Rabu, 10 Februari 2010



Anggota DPRD Harus Berpikir Cerdas


JAKARTA (BP)-Anggota DPRD diminta tak lagi mengurus hal-hal yang bukan levelnya. Uruslah hal-hal yang

penting dan strategis yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat.

"Masak anggota Dewan ngurusi soal pengadaan kunci dan campuran semen pembangnan sekolah

dasar, itu bukan levelnya. Itu level kasi (kepala seksi) inspektorat," ujar Meteri Dalam

Negeri Gamawan Fauzi, dalam sambutannya di hari ke dua Musyawarah Nasional Asosiasi Dewan

Kota Se-Indonesia (ADEKSI), di JW Marriott, Jakarta kemarin.

Menurut Gamawan, seharusnya anggota dewan berpikir cerdas dan besar, mengajak wali kota atau

bupati berdiskusi tentang akan ke manakah daerah ini ke depan.

Karena ingat, kunci keberhasilan penyelenggaraan pemerintah daerah terletak kepada kepemimpinan yang baik dan bermuara pada kesejahteraan rakyat.

"Ada enggak yang berani tanya ke wali kota, tentang berapa rasio pertumbuhan kita, inflasi

dan lain-lain? Jangan hanya ngurus kunci SD saja," tanyanya. Hadirin pun diam.

Hal serupa, menurut Gamawan juga harus dilakukan pada rakyat. Tanyalah mereka, apa maunya.
Hasil dari diskusi itulah, lanjut Gamawan, dijadikan landasan untuk membangun daerahnya ke

depan.

Selanjtunya dia mencontohkan bagaimana parlemen Jerman bekerja. Di saat tak ada sidang,

mereka memilih kembali ke daerah pemilihannya masing-masing.

Di sana, sang anggota dewan, akan membuka "stan" di mall atau tempat keramaian lainya

layaknya seorang sales. "Di mejanya tertulis anggota dewan daerah pemilihan sekian," contoh

Gamawan.

Dari sinilah dia aktif bertanya kepada pengunjung atau rakyat yang memilihnya, apa yang

mereka keluhkan dan lain sebagainya. Semua masukan dia tulis, lalu dibawa sebagai bahan

pekerjaannya di dewan.

"Alangkah indahnya jika DPRD se-Indonesia melakukan itu," jelasnya.


Sebelumnya, hal senada juga disinggung Ketua ADEKSI Soerya Respationo. Dalam sambutannya dia

memaparkan agar anggota Dewan mampu membangun pendekatan yang baik ke masyarakatnya.

Karena tak jarang ditemukan, anggota dewan yang berubah nge-bos ketika sudah duduk di kursinya. "Tentunya hal ini akan menjadi hambatan dalam membangun good governance," ujarnya.

Selanjutnya Soerya menjelaskan bahwa good governance tak tepat jika hanya diartikan sebagai tata pemerintahan yang baik.

"Saya lebih suka memakai istilah good governance dari pada diartika tata kelola pemerintahan yang baik. Sebab maknanya jauh berbeda," jelasnya.

Menurutnya good governance adalah cara bagaimana kekuasaan negara dipakai untuk mengelola sumber-sumber ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

Semua ini akan bermuara dari pemerintahan yang buru menjadi baik, lamban menjadi proaktif dan aspiratif, korup menjadi transparan dan seterusnya. (ref)
























Untuk memasuki hotel JW Marriott saat ini tidak mudah. Ledakan bom yang mengguncang satu tahun lalu itu************** memaksa manajemen hotel ini kian mengetatkan pengamanannya.

Empat orang security menghentikan laju taksi yang saya tumpangi. “Maaf pak, mohon bagasi dan kap mesin mobil dibuka,” anjurnya.
Dengan cekatan mereka melakukan pemeriksaan. Tak lama, seorang petugas membawa anjing pelacak warna putih, ikut mengendus bagian body mobil yang lain.
Setelah semua aman, seorang sekuriti lain membuka portal, “Silakan,” katanya. Beberapa meter dari pemriksaan ini, mobil berhenti lagi untuk menunggu portal bagian dalam dibuka.
Beginilah sekelumit gambaran betapa ketatnya pemeriksaan untuk bisa masuk ke hotel bintang lima tersebut. Usai peristiwa bom tahun lalu, manajemen hotel ini terpaksa mengubah semua sistem pengamanannya.

Di depan hotel, berdiri sebuah pos panjang beratap kanopi untuk mememriksa semua jenis kendaraan yang masuk. Pos ini dijaga 5 sekuriti, plus satu orang pembawa anjing pelacak. Layaknya petugas yang lain, anjing pelacak ini memiliki shift kerja 12 jam. Biasanya perturkan shift dilakukan tiap tengah hari.

Lama pemeriksaan di pos ini tergantung jenis mobilnya. Bila mobil sedan, apalagi yang mewah, biasanya berlangsung sebentar, hanya 5 menit. Namun bila mobilnya agak mencurigakan, apalagi itu semacam mini bus atau mobil boks, bakalan tambah lama lagi.

Lima meter dari pos panjang tersebut, masih ada portal lagi yang dijaga seorang sekuriti. Bahkan di seberang jalan depan hotel juga ditempatkan sekuriti dengan helm putih bertuliskan PKD.

Setelah penumpang masuk turun, di emperan hotel sudah menyambut seorang sekuriti lain. Selanjutnya, tamu masih melalui pemeriksaan lagi, berupa body scanner layknya saat akan naik pesawat.

Sekuriti yang berjaga di sini ada lima orang. Namun seragamnya bukanlah biru dengan sepatu lars, melainkan hitam-hitam dengan sepatu pantofel warna senada. Di bagian kanan seragam itu ada lambang bintang kuning bertuliskan security JW Marriott.
Di seberang body scanner ini ada sebuah kamar kecil yang ditutup tirai hitam, berukuran 1x2 meter. Tempat ini digunakan untuk membedah barang bawaan para tamu yang dirasa mencurigakan. Petugasnya seorang wanita.

Setelah lolos dari pemeriksaan ini, tamu barulah dipersilakan menuju ke loby hotel, melalui terowongan kaca. Jarak antara lobi dan ruang scanner ini sekitar 30 langkah.

Di ujung jalan, sebelum masuk ke loby, seorang personel Brimob berseragm hitam siaga dengan senjara laras panjangnya. Begitulah. Tak ada titik yang tak dijaga. Bahkan di pintu masuk parkir pun juga dijaga 5 petugas lengkap dengan body scanner.

Beberapa sekuriti yang saya temui mengatakan, sebenarnya pengamanan model ini sudah lama dilakukn. Cuma pasca meledaknya bom tahun lalu********* pengamanannya lebih diperketat lagi.

Mereka mengatakan, tak hanya sistem pengamanan saja yang dievaluasi, sistem penerimaan pegawai juga diperketat. Khususnya pekerja out sourching.

Seperti diketahui, terors yang meledakkan JW Marriott bekerja sama dengan orang dalam hotel ini. Dia adalah Ibrahim******** pegawai out sourching bagian flourist.

“Setelah peristiwa itu. Hotel kami tak mau lagi mengambil petugas outsourching (bagian florist). Bila kami memerlukan bunga, kami cukup beli langsung saja dari luar. Lebih aman,” jelas sekuriti tersebut.

Selain outsourching, manajemen hotel ini juga menutup tempat kejadian perkara yang diluluh lantkkan bom yang berada di sayap kiri hotel ini.

Pengunjung tak bisa lagi melihat-liat tempat tersebut. Satu-satunya jalan masuk ke sana, telah itutup oleh sebuah restoran Jepang, bernama Asuka Japanesse Dining.

Saat saya melongok ke sana, tampak wanita berkimono berlalu lalang membawa pesanan. Resto ini memadukan bersuasana zen dengan memakai konsep omakase yang unik. Layaknya resto Jepang yang lain, menu utama resto ini adalah sushi, sashimi dan lainnya.

“jadi saya sudah tak bisa lagi melihat tempat kejadian itu?”
“Wah tempatnya sudah ditutup pak,” jawab sekuriti tersebut. “Hanya kacanya aja yang pecah Pak. Itupun udah langsung diperbaiki,” sambungnya.

Dia mengatakan, bahwa saat peristiwa terjadi sedang berada di ruang parkir. Namun hal tersebut tak mempengaruhi mental karyawan hotel ini. “Sudah biasa pak. Setelah itu karyawan bekerja seperti biasa lagi,” jelasnya.



Tak hanya TKP, terowongan bawah tanah dari hotel ini menuju Ritz Caralton juga ditutup. Bahkan alun-alun depan hotel ini, juga dipagar seng. Sekadar diketahui, sebelum meledakkan dirinya di dalam hotel JW Marriott, pelaku bom tersebut masih sempat berfoto-foto di lapangan ini, berlatar gedung hotel JW Marriott.

Kini, orang-orang tak bisa lagi sembarangan masuk ke sana. Satu-satunya akses masuk berada di selatan. Itupun dijaga ketat oleh sekuriti. Di mulut pintu masuk itu tertulis plang nama, PT Mega Kuningan International.

Tak hanya alun-alun, saya pun tertarik menuju kamar tempat menginap para teroris yang berada di lantai 18. Untuk menuju ke sana, harus naik lift yang hanya isa diakses dengan menggunakan kartu magnet yang berguna sebagai kunci kamar.

Sesampainya di lantai ini, bertemu seorang cleaning service. Saya bertanya di mana kamar teroris tersebut. Dengan wajah agak takut, dia mengatakan bahwa kamar tersebut tak lagi disewakan. “Saya tak tahu apa-apa Pak. Yang jelas sudah tak dijual,” ujarnya sembari berlalu.






Untuk bisa melihat kondisi alun-alun ini, saya pun naik ke kamar hotel. Kebetulan saya dapat kamar cukup tinggi, di lantai 16. Dari sini pemandangan bagian dalam alun-alun jelas terlihat.



30 lift pakai kunci magnet, pinjem gunting ditunggu, alun-alun ditutup, PT mega kuningan international, dijaga atpam, terowongan ke ritz carlton ditutup, kamar teroris di lantai 18 ditutup, yang ngomong takut-takut, 1,5 juta, paling luar ada 5 sekuriti plus satu anjung, portal dalam ada lagi, pakai baju biru, di dalam pakai baju hitam yang jaga scanm I yang buka pintu sekuriti cewek, 5 formasi, . mau masuk lobi ada toko roti cake book ada 1 brimob maju hitam dengan senjata lars panjang, . tak hancur Cuma kacanya saja, floris dari luar langsung tak datang out sotrching, florist ke dalam, penerimaan karyawan ketat, cs di luft mau gimana lagi pak, tak ada kerjaan yang lain, gaki sama saja, semua ramah.

Tidak ada komentar: