hati, tulisannya penuh sinis.

SINIS apakah hasil perkawinan antara KEANGKUHAN dan SAKIT HATI ataukah hasil perselingkuhan antara KEBODOHAN dan RENDAH DIRI?

Karena itu, tetaplah selektif memilih buku. Lihat dan kenali penulis dan penerbitnya. karena inilah beda antara buku dan selebaran

2 komentar:

Anonim mengatakan...

kalau pengamtan awam saya sekarang ini banyak ...berebut daging kalau soal buku mungkin karya Dr Aidh Al karni sangat menyentuh ,mendidik semoga dimiliki oleh semua yg haus akan ilmu .satu lagi buku klasik yg bagus judulnya jl orang bijak karya imam Al gozali

muhammad riza fahlevi mengatakan...

terimakasih... saya memang penggemar berat al ghozali