Senin, 30 Januari 2012

Desain Sederhana

Saat mengunjugi Prancis, CEO Apple Steve Jobs bersama kepala tim desainnya, Jonathan Ive masuk ke sebuah toko perlengkapan dapur. Ive memungut sebuah pisau yang menurutnya bagus. Tak lama ia letakkan kembali. Dalam sekejap kekagumannya sirna, menjadi sebuah rasa kecewa.

Hal ini juga dilakukan Jobs. Dia hanya memungut sebentar, lalu mencampakkannya di rak. Apa masalahnya? ”Kami lihat ada secuil lem di antara gagang dan bilah,” jelas Ive.

Hanya lem? Bukankah yang penting pada pisau adalah ketajaman bilahnya? Tapi menurut mereka, disain pisau yang indah tersebut telah dirusak oleh caranya dirakit. ”Kami tak suka membayangkan pisau yang dilem,” kenang Ive.

Dalam buku Steve Jobs by Walter Isaacson, disebut bahwa Ive dan Jobs, memang memerdulikan desain produk, esensi, dan perakitannya semacam ini. Menurutnya, bila ada ketiganya tak nyambung, maka bisa merusak kemurnian dan tak sejalan dengan esensi suatu perlengkapan. ”Kami berdua sependapat bahwa produk harus dibuat supaya tampak mulusdan tak bercela,” sebut Ive.

Inilah yang menjadi prinsip dasar yang diyakini keduanya. Disain kata Jobs, bukan hanya tampilan luar, tapi juga mencerminkan esensi produk. ”Desain tak hanya berarti polesan, namun roh fundamental dalam kreasi manusia yang akhirnya dituangkan pada lapis-lapis luarnya.”

Karena itulah mengapa Jobs sangat rewel pada hal-hal yang dirasa sepele dan tak dipikirkan banyak orang. Misalnya, ketika Jobs kurang berkenan pada iPad 2 sebelum diluncurkan di pasaran. Hal tersebut bukan karena fiturnya yang tak menaik dan canggih, melainkan hanya karena penutup yang digunakan untuk membungkus iPad, yang terpisah dari layarnya.

Mereka membuat bagian itu lebih tebal, padahal seharusnya tipis sesuai permintaan Jobs. Jadinya selubung itu kurang menarik di atas piranti yang mestinya tampak menakjubkan dari beragam sisi.

Inlah contoh dari hasrat Jobs akan intergrasi menyeluruh proses produksi dari awal hingga akhir. iPad 2 memang menghalami beragam perbaikan, namun semua setuju bahwa pelindung kecil nan menawan itulah yang paling disukai pelanggannya.

Dan inilah yang membuat mengapa tampilan produk Apple sangat sederhana, bersahaja, tak rumit dan neko-neko. Namun, kesederhanaan itulah yang menjadi pencapaian tertingginya. ”Butuh kerja keras untuk membuat sesuatu yang sederhana,” katanya Jobs.

Kegandrungan dan ketelitian Jobs soal disain produk ini, mengingatkan pada Kaisar China zaman dinasti Qing. Dialah Qianlong. Selama ini Kaisar Qianlong dikenal sebagai pemimpin militer yang sukses, dia melakukan ekspansi besar - besaran untuk menambah wilayah Dinasti Qing.

Di bawah kepemimpinannya, kawasan orang Turki dikuasai Dinasti Qing dan diganti namanya menjadi Xinjiang, hingga kini.

Namun di balik itu, ternyata Qianlong adalah seorang seniman yang sangat perfeksionis pada desain. Di eranya ini, sang kaisar mendedikasikan hidupnya untuk kesenian. Menurut Qianlong, hanya dengan inilah China bisa dikenang dan terjaga hingga ribuan tahun. Wajarlah saat itu, China banyak memiliki peninggalan barang seni bernilai tinggi.

Ada kalanya kaisar juga mengadakan sayembara bagi rakyatnya untuk membuat benda seni. Syaratnya harus unik, lain atau tak biasa, namun, tentu saja, indah. Bisa tulisan, maupun kerajinan tangan. Jurinya adalah sang kaisar sendiri.

Hasilnya, para seniman dan desainer berlomba membikin kerajinan maupun kesusasteraan yang bagus.

Sama seperti yang dilakukan Jobs, Qianlong sangat menyukai disain yang sederhana namun memiliki roh fundamental. Hal ini yang dia lakukan saat menilai karya seni tersebut. Ada kalanya, sang kaisar turun langsung merevisi. Misalnya menambahkan tanda baca (pada karya sastra), dan perbaikan pada benda seni hasil kerajinan tangan.

Dari ribuan hasil karya tersebut, hati Qianlong terpaut pada vas bunga yang kulit luarnya bisa berputar. Di zaman itu, dengan teknologi yang belum maju, membuat vas seperti ini rasanya sangat sulit dilakukan.

Yang kedua kaisar sangat terkesan akan ukiran perahu yang terbuat dari biji zaitun. Meski kecil namun gambaran di dalamnya sangat detil. lengkap dengan orang dan pintunya yang bisa dibuka tutup!

Namun dari semua itu, kaisar sangat terkagum-kagum akan sebuah benda seni berbentuk bola yang terbuat dari gading. Bola gading ini memiliki beberapa lapisan (bola dalam bola) yang semuanya bisa bergerak bebas. Tiap lapisnya di pahat dengan ukiran tipis, dan pada luarnya berhias beberapa naga-naga kecil nan menawan.

Hingga saat ini, belum ada yang bisa menandingi detail dan kerumitan seniman-seniman Qianlong yang kini tersimpan di National Palace Museum, Taiwan. ***

Tidak ada komentar: