Rabu, 18 Juli 2012

From Rusia with Iman

Ramadan lalu saya sempat menulis tentang masjid di Wina Austria yang kerap menebar hidayah bagi warga setempat. Nama etpatnya, Vienna Islamic Center. Letaknya berada di tepian sungai Danube, sungai terkenal di Eropa (lebih lenjut sila klik http://rizafahlevi.blogspot.com/2011/08/h-i-d-y-h.html).
Kembali di penghujung Ramadan kali ini, saya kembali akan mengupas sedikit tentang cahaya Islam di Rusia yang erat kaitannya dengan masjid.
Sekadar diketahui, Islam masuk ke Rusia jauh lebih awal dari Indonesia. Tepatnya sekitar tahun 637, masih di era khulafaurrasyidin. Kota pertama yang diterpa cahaya Islam adalah Derbent, dekat Grozny ibukota Chechnya.
Kabarnya, Khalifah Umar bin Khattab mengirim sahabat nabi, Suraqat bin Amr ke wilayah ini sekitar tahun 22 Hijriyah atau abad ke 7 masehi. Selanjutnya Salman bin Rabi’i (komendan pasukan) dan Abdurrahman bin Rabi’i (logistik) juga dikirim ke Derben. Hingga akhirnya Salman bin Rabi’i, disusul Abdurrahman bin Rabi’i, memimpin Derbent setelah Suraqat meninggal.
Setelah mereka, Derbent banyak disinggahi tabit-tabiin. Di antaranya ada Huzaifah bin Yaman, bahkan ahli strategi perang Salman Alfarisi dan perawi hadis Abu Hurairah juga singgah di sini. Ratusan tahun penyebar Islam bertempat di sini, sehingga penduduknya mayoritas Muslim.
Hal inilah mengapa, Islam di Rusia, khususnya Derbend, sangat kokoh. Meski selama 70 tahun negara ini masuk dalam sistem komunis yang melarang kegiatan keagamaan, namun umat islam di sana tak jua berpaling. malah kian kokoh.
Nah, bila melancong ke Rusia jangan lupa mampir ke Masjid Biru. Di sini kita bisa mengenang celoteh presiden pertama, Soekarno, yang disegani pemimpin negara adidaya, Rusia.
Seorang diplomat kita, M Aji Surya, dalam bukunya “Segenggam Cinta dari Moskwa” menulis, sebenarnya blue mosque bernama Masjid Jamul Muslimin, namun karena kubah dan gerbangnya berwarna biru langit nan elok, maka untuk memudahkan warga setempat menamainya masjid biru. Letak masjid ini berada di antara dua obyek wisata Rusia, yakni benteng Peter & Paul serta sungai Neva. Itulah mengapa masjid ini ikutan terkenal.
Lantai satu masjid biru bisa menampung 2.00-an jemaah, sedangkan lantai dua dan tiga dipakai untuk jemaah wanita.
Hubungan masjid ini dengan Soekarno terjadi ektika tahun 1955 sang presiden berlibur ke St Pitersburgh yang saat itu bernama Leningrad, bersama putrinya, Megawati menikmati keindahan kota yang dibangun Peter yang Agung.
Hingga kemudian sang Proklamator melihat bangunan yang dia rasa masjid, kemudian minta sopir mengantarkan ke sana. Namun, permintaan ini tak dipatuhi. Hingga kemudian, dalam lawatan resminya ke Rusia guna perundingan tingkat tinggi hubungan bilateral terkait perang dingin, kepada pemimpin Rusia saat itu Nikita Sargeyevich Krushchev, Soekarno ditanya tentang kunjungnnnya ke Leningrad tempo hari.
Dia menjawab, ”Rasanya saya belum pernah ke Leningrad.” Krushchev bingung, ”Bukannya tempo hari tuan presiden berjalan-jalan bersama sang puteri di sana?” kejar Krushchev.
”Ya kami memang berada di sana, tapi belum ke sana. karena Saya tak dibolehkan sopir mengunjungi bangunan yang saya yakini itu sebuah masjid,” jelasnya.
Seminggu setelah kunjungan usai, Kremlin menginfokan, satu-satunya masjidf di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca-revolusi Bolshevic boleh dibuka kembali untuk beribadah, tanpa persyaratan apapun. Padahal semua tahu saat itu, Rusia sangat melarang semua yang berbau agama. Bahkan, beberapa tempat ibadah yang bernilai historispun sekelas Khram Khrista Spasitelya, mereka ratakan dengan tanah.
Selain masjid biru juga ada masjid Prospek Mira di jantung kota Moskwa. Namun utnuk bisa salat di masjid Rusia, harus datang beberapa jam lebih awal. Bila tidak, anda tak akan kebagian lagi tempat. Maka, terpaksalah salat meluber ke jalan.
Apalagi pas Idul Fitri atau Idul Adha. Lautan jemaah ibarat lebah mengepung sarang, meluber sampai jauh. Saking jauhnya, jemaah tak lagi bisa mendengar suara imam. Bahkan, tuntunan Fiqih agar jangan salat di depan imam pun tak lagi berlaku. ”Allah maha mengerti,” ujar mereka.
Yang mengharukan, semangat melaksanakan salat berjamaah ini tak kendor meski negara di belahan utara Bumi itu mamasuki musim salju yang sangat dingin. Beginilah kiranya kekuatan iman itu.
Kian melubernya jemaah ini, akibat jumlah kaum muslimin Rusia terus bertambah, sementara masjid masih jarang. Bayangkan di kota Moskwa saja ada 2 juta kaum Muslimin, ini merupakan jumlah Muslim terbesar di Eropa. Sementara masjid hanya enam.
Sebenarnya dulu, di masa Tsar ada sekitar 15 ribuan masjid di Rusia. Namun, pascarevolusi Bolshevic jumlahnya menyusut hanya 100 masjid. banyak yang dihancurkan dan dialihfungsikan sebagai gudang dan semacamnya. Nasib baik Masjid Prospek Mira ini tak ikut dihancurkan juga. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar: