Rabu, 10 Agustus 2011

Emas yang Mulia

Ada yang mengejutkan yang terjadi di bulan Ramadan kali ini. Harga emas menyentuh Rp500 ribu per gram. Pengamat pasar mengatakan, kemungkinan besar harga emas masih akan terus meningkat.

Emas juga disebut logam mulia. Disebut ”mulia” karena tak hanya jadi simbol kejayaan, juga karena tidak berkarat (baca: tahan lama). Inilah yang mendongkrak nilainya, sehingga emas sering melapis senjata atau dibuat sebagai benda-benda para raja.

Setiap wilayah di dunia ini, memiliki sejarah tersendiri dengan emas. Karena emaslah, peradaban Aztec (Indian Mexico) hancur dibantai penjelajah Spanyol, Hernand Cortez. Karena emaslah Sumatera dikenal sebagai Swarnadwipa, atau pulau emas. Artinya, nusantara ini lebih dulu dikenalkan oleh kandungan emasnya, dari pada rempah-rempahnya.

Sejarah menyebut, kebiasaan memuliakan logam ini tak lepas dari penetrasi kebudayaan Hindu di nusantara pada abad sebelum masehi. Bermula dari kebutuhan kerajaan-kerajaan Hindu di India, akan emas yang sangat besar. Mereka percaya, emas merupakan lambang penciptaan dan kekuasaan para penguasa untuk menjaga kesetiaan bawahannya.

Karena itulah, emas menjadi komoditas sangat penting di kerajaan-kerajaan India.
Emas sangat dicari, sehingga persediaan tambang emas India habis. Hal ini juga ditulis dalam prasasti, yang menyebut persediaan tambang emas tinggal 12 yang aktif. Sehingga membuat kerajaan-kerajaan India harus impor emas dari tambang-tambang di Asia tengah.

Rencana ini tak mudah. Deretan gunung Himalaya, menjadi dinding pemisah yang tak bisa ditembus. Namun, pedagang India saat itu tak kehabisan akal. Mereka membikin jalur alternatif, satu-satunya cara harus lewat Bactria, celah Khaibar, baru kemudian lewat Punjab.

Lagi-lagi jalur dagang tersebut tak aman akibat perang suku, setelah Kekaisaran Khusan menginvasi jalan sutera bagian utara. Akibatnya sering terjadi peperanagn di jalur tersebut. belum lagi gangguan parampok. Semua ini membuat pasokan emas ke India terganggu. Sementara kebutuhan terus meningkat.

Kembali lagi, kerajaan-kerajaan India bagian tengah dan utara dipaksa mencari emas dari sumber lain. Kali ini mereka melirik emperium Romawi, melalui jalur laut.
Secara kebetulan, saat itu Romawi membangun jalur dagang maritim ke timur, setelah mereka penaklukan Mesir pada 30 SM yang kemudian membuka terusan Suez. Ini jugalah yang menandakan awal berdirinya kerajaan-kerajaan di Nusantara.

Dari jalur inilah, kemudian pedagang-pedagang India membangun kontak-kontak dagang melalui orang-orang Mesir dan Parthian atau disebut Persia. Kebetulan saat itu orang romawi menjadi konsumen besar rempah-rempah dan sutera China yang mereka bayar dengan emas. Maka terjadilah hubungan dagang pertama antara Asia dan Eropa ini.

Sama seperti konglomerat-konglomerat zaman ini, bisnisman asal Greco Roman itu (Romawi Timur, termasuk Arab) sangat aktif. Mereka bahkan bermukim di kerajaan-kerajaan yang berada dipesisir India. Peristiwa ini banyak ditulis dalam teks-teks Greco Roman abad ke 1 M. Di sana disebut, mereka banyak membangun rumah-rumah mewah dengan gaya hidup yang menterang.

Sementara itu, ekspor emas dari Eropa ke India kian besar, sehingga membuat kaisar romawi saat itu, Vespasianus Augustus gusar. Untuk menjaga cadangan emas Eropa, maka pada tahun 70 M, Vespasianus resmi melarang perdagangan emas ini.

Sebagaimana ditulis Pliny, sejarawan Romawi dalam surat pada sahabatnya. Dia mengeluh, India telah mengambil emas Roma senilai 50 sesterces atau sekitar 3.925 jiligram pertahun.

Meski demikian, aturan tersebut tak membuat perdagangan ini kendor. Karena bagaimanapun Romawi masih membutuhkan rempah-rempah dan sutera China dalam jumlah besar, begitu juga India yang juga butuh emas yang tak kalah besarnya.

Namun, tentu saja, skala transaksi perdagangan ini tak lagi besar-besaran dan seterang-terangan saat masih dilegalkan. Hingga tahun 250 M, perdagangan ini berhenti total, seiring keruntuhan Romawi dan tak amannya jalur dagang.

Inilah yang memaksa kerajaan-kerajaan India memenuhi kebutuhan emas ini dengan mencarinya ke Asia Tenggara. Khususnya Birma, dan tentu saja nusantara yang terkenal kaya. Dari sinilah Sumatera dikenal.

Orang-orang India ini kemudian menyebutnya ”Suwarnabhumi” (tanah emas) atau Swarnadwipa (pulau) emas. Karena di pulau inilah emas semula ditambang. Lokasinya di sekitar bukit Barisan dan Jambi. Kemudian orang-orang di sini mereka sebut ”Malaya” yang berasal artinya gunung. Mengingat wilayahnya yang bergunung-ganang.

Sejak saat itu, ketergantungan India ke Nusantara sangat tinggi. Hubungan dagang pun bermula, hingga bermunculan mandala-mandala dan kerajaan-kerajaan.

Tak heran bila kerajaan maritim terkuat di Nusantara, Sriwijaya, bermula dari Sumatera, sebagaimana tertulis pada toponim-toponim (asal usul/sejarah penamaan suatu daerah/wilayah) dan jataka-jataka (kumpulan cerita tentang kehidupan-kehidupan sang Budha) dalam bahasa Sanskrit.

Daya tarik emas ini jualah, yang membuat pangeran India mengembara ke timur (nusantara) mencari kekayaan. Di antara mereka termasuk Ajisaka yang kemudian menemukan tanah Jawa.

Tidak ada komentar: