Selasa, 12 Maret 2013

Komunikasi dan Massa

Komunikasi ada hakikatnya untuk mencari jawaban. Maka itu prinsip dasarnya selalu bertanya, yg paling umum adalah bertanya tenang nama-nama, kemudian kabar. Sesederhana itu.
Kemudian seiring pertumbuhan jumlah manusia dan perkembangan peradaban, kumunikasi juga berkembang. Semula dari pribadi ke pribadi, menjadi antar kelompok, hingga kemudian antar masyarakat. Maka menjelmalah komunikasi massa.
Komunikasi tak lagi verbal, tapi juga non verbal atau komunikasi simbol yang kemudian simbol-simbol ini menjelma menjadi abjad (baca: tulisan). Untuk menampung simbol atau tulisan tersebut, manusia menciptakan alat komunikasi massa.
Alat atau media yang dapat menghubungkan/menggadakan komunikasi dengan massa. Dari sinilah, media komunikasi dikembangkan.
Sebelum era manusia moderen, manusia nederthal telah menjadikan dinding gua sebagai medianya. Peninggalan prasejarah ini dibuktikan dengan ditemukannya lukisan di dinding gua Altamira, Spanyol.
Ketika era manusia nederthal berakhir, manusia moderen memimpin, media pun berkembang lebih baik. Komunikasi yang intinya bertukar simbol tadi, kian intens. Lukisan berubah menjadi hyroglif atau huruf sandi atau dikenal juga sebagai huruf paku.
Tulisan paku (cunei form) ini, menggunakan ± 350 tanda gambar dan setiap gambar merupakan satu suku kata. Huruf-huruf "paku", disebut demikian, karena dituliskan pada papan tanah liat yang digoresi/ditulisi menggunakan karang yang keras dan berujung tajam, mirip paku.
Hyroglif dan tulisan paku memang lazim ditemukan pada peradaban-peradaban kuno. Misalnya Mesir kuno, atau kerajaan-kerajaan Mesopotamia, di antaranya Sumeria, Assyiria, Akkadia, dan yang paling terkenal adalah Babylonia. Kerajaan-kerajaan ini terletak di antara dua aliran sungai yaitu sugai eufrat, dan sungai tigris. .
Peninggalan media di era ini yang paling terkenal adalah ketika raja Babilonia I, Hammurabi, memerintahkan menulis undang-undang yang dipahatkan di batu yang berisi : larangan main hakim sendiri, sehingga keamanan dan keadilan masyarakat dijunjung tinggi Hukum Perdata dan Pidana. Inilah undang-undang tertua di dunia, yang kemudian dikenal dengan Codex Hamurabi.
Namun Codex Hammurabi ini hanyalah memuat undang-undang yang "rasa" komunikasi massanya masih belum tampak. Hingga beribu tahun kemudian, para senator Romawi kuno membuat kebiasaan membuat catatan rapat dan yang tidak pernah dipublikasikan alias menjadi rahasia negara. Inilah Acta Senatus.
Namun di era Julius Caesar, tahun 59 SM, hasil rapat senator ini dipasang di tempat umum agar diketahui orang banyak. Papan-papan pengumuman itu selanjutnya disebut Acta Diurna. Acta Diurna diakui sebagai media massa (koran) generasi pertama di dunia.
Secara harfiah Acta Diurna berarti catatan harian. Karena saat itu belum dikenal teknologi cetak dan kertas, Acta Diurna ditulis dengan cara dipahat pada batu atau logam.
Melalui Acta Diurna atau disebut juga Acta Popidi atau Acta Publica, Romawi ingin menerapkan prinsip ketersediaan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan publik yang sekaligus menjadi penanda peradaban dunia berbasis teks.
Inilah proses pendokumentasian pertama dalam sejarah peradaban manusia. Pada perkembangannya Acta Diurna memuat tentang kabar kelahiran, pernikahan, kematian, pengadilan, dan merambah pada kabar harga barang juga promosi. Inilah cikal bakal ilmu dan jurnalistik di dunia, dan dari kata "diurna" inilah, kata "jurnal" akar dari "jurnalistik" berasal.
Zaman terus berlalu, akhirnya dari huruf sandi yang dilukis dan dipahat ini berganti dengan huruf yang ditulis: alfabet. Alfabet adalah sebuah sistem tulisan yang berdasarkan lambang fonem vokal dan konsonan.
Selain huruf, mediapun pun berkembang. Semula menggunakan dinding gua (dilukis), lalu papan tanah liat atau batu dan kayu (dipahat). Selanjutnya papirus, ada juga daun lontar hingga akhirnya kertas (ditulis). Aha! Koran pun muncul (dicetak).
Era satelit pun dimulai, media merambah menggunakan gelombang udara. Radio, disusul televisi dan kini era digital: internet meraja. Faboulus.
Dari uraian di atas, maka komunikasi massa, sama halnya dengan komunikasi dyadic, untuk memberi jawaban atas masalah-masalah yang ada. Jawaban ini hanya bisa digali dengan bertanya, tentang apa, kapan, dimana, mengapa, dan siapa.
Bertanya ini serasa sepele, namun sangat sulit dilakukan. Agar mendapatkan informasi atau jawaban yang dalam dan lengkap, diperlukan pertanyaan yang bagus dan tajam. Untuk itu si penanya harus punya wawasan dan memahami masalah. Semua ini memiliki metoda dan teknik tertentu.
Kinerja komunikasi massa umumnya selalu berdasar pada post factum (bertindak setelah terjadi). Alurnya seperti ini: semula ada peristiwa, kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan, muncul jawaban atau fakta-fakta baru.
Dalam jurnalistik, beragam fakta tersebut biasa disebut angle. Beragam angle ini kemudian dipilah dan dipilih dengan mempertimbangkan ketokohan, besar, dekat, pertama kali atau baru, human interest, dan dipertimbangkan misi/tujuan apa yang akan dibidik dari berita ini. Yang paling menarik dari semua pertimbangan itulah kemudian diangkat jadi judul.
Sekali lagi, fakta-fakta baru tadi ditelaah lagi, lalu muncul pertanyaan-pertanyan baru lalu dicarikan jawabannya. Begitu terus. Karena itu, jurnalis disebut orang yg mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan informasi secara kontinyu.
Contohnya seperti ini. Belum lama ini geger kasus Idawati Pasaribu yang diduga membunuh bidan Nurmala Dewi Tinambunan, di Medan.
Pada hari Sabtu, 9 Maret 2013, Batam Pos memuat headline berjudul, Dua Tahun Diburu Idawati Pasaribu. Berton Sembunyi di Langkat.
Dalam berita tersebut banyak ditemukan fakta fakta baru tentang keberadaan Berton Silaban, orang yang disebut-sebut sebagai pemicu bidan Nurmala Dewi Tinambunan dihabisi orang suruhan Idawati Pasaribu.
Fakta tersebut adalah, pertama, sejak kabur dari Batam dan dilaporkan Idawati ke polisi, ternyata Berton disembunyikan L Tinambunan, ayah bidan Dewi di Besitang, Kabupaten Langkat.
Fakta kedua, Berton dibawa keluarga L Tinambunan ke Besitang, tepatnya ke kebun sawit milik keluarga L Tinambunan.
Fakta ketiga, Berton adalah anak dari tulang (paman) kandung Idawati. Sehingga karirnya di PT Marsada Jaya, perusahaan milik Idawati, cepat melejit. Idawati menghadiahinya jabatan Direktur Operasional di PT Masada Jaya. Berton dipercaya mengelola SPBU di Seiharapan.
Namun sekitar 2011 lalu, Berton menghilang. Selain membawa sejumlah uang perusahaan, Berton juga meninggalkan banyak beban tugas serta tanggung jawab selaku direktur operasional.
Banyak lagi fakta-fakta baru dalam kasus ini, dan setelah ditelaah, ternyata masih memunculkan lagi hal hal yang belum terjawab. Misalnya, keberadaan Berton masih belum jelas, ibu korban belum ada diminta keterangan terkait kasus ini.
Pertanyaan lain, belum ada keterangan dari Polresta Barelang terkait benar tidak ya laporan Idawati atas dugaan penggelapan Berton di perusahaannya. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, tentu saja. ***

Tidak ada komentar: