Jumat, 07 Oktober 2011

Ridho, Reza, Riza

Memiliki nama yang mengandopsi nama orang besar itu ternyata memiliki beban berat. Secara tak langsung kita akan terikat secara emosional dengan si pemilik nama tersebut. Misalnya nama saya, Muhammad Riza Fahlevi, yang mengadopsi nama Shah Iran, Mohammad Reza Pahlavi.

Ceritanya saat saya lahir, Mohammad Reza Pahlavi itu berkunjung ke Indonesia. Mungkin alasan orang tua saya mengadopsi nama tersebut, karena merasa sesuatu hal yang baru di daerah saya, Pulau Bawean, yang umumnya nama warganya hampir seragam, karena sumbernya berasal dari nama 25 Nabi dan Rasul, 4 sahabat Rasul, tabiit tabiin dan Asmaul Husna.

Atau mungkin juga ayah saya berharap suatu saat saya akan jadi orang ebsar seperti pria yang menyebut dirinya Yang Mulia Baginda, dan memegang gelar kerajaan Shahanshah (Raja segala raja), dan Aryamehr (Terang bangsa Arya), tersebut.

Semula sih aman-aman saja, hingga suatu ketika kekaisaran Mohammad Reza Pahlavi ditumbangkan oleh Imam Ayatullah Khomaini, yang kemudian dunia mencatatnya sebagai Revolusi Islam Iran (11 Februari 1979), yang membuat kisra (kaisar) kedua dari Dinasti Pahlavi dan Shah terakhir monarki Iran itu terguling lalu terusir ke Mesir dan meninggal di sana.

Peristiwa ini, membuat saya sering diledek oleh guru PMP ketika masih SD dulu. ”Riza Fahlevi. Akhirnya kamu tumbang juga oleh Khomaini, ya,” katanya. Saya saat itu hanya senyum simpul.

Tak terbayang betapa galaunya saat itu. Mirip perasaan para orang tua fans berat Ariel Peterpan, yang ramai-ramai menamakan putranya dengan nama super star tersebut.
Mereka yang semula bangga menyematkan nama Ariel pada anaknya, jadi galau ketika idolanya itu terlilit kasus asusila.

Oke fokus lagi....

Sebagaimana orang tua saya, tentunya orangtua Shah Mohammad Reza Pahlavi, juga menanam harap, anaknya kelak menjadi orang baik sebagaimana, nama yang diadopsinya.
Kalau kita pilah, ada tiga nama besar yang melekat di nama itu, yakni Mohammad, Reza, dan Pahlavi (nama terakhir ini adalah nama dinasti).

Untuk nama depan, Mohammad, diambil dari nama Rasulullah yang bagi kaum Muslimin diyakini sebagai manusia paling mulia di muka jagad. Manusia paling maksum.
Jadi engan memakai nama Mohammad, sang anak diharapkan bisa mewarisi sifat-sifat baik dari rasul. Minimal saat akan berbuat jahat, dia langsung ada yang menegur, ”Hei, ingat siapa nama depan mu itu!”

Selanjutnya, nama tengah ”Reza”, ini merupakan nama yang paling diagungkan, sehingga banyak dipakai di Iran. Nama Reza berasal dari nama Arab, ”Ridho”. Namun karena pengaruh ”lidah Persia” maka menjadi Reza.

Sejarah nama Reza ini berawal dari Imam Ali bin Musa atau lebih dikenali dengan Imam Ali ar-Ridho atau Imam Ridho, imam ke 8 dalam mazhab Syiah (mayoritas orang Iran adalah Syiah) dan keturunan ke 9 Nabi Muhammad.

”Ridho” sendiri merupakan gelar yang diberikan masyarakat pada imam kelahiran 148 Hijriah di kota Madinah tersebut, karena memiliki sikap rela (ridho) dan gembira menerima apa yang dikaruniakan kepadanya.

Hingga pada tahun 200 Hijriyah (sekitar tahun 816 Masehi), Imam Ridho, dibawa paksa dari Madinah ke Khurasan, timur laut Iran oleh Khalifah Makmun, penguasa pemerintahan Islam (Bani Abbas/Abbasiyah) yang berpusat di Baghdad. Hingga akhirnya, Imam Ridho gugur dibunuh Makmun di desa Sanabad, Iran yang kini berubah jadi kota Mashad.

Kematian inipun didengar saudara-saudara Imam Ridho yang kemudian berdatangan dari Madinah untuk ziarah ke makam sang imam di Sanabad. Sebagian dari mereka menetap dan menjadi guru agama masyarakat sekitarnya.

Mereka inilah yang kemudian menjadi panutan masyarakat Iran, sehingga ketika meninggal, makamnya sangat dihormati. Makam-makam saudara imam Ridho ini pun disebut makam Imamzadeh.

Waktu berlalu, kharisma Imam Ridho kian kuat. Lidah orang Iran kemudian menyebut Imam Ridho sebagai ”Emam Reza”. Hingga kini, orang Syiah Iran, sering menyebut nama Emam Reza di sela sela berdzikir.

Berangkat dari penghormatan kepada Emam Reza, membuat namanya banyak dipakai di Iran, mulai rakyat jelata hingga kalangan elit kerajaan. Di antaranya Shah Mohammad Reza Fahlevi.

Dari kisah ini masih bertanya apalah arti sebuah nama? Bagi saya nama adalah harapan, doa dan cerita. Nah, sekarang ceritakan tentang nama anda.

Tidak ada komentar: