Senin, 07 Maret 2011

*** The Gank ***

Kaum muda tidak cukup tahu untuk lebih bijaksana. Karena itulah, mereka mencoba yang mustahildan mencapainya generasi demi generasi (Pearl S Buck). Inilah kisah tentang sisi lain anak-anak kota. Jangan menghakimi, cukup petik hikmahnya saja.


Lelaki kecil usia belasan, ringan melangkah dari balik jeruji besi Mapolsek Lubukbaja. Tubuhnya yang kurus dengan tinggi sekitar 160 cm, tampak ”tenggelam” dalam balutan seragam tahanan model coverall yang dikenakannya, sehingga bagian kakinya harus digulung hingga setinggi lutut.

Sebenarnya, warna dasar seragam ini adalah jingga terang. Namun kecerahannya sudah tak tampak lagi. Pudar dan kusam oleh banyaknya noda kehitaman.

Lelaki 14 tahun ini adalah Tn, kini duduk di bangku kelas 6 sebuah SD di Baloi. Dia harus tinggal di sel Mapolsek Lubukbaja, karena dugaan pencurian kendaraan bermotor. Pagi itu, Sabtu (5/3) sekitar pukul 09.30, T diantar menemui kami di ruang tunggu tahanan Mapolsek untuk sekadar berbincang.

”Apa kabar?”
”Baik om,” jawabnya lirih.
”Duduklah dekat saya, santai aja,” sambut saya kemudian.

Tn hanya diam, kemudian dia duduk di sebuah sofa yang berada di pojok. Gerakannya teratur, posisi duduknya juga tegak. Mirip pelamar pekerjaan yang sedang menjalani sebuah tes wawancara: serba sopan, namun kaku.

Kemudian saya membuka pertanyaan, ”Tahu kenapa kamu ada di sini (Mapolsek Lubukbaja)?”
”Ngambil motor orang,” jawabnya.
”Mengapa?”
”Karena saya hanya ingin jalan-jalan, setelah itu dibalikin” ujarnya polos.
Selanjutnya Tn mengaku, bahwa sebenarnya dia takut ketahuan namun rasa ingin jalan-jalan itu begitu kuat. ”Setelah itu kan dikembalikan,” elaknya.

Tn mengatakan, dia mulai mencuri sepeda motor jenis RX King, milik tetangganya pada Desember 2010 lalu. Namun akhirnya ketahuan, motor curiannya dikembalikan dan dia ditangkap. Saat itu dia mengaku ketakutan setengah mati. ”Saya takut dipukul, seperti apa yang saya lihat di televisi,” akunya.

Namun, anggapan Tn salah. Statusnya yang masih di bawah umur, membuat polisi bermurah hati. Tiga hari kemudian dia dilepas.

Ternyata, pengalaman disel tak membuatnya jera. Pada teman-temannya yang dia kenal di sebuah rental game online di Baloi, Tn dengan bangga mengisahkan pengalamannya masuk sel polisi. ”Ternyata enak di kantor polisi,” ujarnya kala itu.

Ternyata, teman-temannya yang masih di bawah umur itu, percaya omongan Tn. ”Mengajak mereka mudah, karena rata-rata ingin punya sepeda motor sendiri untuk gagah-gagahan di jalan raya. Mereka juga ingin punya uang sendiri supaya bisa terus main games, apalagi jarang diperhatikan orangtua,” kata Tn kepada wartawan, kemarin.

Kini Tn memiliki banyak teman untuk membantu. Sebelum beraksi, mereka berbagi tugas. Tn bertindak sebagai eksekutor, sementara teman lainnya mengintai. Setelah berhasil, teman lainnya menjual. Mereka mengaku cukup lihai mengemudikan kuda besi hasil belajar otodidak menggunakan motor orangtua atau temannya.

”Saya bilang, kamu di sini, kamu begini,” ucapnya.

Tak berapa lama, pada Februari, dalam sebulan, komplotan ini berhasil menggasak lima sepeda motor. Masing-masing, Yamaha Vega BP 2306 DT, Suzuki Smash BP 4723 EV serta Yamaha Jupiter Z BP 5821 FK dan satu motor lagi dia tukar dengan laptop dan hingga saat ini masih dalam penyelidikan kepolisian.

Kini, motor tersebut masih diamankan di Mapolsek Lubukbaja, sedangkan satu unit sudah dikembalikan pada pemiliknya. ”Sebenarnya rencananya sudah lama, namun hanya kesempatannya yang belum ada,” jelasnya.

Tn tertangkap polisi dalam razia malam, sekitar pukul 23.00 di depan BCS Mall. Setelah ditangkap, Tn membocorkan informasi siapa teman-teman yang membantunya. Hingga kemudian, Senin mereka semua ditangkap. Mereka adalah adalah Ag,16, (SMP), Ar,16, (SMK), serta empat remaja putus sekolah berinisial Br,16; Bb,16; Mt,16; dan By,14.

”Saya hanya ingin terungkap semua,” jawabnya, menejelaskan keputusanya membocorkan jaringanya tersebut.

Kini, Tn mengaku menyesal telah melakukan kesalahan, mencuri enam sepeda motor.
”Bila keluar nanti saya mau menyendiri saja,” ujarnya.
”Mengapa?”
”Saya malu, takut diejek. Tapi bila nanti saya diejek, saya akan sabar-sabar saja, tak mau melawan, karena saya mau berubah.”

”Jadi benar kamu akan menyendiri saja?” saya kembali bertanya.
”Ya, supaya tak terpengaruh kawan-kawan (melakukan kejahatan lagi). Saya ingin mencari teman-teman yang baru saja,” jelasnya, sembari berjanji tak akan menginjakkan kakinya ke tempat game online lagi. Intinya Tn ingin menjadi anak baik setelah bebas nanti.

Mendengar ini, saya menyarankan agar dia tak perlu menyendiri. Saya lihat dia mentalnya kuat, gampang berkawan, sehingga bila dia mau berubah, menyalurkan potensi pribadinya ke tempat yang baik, maka dia akan menjadi orang yang sukses. Saya bilang, bahwa Tn hanya salah arah saja.

”Kita belajar dari pengalaman saja, karena manusia tak pernah lepas dari kesalahan,” hibur saya. (bersambung ke *** lingkungan, pergaulan***)

Tidak ada komentar: