Minggu, 03 Maret 2013

Bermain

Maria Magdalena Yelson Fenge (6), Kosmas Ferson Farera (4), Wihelmus Rudi Farera (3), dan Aprillius Ama Mado (5), ditemukan tewas dalam mobil Subaru BM 1306 XS, Kamis (28/2) lalu.
Untuk mengungkap semua modus ini, tentunya kita serahkan dari hasil penyelidikan dan penyidikan aparat dengan segala kecanggihan ilmu dan perngkat kerjanya itu.
Yang menarik kita amati adalah, sebenarnya kejadian anak yang tewas saat bermain bukan kali ini saja terjadi di Batam. Kasus ini terus berulang, cuma tempat kejadian perkaranya saja berbeda. Bila kali ini di dalam mobil rusak, sebelumnya terjadi di kolam yang tak terurus.
Hal ini kembali mengusik tanya kita tentang lemahnya pengawasan orang tua. Selain itu mengingatkan kita bahwa anak-anak kota tidak memiliki lingkungan yang ramah, gratis, dan aman untuk bermain. Tempat bermain penting untuk tumbuh kembang anak. Inilah yang harus diperhatikan pemerintah kota ini.
Mestinya pemerintah bersama masyarakt ikut mengupayakan tersedianya taman bermain murah yang dekat dengan pemukiman. Ini sebagai sarana penyeimbang akan maraknya komersialisasi lahan bermain yang marak di mall-mall.
Bagi kalangan berduit, mungkin itu tak masalah. Mereka bisa menyediakan dana mingguan untuk dihabiskan anaknya di meja Timezone dan semacamnya. Tapi bagi kalangan bawah, umumnya anak-anak ini akan dilepas begitu saja.
Anak-anak ini akhirnya mencari sendiri lahan permainannya, pertama di sekitar rumah kemudian ke jalan. Di jalanan mereka bergaul, di jalanan mereka tumbuh, di jalanan mereka berkembang, di jalanan mereka menjadi manusia, dan di jalanan mereka bekerja.
Apa yang terjadi? Lahirlah anak-anak jalanan yang keras. Anak-anak jalanan yang sebenarnya dilahirkan oleh ketidakbecusan pemerintah dalam memperhatikan rakyat kecil. ***

Tidak ada komentar: