Kamis, 26 Agustus 2010

Hitam Ku

Sejak dua minggu lalu, bergumul dengan warna hitam. "Ada duka?" sahabat bertanya.

Saya melirik, dari ujung bahu, saya lihat wajah sahabat agak prihatin. "Enggak lah, Din," begitu saya memanggil.

Udin adalah sahabat lama saya. Sahabat kecil, sahabat saat kami masih bermain sabut kelapa untuk dijadikan perahu barang, atau bajak laut.

"Ah, kamu makin misterius saja," Udin tak percaya.

"Sudahlah, Din, apalah arti sebuah warna?"

"Aku tahu bagaimana kamu, Za. Kamu itu 'biru'. Bukan hitam!" ujarnya mengingatkan.

Rupanya Udin masih ingat koleksi pakaian saya yang semua berwarna biru. "Aku memang suka warna biru, Din. Rasanya lebih pe de," curhat saya kala itu ke Udin.

Terakhir saya juga baru tahu, bahwa biru itu warna ilmu pengetahuan. Pak Dahlan, Bos Jawa Pos yang berkata begitu, saya dengar dari seorang rekan di kantor.

"Ah..." saya menarik nafas, pelan namun berat.

"Hei, kok ngelamun," suara Udin menerjang alam bawah sadar saya.

"Kenapa hitam?"

"Apa karena biru-mu sudah begitu pekat, sehingga menjadi hitam?"

"Ataukah, apa karena birumu terlalu rapuh sehingga mudah terpercik warna hitam yang datang senila?"

Bertubi-tubi tanya itu, saya enggan menjawab.

Saya pun enggan mengurai jauh. Biarkanlah Udin bersetubuh dengan aneka tanyanya itu.

"Ini Din, bacalah," saya memberikan sebuah kertas, berisi sebuah tulisan tentang hitam.

Udin pun menyambar. Sesaat dia lena dengan isinya.

...hitam adalah warna yang paling dominan tapi bisa juga bermakna kegelapan, warna hitam itu membuat pemakainya tampak more powerful, berkesan elegan, penuh rahasia, dan tidak mudah terpengaruh/netral.

Hitam juga bersifat kuat, sehingga tidak mudah dikotori warna lain. Cahaya yang mengenai bidang hitam cenderung terserap maksimal.

Dalam banyak kebudayaan, hitam sering diasosiasikan sebagai hal buruk. Misalnya istilah ilmu hitam atau gelap mata. Namun ditemukan pula pengaruh positif dari penggunaan hitam seperti memperlihatkan ketegasan...

Setelah selesai, Udin pun kembali menoleh ke arah saya. Menyodorkan fakta lain.

"Tapi hitam itu warna duka cita, Za. Warna berkabung. Ada yang mati rupanya?"

"Sudahlah Din, itu pemikiran gothik abad pertengahan. Dalam Islam tak ada itu," sergah saya.

Tapi sebenarnya, kalimat terakhir Udin itu cukup menghentak. "Hitam itu warna duka cita, Za. Warna berkabung. Ada yang mati rupanya?"

1 komentar:

muhammad riza fahlevi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.