Rabu, 25 Januari 2012

Pasangan Gokil

”Bersulang untuk mereka yang gila. Lain. Tukang berontak. Biang onar. Aneh sendiri. Yang berpandangan beda. Yang tidak suka aturan. Yang antikemapanan. Silakan contoh mereka, bantah mereka, puji atau caci mereka. Tetapi jangan abaikan mereka. Karena merekalah agen perubahan. Merekalah yang memajukan umat manuysia. Meski kata orang mereka gila, geniuslah yang kami lihat. Karena si gila yang yakin bisa mengubah dunia... Bisa mengubah apa saja.”


Ini adalah narasi teks iklan Apple pada Juli 1997, yang dibuat Lee Chow, direktur kreatif di Chiat Day pembuat iklan hebat ”1984”. Sebagian teks iklan di atas ditulis sendiri oleh CEO Apple Steve Jobs.

Tujuan iklan ini sebenarnya ingin membangun brand image Apple, bukan sekadar menjajakan produk. Kampanye promosi ini juga bukan untuk memuji-muji kemampuan komputer, melainkan apa yang dapat dilakukan orang-orang kreatif menggunakan komputer. “Ini soal kreativitas!” ujar Jobs.

Hal ini kembali dipertegas Jobs dalam pidatonya di Macworld, dengan menambahkan frasa ”think diffrent”. ”Apple mewakili orang-orang yang berpikir di luar kelaziman yang ingin menggunakan komputer untuk membantu mereka mengubah dunia,” katanya.

”Think diffrent, crazy enough, change the world.” Tiga kalimat ini menjadi nafas Apple yang memang awalnya tercipta oleh dua ”remaja gokil” Stephen Wozniak dan Steve Jobs. Di masa mudanya, mereka suka melakukan lelucon khas anak muda untuk bersosialisasi.

Ke-gokil-an mereka, sebagai mana saya kutip dalam buku Steve Jobs by Walter Isaacson, saat kelas 12, Woz membuat metronom elektronik -alat yang berbunyi tik... tik... tik... mirip bom waktu. Dia mengambil beberapa baterai besar, merekatkannya lalu memasangnya di loker sekolah.

Kontan saja, sekolahnya gempar. Woz pun dikirim ke detensi remaja. Namun di sana dia tetap iseng, dengan mengajari tahanan cara menarik kabel kipas angin di langit-langit dan menghubungkannya ke jeruji penjara, sehngga orang-orang kesetrum ketika menyentuhnya.

Woz memang gokil, dan hal inilah yang membuatnya bertemu Steve Jobs. Adalah temannya di SMA Homestead bernama Bill Fernandez, yang mempertemukan mereka. ”Namanya Steve (Jobs). Dia suka sekali melakukan lelucon seperti dirimu, dan membuat varang elektronik seperti dirimu,” ujarnya.

Dan benar, setelah bertemu, keduanya saling cocok. ”Kami banyak sekali memiliki persamaan,” jelas Woz. ”Aku langsung menyukainya,” ujar Jobs.

Selain ketertarikan pada komputer, keduanya juga sama-sama menyukai musik.
Hingga kemudian dua "pasangan aneh" itu, menjadi perpaduan hebat antara lelucon dan elektronik. Petualangan gila mereka yang membuat terciptanya Apple.

Kolaborasi ”nakal” Jobs dan Wozniak, pertama kali terwujud ketika Woz berhasil menemukan Blue Box. Bila alat ini ditempelkan ke telepon, mereka bisa menelepon ke mana saja di penjuru dunia ini gratis dari telepon umum.

Kembali lagi, keisengan Woz muncul: dia menelepon Paus di Vatikan dengan berpura-pura sebagai diplomat top AS, pemenang Nobel Perdamaian Henry Kissinger Alfred. Untunglah, Sri Paus masih beristirahat, karena saat itu di Vatikan masih menunjukkan pukul 05.30.

Inilah tonggak penting dan bersejarah yang menjadi bentuk pola kerjasama Woz dan Jobs. Jobs menemukan ide, bahwa Blue Box tak hanya jadi sekadar alat iseng, namun bisa dijual.

Jobs-lah yang mendisain alat tersebut hingga seukuran dua tumpuk kotak kartu remi. Harga komponennya USD 40, dan Jobs menjualnya USD 150! Alat ini dia jajakan dor to dor ke asrama-asrama mahasiswa. Hingga kemudian alat pembajak telepon ini laris manis.

Ada hal yang menegangkan terjadi, ketika Jobs menawarkannya pada pengunjung restoran pizza Sunnyvale di Universitas Barkeley. Ada seorang peminat yang mengajak Jobs ke mobilnya.

Namun sampai di sana, bukannya uang yang diterima Jobs, melainkan todongan pistol tepat di perutnya. Lelaki itu, berhasil membawa kabur Blue Box. Jobs baru sadar sudah dirampok.

Petualangan gila inilah yang akhirnya membuka jalan kolaborasi mereka. Woz adalah sang ahli, dan Jobs visinya. Woz membuat penemuan luar biasa, kemudian Jobs memikirkan agar alat itu mudah digunakan, disain, pemasaran dan tentu saja, meraup labanya. ”Kalau bukan karena Blue Box, tidak akan ada Apple,” kenang Jobs.

Tidak ada komentar: