Rabu, 25 Januari 2012

Kota Manusiawi

Bagaimana reaksi Anda, ketika sedang asik berjalan di trotoar tiba-tiba datang mobil dengan kecepatan tinggi, menghambur siap menabrak Anda bagai binatang buas menerkam. Panik? Tentu saja.

Masih untung bila anda bisa menghindar. Karena baru saja kejadian, sembilan orang pejalan kaki tak sempat lagi menghindar ketika mobil Xenia menabrak mereka, hingga tewas. Peristiwa menggemparkan ini terjadi di Jakarta, Minggu (22/1) sore lalu. Hal ini kian membuktikan bahwa kota ini tak ramah bagi pejalan kaki.

Pejalan kaki atau juga disebut pedestrian ini, keselamatannya kurang terlindungi. Selain jadi sasaran kendaraan nyasar, kerap juga jadi korban kejahatan lainnya, seperti premanisme.

Hal ini terus berlanjut hingga di angkutan umum. Akibatnya, warga jadi takut berjalan kaki dan memilih naik kendaraan pribadi. Hal ini tentu akan memperparah kemacetan.

Apa yang terjadi di Jakarta ini, bisa juga terjadi di Batam dan kota-kota lain di Kepulauan Riau. Di Batam nmisalnya, pejalan kaki juga kurang diperhatikan. Coba perhatikan, sebagian besar jalan di kota Batam tak memiliki ruang untuk pejalan kaki.

Jadi bila ingin berjalan kaki di Batam pilihannya hanya dua, harus memakai tepi jalan, yang berarti rawan tertabrak pengguna kendaraan bermotor, atau memilih berjalan di pinggir yang penuh tanah dan rumput. Saat panas berdebu, saat hujan berlumpur. Hal ini tentu merepotkan.

Ini baru perhatian untuk pejalan kaki, belum l;agi bagi penyandang cacat. Sangat jauh dari kata cukup. Dengan demikian, apakah pantas kota ini dianggap sebagai kota manusiawi? Saya rasa belum.

Sebab, negara atau kota akan nyaman dan disebut manusiawi bila bisa memenuhi hak kelompok paling rentan, misalnya pejalan kaki atau penyandang cacat. Karena dari sini, semua warga akan memetik manfaatnya.

Rasanya tak terlalu tinggi bila kita berkaca bagaimana negara maju memperhatikan akan hal ini. Hong Kong misalnya, yang sangat melindungi pejalan kaki. Setiap jalan memiliki trotoar untuk pejalan kaki, penyandang cacat bahkan ada jalan khusus untuk pesepeda. Untuk membedakan dengan jalan raya, pedestrian ini ditinggikan beberapa centi dan dipagar, sehingga pejalan kaki bisa nyaman dan aman.

Di sinilah juga yang menjadi tolok ukur penting keberhasilan suatu pemerintahan kota/negara. Kuncinya sederhana saja, jika fasilitas umum di-upgrade sehingga layak bagi penyandang cacat, trotoar akan lebar, bis, kereta, pesepeda akan nyaman.

Dampaknya, kita semua akan merasa nyaman dan aman. tak ada lagi rasa takut dan was-was tertabrak saat berjalan kaki. Bila fasilitas publik dibikin nyaman - trotoar lebar dengan pohon peneduh bagai di Orchard Singapura- maka orang-orang akan berjalan kaki lagi.

Tidak ada komentar: