Sabtu, 14 Mei 2011

Macau, Bukan Mak Kau (3)

Di Macau semua jenis perjudian ada. Hal ini, sedikit banyak telah menjaring warganya sendiri menjadi pejudi patologis.

Macau memiliki hotel-hotel mewah yang menyediakan kasino. Ada Xanadu Bar, Sands Casino, MGM, Lisboa dan lain sebagainya. Namun yang termegah adalah The Venetian Hotel.

Venetian merupakan hotel terbesar ke-8 di Asia, luasanya mencapai 980 ribu meter persegi. Artinya, cukup besar untuk menampung 90 Boeing 747 jet jumbo. Karena itulah, banyak orang kesasar saat melihat-lihat di dalamnya.

Hotel ini menjulang dengan 40 lantai, memiliki 3 ribu kamar, semua suite. Kamar terkecil berukuran 70 meter, yang besar 200 meter. Tempat ini kian ramai pengunjung kala akhir pekan. Tarif kamar pun ikutan naik, menjadi 3.000 dolar Hong Kong permalam. Sementara di hari-hari biasa, 1.700 dolar Hong Kong saja.

Sesuai namanya, arsitektur hotel ini kaya nuansa Venisia, Itali. Bahkan di depan hotel terdapat tower mirip Piazzetta San Marco di kota Venesia, Italia. Tak hanya itu, di lantai tiga ada sungai buatan lengkap dengan gondola, perahu khas Venisia.

Pengunjung bisa naiki gondola ini dengan tarif 106 pataka untuk dewasa dan 80 pataka untuk anak-anak. Tapi antrenya minta ampun. Selanjutnya, sang pengayuh gondola (gondolier) akan membawa kita menelusuri sungai buatan itu selama 15 menit, sembari menyanyikan lagu-lagu Italia dengan iringan musik dari sound system.

Gondolier ini berseragam khas, memakai kaus ketat bergaris putih dan biru tua dan celana juga warna biru tua. Sebuah topi anyaman bambu berlapis pita merah bertengger di kepala. Pita merah juga mereka lilitkan di leher dan pinggang. Meriah.

Saat kami ke sana, sang gondolier menyanyikan lagu O Sole Mio. Lagu ini dikenal dalam versi bahasa Inggris dengan judul It's Now Or Never yang tenar dibawakan Elvis Presley. Suaranya yang khas, sekilas mengingatkan kita pada penyanyi tenor, Pavarotti.

Suasana di lantai tiga ini terkesan beda, dengan langit buatan di atasnya. Banyak wisatawan berfoto berlatar belakang langit buatan tersebut, yang nampak asli. Seolah mereka berada di luar ruang, padahal kenyataanya ada dalam ruang. Jadi ingat mall Grand Indonesia, Jakarta.

Di The Venetian Hotel ini juga ada mall yang menjual barang-barang branded jumlahnya mencapai 350 gerai. Ada juga memiliki 30 restoran kelas dunia, dengan koki terbaik. Di sini juga ada spa kelas dunia.

Serta, tentu saja kasino yang berada di lantai 1, tepatnya di sebelah Starbucks. Saya sempat melihat-lihat isi kasino tersebut, luasnya tiga kali lapangan bola dan memiliki 600 meja. Tak heran bila dikatakan, kasino The Venetian ini adalah nomor dua terbesar di dunia. Di sini semua jenis judi dipermainkan mulai baccarat, rolette Amerika, slot machine, bahkan permauinan tradisional China, mahjong.

Suasananya begitu riuh. Sesekali terdengar teriakan kemenangan dari pejudi di sana. Setiap permainan, selalu menyertakan bandar. Mau tahu berapa gaji seorang bandar kasino di Macau? Berkisar antara 10 ribu hingga 18 ribu pataka (kalikan Rp900). Tak heran, peminat anak-anak muda Macau untuk menjadi bandar ini sangat besar.

Namun meski Macau tampak gemerlap kala malam, tak begitu kala siang. Di sini, jarang tampak orang berlalu lalang. Macau bagai kota tak berpenghuni. Suasana kontras tampak di dalam kasino, yang selalu ramai.

Yang kadang memprihatinkan, karap dijumpai orang dengan ekspresi kebingungan bersandar di bawah pohon di dekat sebuah kasino. Pemandangan ini juga kami lihat saat melintas di depan kasino tertua Macau, Lisboa, sekitar pukul 11.00 waktu setempat.

Tampak ada tiga orang, satu perempuan. Dua orang duduk lesu di bawah pohon, yang satu lagi berbaring di sebuah kursi. Dari dandanannya mereka bukanlah gelandangan. Karena di Macau memang tak ada gelandangan.

Setelah kami tanya, barulah diketahui, mereka adalah orang-orang yang kalah judi. Pemandangan ini lazim dijumpai di Macau. Akin, guide tour kami di Hong Kong bercerita, biasanya orang seperti itu menjadi incaran para rentenir judi.

Modusnya, para rentenir itu mendatangi mereka untuk meminjamkan uang agar bisa menebus kekalahan dengan bunga 20 persen. Jangka waktunya hanya dua jam. Bila dalam jangka waktu tersebut mereka menang, maka selamatlah. Namun bila kalah, semua akan terkuras. Yang lebih mengerikan, utang tersebut terus akan berbunga tiap dua jam. ”Namanya orang kalah judi, kadang udah gelap,” terang Akin.

Inilah yang menurut DSM-IV Screen (alat yang digunakan untuk mengukur tingkatan penjudi), disebut chasing: Setelah kalah berjudi, cenderung kembali berjudi lagi untuk mengejar kemenangan supaya memperoleh titik impas.

Selain itu, Macau juga rawan terjadi kasus pencucian uang di arena perjudian, serta bermunculan pejudi bermasalah (patologis). Maklumlah, di Macau semua kategori perjudian ada, yang menurut Stanford Wong dan Susan Spector (1996), dalam buku Gambling Like a Pro, perjudian berdasarkan karakteristik psikologis mayoritas para penjudi itu dibagi lima.

Masing-masing adalah:. sociable games, di mana pemain duduk bersama dalam satu meja. Termasuk dalam kategori ini adalah: dadu, baccarat, blackjack, pai gow poker, let it ride, roulette Amerika).

Analytical games, di sini pemain menganalisis data dan mampu membuat keputusan sendiri. Termasuk dalam kategori ini adalah: pacuan kuda, sports betting (cth: sepakbola, balap mobil/motor, dll).

Games you can beat: penjudi sangat kompetitif dan ingin sekali untuk menang. Termasuk dalam kategori ini adalah : blackjack, poker, pai gow poker, video poker, sports betting, pacuan kuda.

Escape from reality: para pemain menjalankan slot machine atau video games dalam waktu yang cukup lama akan merasa seperti terbawa ke alam lain. Termasuk dalam kategori ini adalah: slot machines dan video games.

Patience games: penjudi menunggu dengan sabar nomor yang mereka miliki keluar. Termasuk dalam kategori ini adalah: lottery, keno, bingo.

Semua kategori perjudian ini sedikit banyak menjerat warganya sendiri (umumnya usia 20-40 tahun) menjadi pejudi patologis yang sanggup melakukan kejahatan untuk mendapatkan uang untuk berjudi.

Belum lama ini saya pernah mebaca dari sebuah situs, Joe Tang, pemimpin pusat Caritas, mengatakan kepada UCA News bahwa jumlah pecandu judi di Macau meningkat ketika sejumlah kasino dibuka, tapi pemerintah daerah tidak berbuat banyak untuk mencegah kecanduan berjudi atau untuk membantu para pecandu judi (patologis).

Karena itulah, saat ini kelompok kelompok keagamaan setempat bekerja sama mengatasi judi. Masalah ini sebenarnya juga diderita ribuan warga yang di tempatnya dilegalkan perjudian. Seperti Australia, Amerika dan sebagainya.

Masalah yang sering terjadi adalah, bukan hanya bagi para penjudi tersebut, melainkan juga bagi orang yang terimbas langsung akibat kebangkrutan, perceraian, bunuh diri, dan kehilangan waktu di tempat kerja. ***

Tidak ada komentar: