Rabu, 02 Februari 2011

Hibah Koran

Hibah Koran, Menembus Batas Pulau-Pulau Terpencil
Miris, Satu Koran Digilir untuk Empat Sekolah


Hingga saat ini sudah ratusan sekolah kurang mampu mendapatkan koran gratis dari donatur, melalui program Hibah Koran Batam Pos ini.

”Otak ibarat parasut, akan bekerja bila berkembang,” demikian tulisan Bagus Takwin, seorang pengajar filsafat dan teori psikologi kepribadian di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Agar membantu mengembangkan pikiran ini, tentunya perlu asupan informasi. Informasi ini juga ibarat pelumas dan asupan untuk membantu mengganti sel otak yang mati agar kinerja otak kita terus berkembang. Maka itulah pentingnya untuk selalu membaca.

Bacalah, karena dunia akan terang. Bahkan membaca menjadi perintah pertama Tuhan pada Nabi Muhammad saat beliau masih buta huruf.

Gairah membaca memang harus ditumbuhkan. Caranya, melalui buku dan tentu saja media cetak dalam hal ini koran. Mengapa koran? Karena sampai saat ini, koran menjadi media informasi yang masih aman ”dikonsumsi”.

Pasalnya, semua berita yang ditampilkan, melalui seleksi ketat dan berlapis. Mulai dari reporter, redaktur, redaktur pelaksana hingga pemimpin redaksi. Selain itu, berita koran dikemas tak terburu-buru.

Sebenarnya program untuk menggairahkan membaca sudah kerap kali dilakukan pemerintah daerah, bahkan juga oleh pemerihtah pusat. Namun semuanya tidak jalan.

Akar masalahnya karena program ini sebatas imbauan saja, sedangkan sarananya berupa buku dan koran kadang tak tersedia. Meski sarananya ada, kadang bahan bacaannya tak sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat, Apanya yang mau dibaca?

Padahal banyak sekolah yang membutuhkan bahan bacaan tersebut, namun terkendala dana. Jangankan beli koran, ada yang menggaji guru saja susah. Akibatnya, mereka sering ketinggalan informasi. Para gurupun juga garing saat mengajar, yang disampaikan saat mengajar tak variatif, karena asupan penghetahuan yang terbatas.

Pada kasus sekolah yang berada di pulau-pulau terpencil lebih miris lagi. Satu koran kadang digilir untuk empat sekolah. Ada juga guru, karena ingin bisa mengetahui informasi dari koran, mereka harus pergi ke pulau utama yang jaraknya 45 menit perjalanan laut.

Itupun saat laut bersahabat, bila tidak bakal lebih lama lagi. Hal ini terjadi selain ketiadaan dana untuk berlangganan koran, juga susahnya koran masuk ke daerah tersebut karena faktor transportasi.

Hal ini kami dengar sendiri curhat guru-guru saat hibah koran ke SD Negeri 015 Teluk Sunti, yang berada di sebuah pulau kecil yang masuk wilayah Kelurahan Pulau Terung, Kecamatan Belakang Padang, Selasa, 15 Juni 2010 lalu.

Hibah koran tersebut merupakan sumbangan dari Pemko Batam bagi sekolah di pulau-pulau Kecamatan Belakangpadang. Hibah ini diserahkan langsung oleh kabag Humas pemko batam Yusfa Hendri.

Ada beberapa sekolah yang mendapat bantuan Hibah Koran ini. Di Pulau Belakang Padang ada SMA Negeri 2, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Amanatul Ummah, dan Madrasah Tsanawiyah Negeri. Selanjutnya di Kelurahan Pulau Terung, ada SMP Negeri 33 dan SD Negeri 013 Granting, SD Negeri 014 Teluk Bakau, SD Negeri 012 , dan SD Negeri 015 Teluk Sunti

Untuk menuju ke sekolah-sekolah ini, kami harus menyewa pompong. Jarak tempunya tiap pulau masing-masing 15-45 menit.

Begitu pentingnya media informasi bagi mereka, sehingga wajar saja, sambutan guru dan siswa di sana sungguh luar biasa. Saat kami datang, tokoh masyarakat berbaris di pelantar menyambut. Sesampainya di sekolah, ratusan para murid sudah berbaris menyambut sambil bernyanyi. Kemudian mereka bergantian menyalami kami.

Hal yang sama kami dapat saat Hibah Koran dari Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk SD 003 Nongsa dan SMP 23 Satu Atap Batam di Pulau Ngenang, 11 November 2010 lalu. Saat itu BPK diwakili oleh Kasubdit Humas dan Publikasi Dwi Joko Wiwoho.

Pulau ini letaknya 15 menit perjalanan laut dari Batam. Untuk menuju ke pulau ini, kita naik pompong dari pelabuhan rakyat yang berada di sebelah Pos Angkatan Laut Telaga Punggur.

Untuk menuju ke sekolah tersebut dari pelantar bisa berjalan kaki melintasi jalan setapak dari semen. Di kiri kanan hanya pohon kelapa dan rumah-rumah panggung penduduk.

Suasananya sangat sunyi, bagai berkelana ke abad 19 masa kejayaan kerajaan Melayu Lingga. Cuma sinyal ponsel saja yang membedakannya. Nuansa ini kontras dengan kota Batam yang bising.

Di sekolah ini kami disambut guru-guru dan komite sekolah. Lokasi SD 003 Nongsa dan SMP 23 Satu Atap Batam di Pulau Ngenang berdekatan. SD ada di depan, sedangkan SMP di belakang, keduanya hanya dipisahkan lapangan bola. Kepala sekolah dua sekolah ini dirangkap oleh Afridal Spd.

Di ruang guru SD 003 inilah kami terlibat perbincangan dengan Kepala Sekolah. Topiknya seputar Pulau Ngenang dan sekolah ini. ”Selamat datang di sekolah kami,” ujar Afdal.

Sembari menunggu Ketua Komite Sekolah Mustafa, Afdal bercerita, penduduk Pulau Ngenang hanya 1.300 dengan 300 kepala keluarga. Pulau ini tak ada polisi yg ada hanya Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI AL. Untuk sarana kesehatan, di sini udah ada Puskesmas Pembantu.

Sedangkan sekolah, hanya ada SD dan SMP. Murid-murid SD dan SMP Pulau Ngenang ini berasal dari pulau-pulau sekitar. Mereka biasanya diantar jemput naik pompong.
Sedangkan SMA, belum berdiri di sini.

Untuk melanjutkan ke SMA, biasanya anak-anak pulau Ngenang dan sekitarnya, harus menyeberang ke Batam atau Tanjunguban di Pulau Bintan. Ada yang diantar jemput, namun banyak pula yang pilih ngekos. Hal inilah yang membuat banyak anak-anak pulau Ngenang enggan melanjutkan sekolah ke SMA. Mereka memilih membantu orang tua di rumah.

”Mereka takut nginap,” jelasnya.

SD di sini berdiri sejak 1976, SMP berdiri tahun 2003. Muridnya masih minim. Untuk SMP kelas 7-9, hanya 42 siswa atau 13-an siswa perlokal. Sedang total murid SD kelas 1-6 hanya 147. Itu pun tersebar di tiga tempat.

Tak lama berselang, ketua Komite Sekolah Mustafa, datang. Acarapun segera dimulai. Murid-murid segera dikumpulkan. Kemudian dengan dipandu protokol, satu persatu tokoh yang hadir memberikan sambutan. Mulai dari Afdal, Mustafa, Joko Wiwoho hingga terakhir saya sendiri, selaku ketua program Hibah Koran Batam Pos.

Saat itu, di depan murid murid yang memenuhi pelataran SDN 003, saya menyampaikan akan pentingnya membaca. Kemudian saya mencontohkan betapa budaya membaca mampu mengubah kehidupan masyarakat Serasan, Natuna.

Dulu Serasan hanyalah perkampungan nelayan miskin. Hingga akhirnya, warga di sana bertekad untuk maju. Caranya dengan menggairahkan gemar membaca dan tentu saja menuntut ilmu.

Lalu lihatlah apa yang terjadi 10 hingga 20 tahun kemudian? Warganya tumbuh berwawasan maju. Banyak yang lolos kuliah di universitas prestisius. Bahkan, banyak warga Serasan yang menjadi pejabat penting di Pemkab Natuna. Bahkan hampir 70 persen putra Serasan banyak mengisi posisi penting di Provinsi Kepri.

Untuk kian mengingatkan masyarakat bahwa membaca dapat mengubah kehidupan, mereka membangun sebuah monumen kecil di kawasan tersebut.

Inilah sedikit gambaran tentang sekolah-sekolah di wilayah Kota Batam yang menerima hibah koran. Masih banyak lagi sekolah yang perlu memerlukan media informasi, namun kurang mampu untuk menyediakannya. Sekolah-sekolah seperti inilah yang selanjutnya akan dibantu melalui program Hibah Koran Batam Pos ini.

Sejak program ini pertama kali diperkenalkan, Januari 2010 lalu, hingga saat ini sambutan masyarakat cukup hangat. Hingga saat ini sudah 400 sekolah kurang mampu mendapatkan hibah koran gratis dari donatur.

Tak kurang, instansi pemerintah, swasta, bahkan perorangan yang sudah menjadi donatur untuk menyediakan koran gratis untuk sekolah-sekolah kurang mampu itu. Di antara donatur tersebut adalah Pemko Batam, PT ATB Batam, PT PLN Batam, BPK Batam, Telkomsel.

Sedangkan dari perorangan ada anggota Dewan Pertimbangan Daerah Kepri, diantaranya Hardi S Hood, Aida Ismeth Abdullah dan Zulbahri. Ada juga Rekaveny Soerya, anggota DPRD Batam yang juga istri Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo, serta Dewi Andriani Zain anggota DPRD Kepri, dan Irwansyah, anggota DPRD Batam.

Semakin banyak donatur, maka akan semakin banyak jua sekolah-sekolah yang akan mendapatkan informasi gratis dari koran.

Tidak ada komentar: