Kamis, 12 Juli 2012

Eta Rossiya!

Dulu saya sempat menulis di kolom ini, tentang Tsar Rusia, Peter yang Agung (Peter 1). Sebagaimana diketahui, Peter 1 (1672-1725), sukses memimpin Rusia menjadi negara maju dan kuat setelah membawa negara ini berkiblat ke Eropa, utamanya soal teknologi dan seni.
Di Prusia dia mengikuti pelatihan menembakkan meriam, serta memiliki kepedulian tentang anatomi. Di Belanda dia belajar teknik pembuatan kapal dan di Inggris dia belajar tentang pelatihan militer.
Peter juga terinspirasi karya seni seniman-seniman Prancis. Hasil karya seninya yang bertahan hingga kini adalah istana musim panas Petrodvorets yang indah sehingga disebut juga Istana Versailles dari Rusia.
Karya Peter 1 lainnya adalah kota Saint Petersburgh (Leningrad), yang merupakan kota paling keren di Eropa, juga pusat kebudayaan dan kesenian. Kota yang akhirnya jadi ibu kota kekaisaran Rusia ini, dibangun tahun 1703, di muara sungai Neva yang menghubungkan 101 buah pulau dengan 500 jembatan.
Hingga tibalah masa revolusi Bolshevich pimpinan Lenin yang muncul akibat aksi protes atas kemewahan hidup para tsar. Rusia pun mencampakkan segala atribut kebaratannya dan berubah menjadi Republik Sosialis.
Sistem ini, juga sukses membawa Rusia menjadi negara adidaya di era perang dingin. Selama 70 tahun negeri ini ”mandiri” dengan konsep sama rata sama rasa. Masyarakat tak perlu banyak bicara atau banyak kerja, semua telah ditanggung pemerintah.
Tak hanya itu, agama yang dianggap candu juga dilarang. Tempat ibadah dirobohkan atau dialih fungsikan, tak peduli apakah itu memiliki nilai historis, semacam Khram Khrista Spasitelya atau Katedral Kristus Sang penyelamat yang dibangun pasca kekalahan Napoleon, 1837.
Angin-pun berubah, hidup sama rasa sama rata yang menyeragamkan kehidupan rakyat dengan pemerintah, akhirnya bubar di era Gorbachev. Tahun 1991 glassnot dan perestroika berhembus, sistem sosialis sebagai pilar Uni Soviet (dewan berserikat) tumbang.
Kini masyarakat Rusia sangat terbuka. Globalisasi dan pop culture menembus sendi-sendi tirai besi sang berung merah. Kapitalisme kian tak terbendung. Warga Rusia sendiri tak siap menghadapi era pasar bebas, sehingga menjadi pasar raksasa beragam produk-produk Barat, China dan Jepang, serta resto waralaba ala Amrik. Gerai-gerai junk food terasa gagah dimakan, menggusur kartoshka (kentang bakar bertabur daging dan sayuran). Pizza pun menggusur ukha (sup ikan) dan borsk (sup sayuran merah).
Sebuah buku Segenggam Cinta dari Moskwa, tulisan M Aji Surya, diplomat kita di Rusia mengupas, betapa bangganya bila orang Rusia saat ini bisa hidup ala Hollywood. Naik BMW, Ferrari, Harley atau ngadem di mobil buatan Jepang. Tak ayal, dalam sekejap mobil-mobil buatan nasional yang berkibar di era perang dingin, semacam Neva, UAZ menangis darah bertahan. Yang masih membanggakan dari produk rusia adalah industri pertahanannya. Tentunya kita sudah kenal apa itu Sukhoy, atau AK-47.
Kini Rusia yang Masyarakatnya berdiri di dua kaki: Eropa dan Asia itu, mengahadapi kegamangan kemanakah menentukan kiblatnya. Masyarakatnya terbelah pada dua ”benua”, antara kaum Slavophil dan Zapadniki.
Kaum Slavophil menyatakan, Rusia harus menapaki nilai-nilai aslinya karakter nasional (samobytnost) dan kekhasan budayanya. Perkembangan Rusia harus bertumpu pada ortodoksi (pravoslavie), otokrasi (samodherzavie) dan kerakyatan (narodnost). Nilai-nilai ini harus dituangakan dalam semangat kolektif (sobornost) bukan dengan individualisme barat. Bahkan Pyotr Chaadaev, pemikir Rusia beraliran Slavophil, bersikeras bahwa kebesaran peradaban rusia terletak pada keaslian gereja orthodoks dan beragam institusi sosial tradisional rusia.
Sedangkan kaum Zapadniki, terus memotori agar Rusia, sebagai bagian dari Eropa, kembali mengadopsi ide-ide Barat demi kemajuan dan masa depan negara, sebagaimana yang dilakukan Peter yang Agung.
Polemik kebudayaan antara Slavopil (yang lahir lebih tua) dan Zapadniki (aliran utama yang muncul tahun 1840-an) ini dipicu pasca reformasi yang dilakuakn Peter 1 Agung 1672-1725.
Meski gamang menentukan arah kiblat, namun ada satu yang membanggakan dari Rusia. Hukum di negara ini dijalankan sangat tegas. Bahkan di sana, seorang satpam pun bisa mengusir mobil petinggi negara bila tak memeneuhi prosedur.
Jadi jangan macam-macam. Eta Rossiya! (ini Rusia Bung!). ***

Tidak ada komentar: