Kamis, 24 September 2009

Media Bawean, Inilah Saatnya

Saya pernah bertanya pada pemimpin redaksi Media Bawean, Abdul Basit, mau di bawa ke mana media ini?




Apakah Media Bawean hanya akan menjadi media komunitas, media forum, media kepentingan, media radikal, atau media perjuangan untuk memajukan pulau Bawean, atau apa lagi?

Saya bertanya seperti ini, karena seiring waktu Media Bawean harus menentukan posisinya atau kata orang bule stand, positioning, bla-bla bla.

Karena, begitulah semua media bermula. Semula melalui fase kritis, fase pengembang, dan fase penerus.

Kalau kita runut, dari tiga fase ini, saya menilai media Bawean sudah mempu melalui fase kritis, from nothing to some thing-lah. Kini saatnya, media ini memasuki fase pengembang. Sebuah fase yang jauh lebih susah dari fase kritis.

Hal ini seiring dengan grafik tingkat kepuasan pembaca pada media yang selalu di atas pencapaian. Pembaca, selalu saja kurang puas dan selalu saja meminta lebih. Inilah yang sekarang mulai dirasakan media ini.

Semula, pembaca senang membaca media bawean dengan informasi apa adanya. namun, lambat laut, permintaan mereka akan meningkat. Minta beritanya diperbanyak lah, minta menyoroti ini itu lah, dan lain-lain dan lain-lain.

Dulu, mungkin pembaca masih bisa maklum dengan argumen pengelolanya bahwa masih kekurangan ini dan itu, namun lama-lama tentu alasan ini tak akan diterima lagi.

Untuk itu sebelum masa tersebut datang, pengelola Media Bawean harus lebih kreatif lagi menyajikan hal-hal yang baru di media ini. karena bermodal semangat saja tidak cukup.

Kreatif dan terus belajar, itulah kunci sukses media, bila ingin tetap eksis. Meminjam tagline Jawa Pos, "Selalu ada yang baru".

Bagaimana caranya?

Saya mengusulkan agar pengelola media Bawean mulai sedikit demi sedikit masuk pada manajerial media, khususnya dalam segi pemberitaan (news gathering), sehingga liputannya bisa padu.

Jangan sampai nanti pembaca membaca sebuah berita, namun keesokan harinya tak tahu bagaimana lanjutannya. Tentunya mereka akan kecewa.

Misalnya hari ini ada memberitakan pohon tumbang yang menutup jalan, besoknya jangan sampai lanjutannya malah hilang. Dan lain-lain.

Atau misalnya, Media Bawean ingin memberitakan buruknya infrastruktur di pulau ini, maka penyajian beritanya harus fokus pada akar berita itu sendiri. Sehingga dengan demikian, akan mampu menggedor para pemegang kebijakan di Gresik.

Nah, semua ini hanya dapat diketahui setelah melakukan menajemen pemberitaan itu.

Langkah sederhananya dengan melakukan Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC) agenda dan event. Bisa harian, mingguan dan bulanan.

Dari sinilah nanti akan ditemukan sebuah sari-sari agenda setting yang akan menjadi jati diri media ini. Apakah agenda settingnya, apa tag linenya, apa tujuannya dan kemana pula muaranya?

Jadi, bisa lebih fokus apakah akan menjadi media perjuangan aspirasi dan sebagainya.

Media Bawean nantinya akan mampu mempetakan sebuah issue dan pengembangannya, sebuah row material berita dan approximity-nya.

Media ini juga akan mampu melakukan coverge akan ilmu pengetahuan, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan di pulau ini.

Tak hanya itu, nanti akan dapat juga melakukan sistem bedah wilayah akan karakteristik dan keragaman Bawean itu sendiri, sehingga akan mampu lebih dekat dengan pembacanya dan bisa menyajikan rubrik baru yang interaktif.

Berat memang, namun bagaimana lagi, inilah resiko pekerja media. Maju terus Pak Basit, Bawean bangga pada Anda.

Tidak ada komentar: