Minggu, 21 Februari 2010

Maling Bangsat (kok) Beruntung

Kadang saya sempat berfikir, kok ya orang yang zalim, tukang main perempuan, jahat dan maling, masih saja selalu mendapat keutamaan hidup. Jabatannya makin keren, dan tentu saja uangnya semakin banyak.


Pertanyaan ini muncul ketika saya mendengar kisah seorang kawan saat bertamu ke rumah belum lama ini. Dia rupanya melihat ketidak beresan di lingkungan kerjanya.

“Ada kawan saya yang begitu. Tapi dia makin makmur,” jelasnya.

Kalimat “begitu” yang dimaksud adalah, sang kawan suka sekali mencuri di kantornya, baik itu uang perusahaan, maupun uang yang seharusnya menjadi hak karyawan lain. Alasannya ada saja. Akal-akalan.

“Selain jadi maling dan suka memotong rezeki karyawan, dia juga suka mark-up pengadaan barang,” sebutnya.

Dan yang paling parah, adalah kegemarannya bermain perempuan. Padahal dia sudah punya keluarga.

Hal lain, rupanya dia takut sekali bila jabatannya akan lepas. Bila ada bawahan yang dipandang brilian, langsung ditekan, diinjak. Tujuannya agar dia tetap naik.

“Tapi kok ya dia makin makmur. Jabatannya terus naik. Sementara yang jujur malah tak mujur. Ini kan keterlaluan,” sambung rekan saya.

Sebenarnya saya sering melihat contoh seperti ini. Banyak orang yang hidupnya dijalankan dengan cara-cara haram, malah kian makmur. Hartanya berlipat.

Namun yang kali ini agak menggelitik ruang minda saya. Lelaki biasanya akan selalu rakus pada salah satu dari tiga godaan hidup berupa harta (menghalalkan segala cara untuk kaya, jadi maling, hingga kasus suap dan korupsi).

Ada lagi godaan tahta (ingin selalu berkuasa, hingga menghalalkan segala cara/Machiavellis), dan wanita (sering terlibat skandal seks dengan wanita-wanita muda. Bisa jadi bawahannya, maupun pelacur kelas tinggi.

Tapi untuk kasus yang satu ini, saya benar-benar kaget. Bayangkan, tiga-tiganya diborong. Rakus harta, iya, tahta, iya, wanita juga iya. “Luar biasa”.

Hingga akhirnya pertanyaan ini saya sampaikan pada Agus Mustofa penulis buku-buku Islam berhaluan moderen. Saat saya SMS, dia tengah berada di tengah acara forum alumni ESQ Jawa Timur. Sebentar lagi akan melakukan presentasi.

Bunyi SMS saya kala itu adalah, “Pak Agus saya punya kawan, orangnya suka molimo, sering menzalimi bawahan, dan menilep uang perusahaan. Tapu megapa nasibnya kok yo bejo (beruntung) terus?”

Jawaban Agus sungguh di luar dugaan. Dia malah tertawa, “Ha ha… (Dia) dilulu (diumbar) sama Allah! Akan sampai saatnya dia menuai hasil perbuatannya… Makasabat wa alaiha maktasabat- berbuat baik, jahat pasti akan kembali ke dirinya…”

Kurang puas akan jawaban ini, saya pun mendiskusikan hal ini lewat SMS dengan seorang kawan yang kini tengah mengubah jalan hidupnya, dari jalan maksiat ke jalan Allah.

Semula saya bertanya kabar dan lain-lain. Kemudia dia menjawab dengan doa agar keluarga kami diberi keselamatan.

Sayapun membalas, “Terimakasih ya Pak, semoga Allah tetap mengilhamkan sifat-sifatNya kedalam jiwa melalui ruh kita…” jawab saya.

“Kata Ibnul Qayyim, kebersihan hati setiap manusia bergantung pada penderitaan dan cara kita melaluinya. Ini tafsir dari At Taghaabun, ayat 11.

Rasulullah juga bersabda: Man yuridullahu bihi khairan yushib minhu. (Barang siapa yang dikehendaki Allahkebaikan pada dirinya, maka dia membiarkan cobaan padanya/Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari sinilah kemudian saya menyampaikan, apa yang menjadi pertanyaan kawan saya itu. Intinya sama dengan yang saya sampaikan ke Agus Mustofa, persisnya ada orang yang jahat, zalim, maling, tukang main perempuan kok ya tambah makmur.

“He he… iya, ana juga pernah begitu, Akhi. Dilena makiyat, rezeki ada terus dan seterusnya. Tapi itulah , secelaka-celaka manusia. Orang-orang yang terena fil quluubihim maradh, akan gulita kalbunyadari semua kenikmatan, maka fazaadha hummuluhu maradha: makin Allah gelapkan hatinya. Hanya itulah yang pantas dia dapat.

Wah, sejuk betul saya mendengarnya.

Seorang penulis buku barat menulis, peradaban biasanya selalu diairingi dengan tirani, namun ingatlah bahwa suatu saat mereka akan hancur, jatuh dan hina. Lihatlah Firaun, Hitler dan lain sebagainya itu.

Dari diskusi ini, semoga Allah makin memantapkan iman kami. Amin.

Tidak ada komentar: