Rabu, 17 Maret 2010

Udah Maksimal Belum?

Di sebuah lahan parkir sebuah mall, tampak dua unit sepeda motor terlibat dalam perbincangan yang sengit. Satu sepeda motor Honda Astrea Star tahun 1990, yang satu lagi, Honda Tiger keluaran baru, 2010.

“Hei, habis ngapain? Kok nafasmu ngos-ngosan begitu?” sapa si Tiger.

“Iya neh, saya baru habis kerja maksimal, sampai 60 km per jam,” jawab si Astrea, masih tersengal-sengal.

Si Tiger keheranan. Baru 60 km perjam saja sudah maksimal? Padahal dia bila bekerja secara maksimal, bisa menempuh 120 km perjam, bahkan lebih.

“Menurut saya, kamu belum maksimal. Coba pikir lagilah, apa kamu memang sudah maksimal,” tanyanya.

“Ya. Memang saya sudah kerja sangat maksimal. Kapasitas saya memang segitu,” ujarnya menjelaskan.

Ah, tidak. Bagi saya kamu belum maksimal. Buktinya saya bisa 120 km per jam. Dua kali dari kinerjamu,” debat si Tiger.

Begitulah, keduanya terlibat perdebatan, soal kerja maksimal ini. Keduanya sama-sama benar. Bagi Astrea Star, kerja 60 KM perjam sudah maksimal, karena memang dia didisain untuk berkapasitas seperti itu.

Zaman dia diciptakan dulu, hanya itu adalah kecepatan puncak. CC mesinnya saja masih 90. Sementara Honda Tiger, kecapatan 60 km perjam, bukan apa-apa. Maklumlah, dia diciptakan di zaman mutahir, CC-nya lebih besar, kecepatannya lebih hebat lagi.

Entah nyambung atau tidak, ternyata si pemilik Astrea Star mulai meresahkan akan kinerja sepeda motornya ini. Dia ingin, motornya memiliki kecepatan kerja maksimal 160 KM perjam. Sama seperti si Tiger.

Maka mulailah dia berpikir. Apa sih akar masalahnya? Ya, akar masalah, akar masalah. Karena kalau akar masalah tak ditangani, maka percuma saja. Ibarat rumput, dicabut hari ini, besok tumbuh lagi.

Maka datanglah dia kepada bengkel ternama di kotanya. Dia menemukan, akar masalahnya ada di mesin. “Tolong di-up grade motor saya ya Bos,” pintanya.

Maka, mulailah sang montir mempermak motor tersebut. Mesinnya di tune up, akselarasinya ditingkatkan. Bahkan ada beberapa onderdil diganti dengan onderdil Tiger. Pokoknya selagi kapasitasnya masih mampu, terus aja ditambah.

Tak mau tanggung, masih ditambah lagi dengan turbo boost, Nos, mirip mobil balap. “Dengan begini, motor abang dijamin wus… wus… wus….,” promosinya.

Namun, ada rupa ada harga. Untuk meningkatkan kinerja ini, perlu modal tak sedikit. “Tak apa Bos, yang penting hasilnya mantap,” katanya.

Sang montir pun tertawa senang, “Ya, kalau mau bagus memang harus modal dikit lah,” ujarnya.

Tak lama, selesai sudah proses up-grading itu. Tak disangka, saat parkir di mall, Astrea Star itu bertemu Honda Tiger lagi.

Tiger keheranan melihat performa si Astrea yang tampak berbeda. “Bukankah kamu motor yang tempo hari?” tanyanya keheranan.

“Iya. Saya si Astrea Star itu.”

“Tumben tak ngos-ngosan lagi?” tanya Tiger keheranan.

“Ya, karena pemilikku sudah meng-up grade kemampuan saya. Kini, kinerja maksimal saya mampu 160 KM perjam,” ujarnya bangga.

Si Tiger pun hanya tertegun mendengarnya.


Tidak ada komentar: