Rabu, 09 Februari 2011

Waspada Penyakit Jantung

Publik tersentak ketika artis sinetron yang juga anggota DPR-RI Raden Pandji Chandra Pratomo Samiadji Massaid atau biasa dipanggil Adjie Massaid, meninggal mendadak, Sabtu (5/2) dini hari lalu. Yang tambah mengagetkan adalah, penyebab meninggalnya karena serangan jantung.

Publik tentu bertanya-tanya, karena sebelumnya Adjie tak pernah dikabarkan sakit apalagi mengidap jantung. Selama ini Adjie dikenal sebagai olahragawan. Posturnya atletis, dan bugar. Suara berita menyebut, Jumat (4/2) sore Adjie sempat bermain bola selama 2 jam 30 menit, di stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, olah raga yang rutin ia lakukan hampir tiap pekan.

Beberapa jam setelahnya, setibanya di rumahnya di Taman Cilandak, suami Angelina Sondakh itu mengeluh sesak nafas dan sakit pada dadanya. Hingga akhirnya, manajer timnas U-23, terjatuh dan meninggal saat dibawa ke rumah sakit.

Adjie bukan artis pertama yang meninggal mendadak usai berolahraga. Sebelumnya, ada aktor kawakan Benyamin Sueb dan pelawak Basuki yang juga mengembuskan napas setelah berolahraga. Benyamin meninggal 5 September 1995, usai bermain bola akibat serangan jantung.

Selanjutnya Basuki, meninggal 12 Desember 2007. Mantan anggota Srimulat yang melejit saat memerankan tokoh Mas Karyo dalam serial televisi Si Doel Anak Sekolahan pada 1992 ini, pingsan seusai bermain futsal dan mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Melia, Cibubur, Depok.

Serangan jantung bila tak langsung ditangani, penderitanya bisa langsung meninggal hanya dalam waktu 15-30 menit setelah serangan pertama. Ini terjadi akibat terhentinya aliran darah, meskipun hanya sesaat, menuju ke jantung, dan mengakibatkan sebagian sel jantung menjadi mati. Inilah yang disebut penyakit jantung koroner.

Dr Stanley Panggabean, SpJP, FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Awal Bros Batam, sebanarnya mengatakan penyakit jantung itu banyak macamnya. ”Jumlahnya sampai 100 jenis. Tapi yang paling banyak diderita adalah penyakit jantung koroner. Inilah yang sering dikatakan orang awam sebagai penyakit jantung,” ujarnya dalam wawancara dengan koran ini, Rabu (9/2) lalu.

Selain jantung koroner, penyakit jantung yang banyak diidap adalah penyakit jantung bawaan, kelainan atau abnormalitas dari jantung yang terdapat waktu lahir, seperti ada lubang di dalam jantung.

Juga ada penyakit otot jantung, terutama menyerang otot jantung dari pada pembuluh darah. Selanjutunya penyakit klep (katup) jantung, kerusakan atau kelainan dari salah satu dari empat katup yang mengontrol aliran darah di jantung. Serta, penyakit gangguan irama jantung, di mana denyut jantung tidak teratur yang dapat menyebabkan debar jantung (palpitasi) dan sesak nafas.

”Hingga saat ini, penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Termasuk Indonesia,” ujar dr Stanley.

Penyakit jantung bawaan ini, lanjut dr Stanley, biasanya diidap mulai bayi. Penyebabnya tak diketahui pasti, namun banyak teori menyebut akibat gaya hidup atau kondisi sang ibu saat mengandung. Salah satunya adalah kurangnya asupan makanan dan gizi saat mengandung, terekspose radiasi, mengonsumsi jamu-jamuan yang tak higinis dan lain-lain.

Makanya, penyakit jantung bawaan biasanya terjadi pada masyarakat dengan level ekonomi rendah, lebih banyak di pedesaan. ”Beda dengan penyakit jantung koroner yang tersebar merata,” ujarnya.

Wawancara terhenti sejenak, dr Stanley kemudian mengambil sebuah gambar jantung, lengkap dengan bagian, disertai keterangannya. ”Ini dia, biar saya urai apa itu penyakit jantung koroner,” jelasnya, sembari menunjuk gambar jantung yang diletakkan di atas mejanya.

Menurut Stanley, penyakit jantung koroner terjadi akibat penyempitan (aterosklerosis) salah satu dari tiga pembuluh darah koroner yang mengaliri jantung.

Dia menjelaskan, saat manusia lahir, umumnya pembuluh darahnya bersih. Namun seiring usia, ditambah pola hidup dan makanan tak sehat seperti merokok, sterss, kurang istirahat, akan memicu kolesterol, kegemukan, diabetes, dan darah tinggi.

”Semua ini akan menjadi faktor risiko terjadi penimbunan plak di dalam rongga pembuluh darah yang akan menyumbat aliran darah itu sendiri,” ujarnya sembari menunjuk dua gambar rongga pembuluh darah yang bersih dan yang sudah tertimbun plak.

Bila penyumbatan terjadinya di otot jantung, atau arteri koroner, maka akan mengurangi oksigenasi ke jantung karena darah itu terdiri dari oksigen. Sehingga pembuluh darah makin berat, lama lama akan menganggu kinerja jantung.
”Gejalanya seperti rasa sakit dada akibat kekurangan oksigen tadi,” jelasnya.

Tidak ada komentar: