Rabu, 19 Oktober 2011

Baru, Terbuka

Andai saja Temujin (1206–1227) tak membuka diri untuk selalu menerima hal baru, mungkin Mongolia tak akan menjadi bangsa yang besar, dimana kekuasaannya membentang mulai China di Timur hingga Rusia di bagian barat, masuk Eropa dan juga seluruh Asia Tengah.


Kalau Temujin tak membuka diri terhadap perkembangan-perkembangan baru, Mongol takkan bisa membuat sistem administrasi tertulis, sehingga proses perubahan benar-benar terjadi. Sehingga bangsa Mongol mengalami dinamika dari yang mulanya hanya kaum kaum penggembala, menuju perubahan ke arah masyarakat moderen.

Temujin yang akhirnya digelar Jengis Khan ini, cukup terbuka pada perubahan, di manapun datangnya. Pernah dia menjadikan tawanannya (baca: musuh) yang lebih mahir dalam bidang administrasi saat itu, untuk mengajar para petinggi bangsa Mongol. Baginya, bukan masalah orangnya, namun apa yang dibawa orang tersebut. Objektif, bukan subjektif.

Tradisi ini kemudian dilanjutkan cucunya, Kubilai Khan (1215-1294). Tak tanggung-tanggung, untuk menyerap suatu hal yang baru itu, dia sampai memindahkan ibukota Mongolia dari Karakum ke Kota Terlarang, Beijing. Karena memang Kubilai Khan, sejak kecil sudah jatuh cinta akan budaya China.

Setelah menetap di Beijing itulah dia lebih leluasa mempelajari hal-hal baru mulai seni, pengobatan, bahkan kuliner. Sebuah catatan menulis, Kubilai Khan pernah memerintahkan berbagai bumbu makanan dari pelosok dunia Eropa, India, dan Arab dikirimkan ke Beijing untuk membuat makanan baru.

Maka terciptalah makanan terkenal yang dinamakan Bebek Panggang Beijing (Peking roast duck)yang sampai saat ini dikenal seluruh dunia sebagai salah satu makanan terenak dari China.

Demikian pula di Jepang, bagaimana Kaisar Meiji, juga dipanggil kaisar Mutsuhito, menyerap sesuatu yang baru dengan mengakhiri masa isolasi yang bertahan selama 250 tahun di negaranya. Zaman baru ini disebut zaman Meiji yang berlangsung antaa 1868-1912.

Pada masa inilah Jepang bergerak memodernisasikan diri dalam segala bidang, yang dikenal dengan Restorasi Meiji, dimana Jepang membangun sistem pemerintahan, ekonomi bahkan budaya dengan mencontoh negara-negara Barat/masyarakat moderen.

Golongan-golongan lama yang selama masa feodal membuat masyarakat terbagi dihapuskan. Seluruh negari terjun dengan semangat dan antusiasme ke dalam studi dan pengambilalihan peradaban Barat modern.

Jepang pun bergerak maju sehingga hanya dalam beberapa dasawarsa mencapai apa yang diinginkan dimana di Barat memerlukan waktu berabad-abad lamanya.

Menerima hal baru juga dilakukan pemimpin Rusia, seperti Peter 1. Bedanya, dialah langsung datang kesumbernya. Sebagaimana diketahui, Peter 1 (1672-1725), atau dipanggil Peter yang Agung, merupakan penguasa unggul Rusia. Semasa muda, keingin tahuan Peter untuk hal-hal baru sangat besar, utamanya soal teknik.

Karena itulah dia rajin merantau ke beberapa negara di Eropa Barat. Supaya tak dikenali, dia pun menyamar dengan mendandani dirinya dengan sederhana mengikuti kelompok delegasi.

Dari sinilah dia belajar teknologi, seni. Di Prusia dia mengikuti pelatihan menembakkan meriam, serta memiliki kepedulian tentang anatomi. Di Belanda dia belajar teknik pembuatan kapal dan di Inggris dia belajar tentang pelatihan militer.

Alasan Peter 1 rajin mempelajari semua hal baru tersebut, untuk membuat Rusia menjadi negara maju dan kuat. Tak heran bila akhirnya, Peter 1 menjelma menjadi penguasa cerdas, memiliki visi ke depan, dan sangat artistik.

Hasil karya seninya yang bertahan hingga kini adalah istana musim panas Petrodvorets yang indah sehingga disebut juga Istana Versailles dari Rusia.

Karya Peter 1 lainnya adalah kota Saint Petersburgh (Leningrad), yang merupakan kota paling keren di Eropa, juga pusat kebudayaan dan kesenian. Kota yang akhirnya jadi ibu kota kekaiosaran Rusia ini, dibangun tahun 1703, di muara sungai Neva yang menghubungkan 101 buah pulau dengan 500 jembatan.

Menerima hal baru denagn cara memperkenalkan Perestroika (reformasi ekseluruhan, memiliki arti dari pikiran yang baru), juga dilakukan Michael Gorbachev tahun 1985, untuk melepaskan Rusia, yang kala itu bernama Uni Sovyet, didera akibat gagalnya sistem komunis. Dengan ini, masyarakat yang sudah membeku sedikit mencair dan mulai berpikir bebas dengan hal-hal baru.

Dengan hal-hal baru pulalah, tokoh-tokoh renaissan berkreasi, sehingga memunculkan aliran baru untuk merespon zaman. Kita tahu, aliran-aliran seni lukis renaissan itu muncul sebagau kritik dan pembaharu era gotic. Kemudian tumbuh aliran baru lagi; Mannerisme.


Selanjutnya dari Itali merebak era Barok, namun kemudian seniman pembaharu menjatuhkannya, dengan memunculkan aliran Recoco. Begitu terus, hingga muncul aliran Akademisi, Romantisme, Realisme, Victoria, Naturalisme, Impressionisme, Simbolisme dan Expresionisme. Juga ada Art Nouveau yang menjadi kritik atas Revolusi Industri Inggris, karena tak lagi menghargai keterampilan seniman. Tapi tak lama muncul Art Deco.

Begitu terus. Dengan hal baru, kita saling memberi dan menerima pengaruh. Manusia hidup dan berkembang dengan sesuatu yang baru. Karena itulah, kata ”baru” selalu menjadi daya tarik karena kebaruan selalu didamba dan dipuja sepanjang zaman. Kebaruan inilah yang bisa membawa bangsa pada perubahan dan lepas dari kesulitan.

Tidak ada komentar: