Kamis, 25 April 2013

Juragan Kapal 2

Adi Lingson, Anak Batam Pencipta Kapal Lambung Datar di Indonesia (2-Habis)
Ide dari Dosen, Sabet Juara 1 Technopreneurship


"Bila saja saya tak berani maju mewujudkannya, mungkin teknologi kapal lambung datar ini tak akan dikenal orang. Ide harus diterjemahkan, bila tidak akan mengendap."

Itulah yang disampaikan Adi Lingson, anak Batam pencipta kapal lambung datar, atau flat bottom hull di Indonesia, saat berkunjung ke redaksi Batam Pos, lantai II Graha Pena Batam, Rabu (24/4) lalu.

Adi yang datang bersama General Manager Batam Pos Entrepreneur School (BPES) Lisya Anggraini tersebut menjelaskan ikhwal mula penciptaan kapal berlambung datar tersebut.

Awal ide ini tahun 2011. Saat itu Adi duduk di smester VI, di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Perkapalan Universitas Indonesia (UI), angkatan 2008-2012. Adi melanjutkan kuliah ke UI usai menamatkan pendidikan di SMA 4 Tiban, Batam.

Adalah Hadi Tresno Wibowo, dosennya saat itu yang menantang mahasiswanya untuk mewujudkan idenya membuat kapal berlambung datar. Ide ini telah lama mengendap di kepala Hadi, namun belum ada yang berani menjawab tantangannya.

Hingga akhirnya saat dia kembali mengemukakan idenya awal 2011 itu, dari puluhan mahassiawa UI, hanya 4 orang yang mau menjawabnya. Mereka adalah Adi Lingson, Sanlaruska, Muhammad Primadyah Putra, dan adik tingkatnya, Muhammad Faisal (angkatan 2009).

Kemudian empat orang ini berkumpul di sebuah kafe, untuk mewujudkan ide Hadi Tresno Wibowo. Agar fokus, merekapun sepakat membentuk grup bernama Juragan Kapal.

"Saat itu desain yang diberi Pak Hadi sangat sederhana. Hanya perahu dengan panjang empat meter," jelas alumni SMP Harmoni, Batam ini.

Untuk mengejawentahkan ide tersebut, semula mereka membuat purwarupa dari kayu (multipleks). "Saat itu kami patungan beli bahan dan terkumpul Rp7 juta," kenangnya. Namun di tengah jalan, modal itu habis. Bingunglah para "juragan kapal" itu.

Namun dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Ibarat pepatah Arab, "Man jadda wa jadda!" (siapa bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil). Empat sekawan itu kemudian mengajukan proposal ke UI Smart Enterpreneur Program.

"Proposal diterima. Kami dapat Rp24 juta untuk memulai bisnis. Inilah pendanaan pertama yang kami dapat," terang Adi yang dulu bersekolah di SD 006 Seipanas, ini.

Hingga di bulan September 2011, mereka mendapat tambahan pendanaan dari Direktorat Pendidikan Tinggi khusus mahasiswa yang ingin memulai bisnis. Akhirnya, metekapun serius berbisnis. Juragan Kapal yang semula nama grup, kami jadikan nama unit bisnis.

Usaha ini terus ditekuni, inovasi terus dilakukan di antaranya pemasangan mesin yang tak hanya ditanam, juga bisa menggunakan mesin tempel. "Kalau dari kami menggunakan mesin multiequipment diesel 27 PK," terangnya.

Selain itu, luas bidang basahnya juga disempurnakan, lebih kecil dan bentuknya aerodinamis, membuat karakter air yang melewatinya juga bagus, sehingga hambatan tak terlalu kelihatan.

Maka pembeli-pun datang. Di antaranya PT Kharisma Cipta Lugas, Depok yang membeli satu kapal pembersih dampah untuk membersihkan sampah di danau UI.

Dilanjut Koperasi nelayan Cirebon, Balongan yang membeli satu kapal nelayan, kemudian ada Rifki, pengusaha di Pulau Tidung, Pulau Seribu yang membeli satu kapal pariwisata. Terakhir ada Subdit Pembinaan lingkungan Kampus (PLK) UI, yang membeli satu kapal penyelamat.

Rata-rata kapal yang dibeli ukuran panjang tujuh meter. "Sebenarnya bila ada yang mau, kami bisa membuat yang berukuran 20-30 meter," ujarnya.

Selain terus menjalankan bisnis, Juragan Kapal tetap giat ikut beragam kompetisi bidang teknologi. Yang paling tak terlupakan saat mereka ikut Kompetisi Nasional Technopreneurship Pemuda Kementrian Riset dan Teknologi, Juli 2012, lalu.

"Saya ikut ajang ini atas dorongan mentor kami, dari UI. Saat itu daya berpikir, bisa lolos 30 besar aja sudah hebat," kenangnya.

Mereka pun bersaing dengan 333 proposal (tim) se Idonesia. Pada seleksi pertama, 333 peserta tersebut tersisa 69 tim yang kemudian ikut pelatihan bootcamp dengan pelatih dari Universitas Ciputra Entrepreneurship Centre (UCEC).

Dalam karantina selama 10 hari itulah Juragan Kapal dilatih bangaimana membangun nilai-nilai entrepreneurshop. Selanjutnya mereka diminta melakukan presentasi selama 3 menit di pan 10 juri dari beberapa kementrian.

Akhirnya Juragan Kapal berhasil menyabet juara 1 dan dapat pendanaan usaha sebenar Rp50 juta. Hingga kini, mereka terus dimentori UCEC untuk pengembangan bisnis. Yang paling penting, UCEC bisa jadi fasilitator dan pembuka jejaring bisnis. "Kami juga kerap terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang digelar Kemenristek," jelasnya.

Namun adakalanya kebersamaan itu berakhir. 20 April 2013 lalu, teman satu timnya, Muhammad Primadyah Putra keluar untuk melanjutkan studi S2 ke Jerman di bidang perkapalan. Tinggallah kini Juragan Kapal hanya diawaki Adi Lingson, Sanlaruska, dan Muhammad Faisal.

Untuk memudahkan kinerjanya, Adi merekrut satu karyawan tetap di bidang desain. Namanya Suparlan. Dan dua bulan lalu, unit bisnisnya telah berubah menjadi perseroan terbatas. Jadilah PT Juragan Kapal Indonesia yang berkantor di ruko Sentra Menteng sektor 7, Bintaro, Tangerang Selatan.

"PT wajib ada untuk memudahkan mengajukan usulan proyek, jafi tak berbenturan di kontrak," terang fans Ashton Kutcher, itu.

Setelah menjadi perusahaan, Adi berpikir keras untuk mendapatkan income tetap. Diapun punya ide menggandeng Rifki, pengusahaiwisata laut di Pulau Tidung yang membeli kapalnya, untuk join venture.

"Jadi nanti ada setoran bulanan. Kalau tak gitu, nunggu proyek doang, tak ada duit," akunya polos.

Diapun saat ini juga sibuk mengambangkan wisata laut di Pulau Seribu, dan pada Mei mendatang akan mengerjakan satu kapal nelayan kerang hijau, pesanan Dompet Duafa untuk pemberdayaan masyarakat Karang Antu, Serang, Banten.

"Selanjutnya kita akan ekspansi ke bahan alumunium, dan mengembangkan jaringan bisnis di Batam," tekadnya.

Lalu bagaimanakah nasib Hadi Tresno Wibowo, dosennya yang menemukan disain kapal lambung datar itu? "Oh, pak Hadi kami kasih royalti atas penemuannya itu," terangnya sembari menambahkan, bahwa kapal rancangannya telah dipatenkan atas nama "Kapal Plat Datar" dari Kemenristek.

Hadi sendiri, lanjut Adi, tak menyangka bahwa idenya yang hanya disain ala kadarnya, bisa diwujudkan dengan lebih baik lagi oleh Adi cs dan bisa dikembangkan dengan beragam purwarupa.

"Pak Hadi sampai heran, 'Gimana kalian bisa bikin begini?" Ya, saya jawab, 'inilah kalau anak muda yang maju, pak," terang Adi mengenang dialognya dengan sang dosen.

Inilah Adi Lingson, anak Batam yang berhasil menciptakan kapal lambung datar. "Dia masih muda dan mampu membuat terobosan tingkat nasional. Semoga hasil inovasinya ini bisa membantu transportasi kelautan Kepri, dan menginspirasi anak muda lainnya," harap GM BPES Lisya Anggraini. ***

Tidak ada komentar: