Jumat, 20 April 2012

Kisah Ganja (1)

Acara peringatan Hari Ganja Sedunia yang diperingati pada 20 April gagal digelar di Kota Bandung. Konon kabarnya, kegiatan yang digagas Lingkar Ganja Nusantara (LGN) itu mendapat teror dari ormas.

LGN, memang memiliki komitmen memperjuangkan dan membela pohon ganja. Misi mereka: legalisasi ganja di Indonesia! Upsss jangan serem dulu...

Saya pernah membaca buku yang ditulis aktivis LGN, judulnya Hikayat Pohon Ganja 12000 Tahun Menyuburkan Peradaban Manusia yang ditulis tim LGN.

Dari buku inilah saya tahu, peran ganja sangat luar biasa. Selama 12 ribu tahun sudah manusia mengenal ganja dan selama itu jua tanaman ini turut membangun peradaban. Wajarlah bila bangsa-bangsa di hampir serata bumi, mulai Asia, Afrika, Eropa, Skandinavia, India dan Amerika, punya kisah tersendiri bagaimana ganja membangun peradabannya.

Dokumen tertua tentang ganja ditemukan dalam coneiform (lempengan tanah liat yang ditulis dengan huruf paku) Bangsa Sumeria 3.000 tahun sebelum Masehi. Dipastikan, dari sinilah ganja pertama dikenal, lalu menyebar ke penjuru bumi.

Dari bahasa Sumeria-lah nama ganja dikenal hingga bervariasi sesuai Hukum Grim. Mulanya disebut gan zi, dalam bahasa Sansekerta disebut qaneh, lalu orang Ibrani menyebut qanubu.

Sebuah catatan menulis, dalam kitab Keluaran, disebut Musa diperintah Tuhan menyucikan kotak penyimpanan batu 10 Perintah Tuhan dengan minyak suci yang dibuat dari campuran kayu manis, myrrh, cassia dan qaneh bosm. Nama qaneh bosm ini kemudian dikenal sebagai cannabis.

India menyebut ganja dengan bhang. Tempat budidaya tanaman ini disebut bengal, yang arti harfiahnya adalah bhang land (tanah ganja). Berabad kemudian, daerah ini dikenal sebagai Bhangladesh.

Ganja berkembang melalui biji. Tiap biji bisa memunculkan dua jenis berbeda, tanaman betina dan jantan. Bagian kulit dari batang ganja terdiri dari serat yang kuat. Inilah yang kemudian dibuat sebagai tali temali, dan perlengkapan lain, seperti tekstil, hingga kertas.

Sedangkan efek memabukkan didapat dari trikoma atau resin (getah). Tapi jangan salah, justru resin inilah yang kemudian banyak dikembangkan dalam dunia medis sebagai obat hingga minyak.

Ganja yang memproduksi banyak resin hanyalah yang tumbuh di daerah periklim panas. Sedangkan di daerah dingin, akan menghasilkan batang yang lebih kuat namun getah lebih sedikit. Serat ganja inilah yang kemudian diolah menjadi produk tekstil dan sejenisnya.

Itulah mengapa di daerah sub tropis seperti Eropa, Rusia, Jepang dan Kanada, ganja banyak dipakai untuk membuat tekstil dan tali temali. Sedangkan di daerah tropis seperti China, India, Arab, Mesir, ganja memproduksi getah yang banyak yang digunakan untuk ilmu pengobatan, seni dan kebudayaan. Bahkan minyaknya dipakai untuk penerangan.

Dari serat ganja inilah kain tenun paling tua di dunia dibuat, tepatnya tahun 6.000 sebelum Masehi atau sudah berumur 8.000 tahun. Lain cerita lagi di China, serat ganja dibuat sebagai pakaian massal dan murah, khususnya kalangan menengah bawah yang tak mampu beli kain sutra.

Bahkan kertas pertama yang ditemukan T'sai Lun di China, terbuat dari bubur serat batang ganja. Teknologi ini kemudian menyebar ke kerajaan superpower Abbasiyah di Baghdad, abad ke 8, ketika dinasti Tang berhasil dikalahkan dalam perang Talas.

Dari sinilah terjadi alih teknologi pembuatan kertas. Tahun 794 pabrik kertas pertama berdiri di Baghdad, kemudian menyebar ke Eropa melalui Andalusia tahun 1151.

Selain beberapa hal di tasa tadi, ganja juga sudah lama digunakan sebagai keperluan keagamaan. Di India, kitab Atharva Veda dari agama Hindu, menyebut ganja sebagai satu dari lima tanaman suci, yang selalu mengiringi ibadah harian sore. Veda juga menyebut ganja sebagai sumber kebahagiaan, pemberi kesenangan dan pembebas. Tak heran bila tanaman ini kerap dipersembahkan bagi dewa dewa.

Pada aliran Buddha Mahayana, juga dikisahkan dalam enam tahap pertapaan untuk mencapai pencerahannya, Sang Buddha bertahan hidup dengan hanya 1 biji ganja setiap harinya, selama enam tahun hingga menjadi Sang Buddha di abad ke 5 sebelum Masehi.

Sedangkan di Jepang, industri pakaian dari serat ganja telah dmulai dari periode Nara. Hal ini juga menjadi kostum pendeta Shinto. Ada kisah unik, saat pertama kali Jepang mengirim utusannya menyeberangi Samudera Pasifik ke Amerika dengan kapal Kanrin Maru (kapal Jepang pertama setelah Restorasi Meiji, tahun 1860, red).

Saat itu, awak kapal kapal yang dinakhodai kapten Kimura dan penerjemah Yukichi Fukuzawa ini, hanya dibekali sepasang sandal dari serat ganja. Wajarlah bila mereka mengaku malu saat mendarat di San Fransisco. (bersambung)

Tidak ada komentar: