Jumat, 02 Maret 2012

Takut


Anugerah terbesar yang diberikan sang Maha Kuasa bagi manusia adalah rasa takut. Karena dengan rasa takutlah manusia mampu membangun peradaban hingga maju seperti saat ini.

 

Mungkin pendapat ini sangat debatable, bisa saja. Memang, pendapat bahkan ilmu pengetahuan sekalipun dibangun atas dasar skeptis, ragu.

Semua harus dikoresi. Sebagaimana kata Socrates, hidup yang terus berjalan tanpa koreksi, tak pantas untuk dijalani. Demikian juga pendapat ini.

Namun, sebelum anda mendebatnya, izinkan dulu saya mengurai apa yang dihasilkan rasa takut ini dalam membangun peradaban manusia.

Adapun rasa takut yang paling ampuh untuk membuat manusia maju adalah, rasa takut akan kematian. Dari sinilah semua bermula, manusia mulai berusaha untuk survive agar bisa bertahan dari seleksi alam. Istilah Darwin survival of the fittes.

Rasa takut inilah membuat manusia ingin bebas, sehingga berbuah kreativitas dalam menemukan sesuatu, hingga tercipta beberapa cabang ilmu pengetahuan. Mulai ilmu kedokteran, ekonomi, teknik, kesenian, perang dan sebagainya.

Namun ketika mereka berhasil mengatasi rasa takutnya, kebebasan sudah diperoleh, mereka harus kembali membatasi diri dengan rasa takut juga. Maka terciptalah hukum, sosiologi,  hingga kajian akan hidup sesudah mati. Bukankah agama sendiri dibangun atas dasar rasa takut?

Baiklah, marilah kita lihat bagaimana bangsa-bangsa moor (arab) bertahan dari tentara-tentara inkuisisi Ratu Isabella, Spanyol. Mereka mengisahkan pelarian kaki mereka, hingga terciptalah tari Flamenco.

Kita juga melihat bagaimana kaum kulit hitam Brazil menggalang sebuah perlawanan pada penguasa tiran. Mereka menciptakan tarian (sebenarnya ilmu bela diri) Capoera. Indah, namu n mematikan.

Atau mungkin kita tak akan lupa bagaimana kaisar-kaisar China membangun tembok besar guna menghindari serbuan dari bangsa Mongol.
 
Dalam ilmu politik juga rasa takut juga lazim dipakai untuk melanggengkan kekuasaan. Caranya, dengan membuat suasana tak aman atau sangat nyaman, sehingga rakyat bergantung pada penguasa.

Kita juga tahu, rasa takut akan serbuan Attila The Hun membuat bangsa Jerman hijrah besar-besaran dari negerinya ke Prancis. Selain menetap, sebagian lain menyebar di serata Eropa barat dan membuat kerajaan-kerajaan kecil yang menjadi cikal-bakal negara-negara Eropa Barat saat ini.

Banyak lagi hal di dunia ini yang dibangun dari rasa takut. Hingga tak salah bila ada yang mengatakan bahwa rasa takut adalah motivasi terbesar yang akhirnya menumbuhkan keberanian untuk bertahan, bersaing, mencipta bahkan menaklukkan. Jadi bukan malah menjadi penakut. Itu pecundang namanya.

Lalu, apakah untuk maju harus dipacu dengan rasa takut (baca: menakut-nakuti)? Percayalah, hingga sekarang metode ini masih sangat ampuh. Baik dilakukan terang-terangan, maupun terselubung. ***

Tidak ada komentar: