Kamis, 19 Agustus 2010

Jangan Panggil Saya Pak Wagub

Wakil Gubernur Kepri HM Soerya Respationo, punya beberapa obsesi untuk memajukan rakyat di daerah ini. Yang menarik, ternyata hingga saat ini Soerya belum punya ruang kerja. Soerya juga tak mau dipangil “Pak Wagub”. Kenapa begitu? Semua saya rangkum dalam wawancara berikut ini.


Hari ini, Kamis 19 Agustus sekitar pukul 09.00 WIB, Gubernur Kepri terpilih HM Sani dan Wakilnya HM Soerya Respationo, dilantik Menteri Dalam Negeri Gamawan Fawzi mewakili Presiden RI di Gedung Daerah Tanjungpinang.

”Bagaimana perasaan Anda jelang dilantik sebagai wakil Gubernur Kepri?” tanya saya saat mewawancarainya sebelum hari pelantikan.

Biasa biasa aja. Kan udah bukan kejutan lagi. Pleno KPU-nya (yang memutuskan kemenangan pasangan Sani-Soerya) sudah lama sekali, tanggal 9 Juni. Putusan MK (yang memenangkan pasangan Sani-Soerya atas gugatan pasangan calon Gubernur Kepri Nyat Kadir-Zul Bahri) juga sudah lama. Kini tinggal pelantikan, ya biasa-biasa aja.

Apakah ada persiapan khusus jelang dilantik?
Semua mengalir saja. Persiapan secara peraturan perundangnsaya bahwa saya harus mundur dari DPRD (Soerya sebelumnya menjabat wakil ketua DPRD Kepri 2010-2015) sudah saya lakukan. Kini tinggal nunggu gladi kotor dan gladi bersih saja.

Soal tradisi Anda mendekor ruang kerja dengan barang-barang pribadi apakah sudah dilakukan?
Soal itu belum. Karena saya belum sempat biacara sama pak Sani. Nanti setelah pelantikan saya akan bicara sama pak Sani, di mana ruang kerja saya nanti. Setelah itu baru saya atur.

Tapi yang pasti perabot berukir tetap akan dibawa?

Ya. Seperti sebelumnya, saya selalu membawa sendiri meja kerja dan kursinya. Demikian juga dengan hiasan-hiasan berupa aneka barang antik, dan benda-benda kuno.

Semua ada berapa macam?

Ada beberapa sih. Kalau disebutkan, meja kerja sekaligus kursinya saya bawa sendiri. Terus beberapa lukisan, piring-piring antik untuk penghias ruang, guci-guci antik, keramik antik (semua merupakan peninggalan dinasti Ming), meja hias, buku-buku dan tempatnya, serta beberapa hiasan lain.

Sebanyak itu, bawanya pakai apa?

Pake lori. Kan sebagian sudah ada di kantor DPRD Kepri (Tanjungpinang). Jadi tinggal dipindah saja.

Setelah dilantik akan menetap di mana? Di Tanjungpinang atau Batam?

Rencananya sih bolak-balik saja. Kalau kerja sampai malam, ya tinggal di sana (Tanjungpinang). Kalau kerja sampai sore pulang (ke Batam). Jadi kadang di Pinang, kadang di Batam.

Setelah jadi Wagub apakah Anda akan memperketat pengawalan?

Saya tidak akan pernah memperketat pengawalan. Karena, ini mohon maaf, saya sebetulnya bisa menjaga keselamatan diri saya sendiri. Hanya karena aturan protokoler saja saya dikawal. Tapi sebetulnya sih saya santai-santai saja. Di mana-mana sama sajalah. Bukan begitu? Nanti saya akan minta protokoler agar biasa-biasa saja, jangan menjauhkan saya dari masyarakat. Selain itu, saya juga akan tetap terus mengajar di program Studi magister Hukum Universitas Batam dan tetap akan membimbing tesis para mahasiswa.

Setelah dilantik, apa yang pertama kali akan Anda kerjakan?

Tentunya semua tugas-tugas wagub yang sudah diatur dalam perundangan. Tugas-tugas selanjutnya akan dibicarakan sama pak Sani. Di luar itu, saya ingin mengumpulkan para SKPD lalu memberi pencerahan untuk mengubah paradigma. Ini obsesi saya.

Saya kepingin semua pimpinan SKPD, baik kepala dinas, biro, badan, jangan lagi menganggap rakyat sebagai objek. Kita harus melihat filosofi paling mendalam, bahwa sebetulnya yang punya kedaulatan dan kekuasaan itu rakyat. Sehinga kita harus betul-betul melayani masyarakat atau rakyat. Jangan hanya sekadar slogan atau semboyan. Saya pingin mewujudkan soal ini.

Sepertinya kita penguasa, tapi sebetulnya yang punya kuasa dan daulat adalah rakyat. Kita ini hanya diberikan amanah saja. Sehingga konsekwensi logisnya, rakyat jangan diperlakukan sebagai obyek, tapi subyek.

Obsesi saya lainnya, soal kedisiplinan, dan mengubah struktur APBD sehingga betul-betul menjadi pro rakyat. Contohnya, belanja aparatur semakin lama semakin kecil dan belanja publik semakin lama semakin tinggi. Itu baru namanya anggaran pro rakyat.

Apakah selama ini tidak demikian?

Selama ini kesannya masih lebih tinggi belanja aparatur. Jadi nanti harus ada penghematan-penghematan dan pengurangan pengeluaran, sehingga mendekati prosentase keseimbangan ideal. Nah kalau sudah seperti itu, artinya kita betul-betul memperhatikan publik.

Soal reshuffle bagaimana?

Soal ini saya dan pak Sani sama sekali belum menyinggung. Tapi reshuffle itu tetap perlu untuk penyegaran, namun sampai sekarang belum dibahas. Mungkin nanti setelah pelantikan kita bicarakan.

Soal status istri Anda, Rekaveny. Apakah akan tetap duduk di DPRD Batam, atau akan mendampingi tugas ”ke-wagub-an” Anda nanti?

Karena dia mendapat tugas dari partai (PDIP) di DPRD, ya dia tetap di sana. Tapi saat acara resmi, kita akan minta izin ke DPRD untuk mendampingi. Membagi waktu-lah. Namun, ini untuk lucu-lucuan, Veni saya larang untuk menerima ”lamaran” menjadi calon wakil wali kota Batam. Sejauh ini senarnya sudah ada yang melamar, tapi saya tak mau sebut namanya. Pokoknya saya melarang Veni ”dilamar” menjadi calon wakil wali kota maupun dicalonkan sebagai wali kota Batam. Tapi sebagai anggota DPRD, itu adalah tugas partai, ya biarin aja.

Kenapa dilarang?

Emang ini dinasti, semua suka-suka kita? Memang banyak (calon wali kota Batam) yang pengin berpasangan sama Veni. Tapi saya larang. Saya menimbang integritas pribadi dan keluarga saya, nanti dicap serba mau. Aji mumpung-lah istilahnya. Dari sini saya hanya ingin memberikan contoh politik yang bagus pada masyarakat Kepri dan Batam, bahwa walaupun saya wakil gubernur dan ada jalan bagi Veni untuk ke wakil wali kota, tapi saya akan minta agar Veni memberikan kesempatan pada kader lainnya.

Beralih ke soal selanjutnya, saat menjabat nanti bagaimana cara Anda mendekatkan diri pada masyarakat?
Saya tak menerapkan formalitas berlebihan dan tetap seperti yang dulu. Saya akan tetap ”keluyuran” ke mana-mana untuk belanja masalah. Termasuk berteman dengan teman saya selama ini. Inilah satu-satunya cara paling efektif untuk menyerap permasalahan masyarakat, dibandingkan dengan forum-forum resmi semacam Musrenbang. Belanja masalah secara keseharian, itu lebih riil dan lebih konkret untuk mengetahui masalah masyarakat dari pada mendengarkan musrenbang.

Kalau musrenbang bisa benar, bisa juga direkayasa. Tapi kalau sehari-hari kita terjun langsung ke masyarakat, maka kita menjadi tahu persis apa yang menjadi permasalahan, dan karakteristik suatu daerah atau tempatan.

Sedikit ke belakang, saat masa kampanye kemarin, apa pengalaman Anda yang cukup berkesan hingga akhirnya Anda meraih kemenangan?

Yang paling berkesan, saat saya dipusingkan oleh pergeseran pencalonan saya, dari semula membidik wali kota Batam beralih ke wakil gubernur Kepri. Padahal selama beberapa tahun, saya sudah terlanjur sosialisasi ke seluruh masyarakat Batam, baik tingkat pengusaha, pelaku ekonomi, hingga grassroot. Intinya saya mohon doa dan restu dan dukungan mencalonkan diri menjadi wali kota Batam.

Maka itu, saat tiba-tiba dalam waktu yang singkat saya harus mengubah rencana ini, sementara masyarakat Batam sudah mengetahui bahwa saya siap maju ke wako Batam, tentu membuat saya pusing. Menggeser pencalonan ini cukup memakan waktu dan energi, khususnya saat menjawab pertanyaan orang-orang yang saya mintai dukungan itu.

Berbicara soal hubungan Anda dengan pers, apa yang akan Anda lakukan bila suatu saat ada berita yang menyudutkan kebijakan Anda?

Intinya saya tak akan mau konflik dengan pers, tapi kalau pers mau ngajak konflik dengan saya, itu namanya kebangetan, ha ha ha. namun bila suatu saat nanti ada yang memelintir, saya hanya akan mengimbau mereka agar kembali ke jalan yang benar. Tapi saya tetap tak akan pernah mau berselisih dengan pers. Saya rasa teman-teman (wartawan) sudah tahu gaya saya, ya saya harap apa adanya ajalah. Harus tetap friend, ha ha ha.

Apa Anda tak ingin mengikuti jejak kepala daerah lain, bila kecewa dengan pers langsung menjelek-jelekkan wartawan dan media yang bersangkutan di forum resmi?

Ah ngapain. Kalau saya paling ngomong langsung, ”Temen-temen kembalilah ke jalan yang benar.” Paling gitu. Hanya pejabat bodohlah yang mengajak musuhan dengan pres. Ini menurut saya ya, pers harus dirangkul. Tapi kalau sampai kita dipelintir-prlintir, saya akan ngomong, ”Teman-teman pers, kembalilah ke jalan yang benar.” Iya kan?

Benar begitu? Apa malah nanti Anda tak akan tergiur mengerahkan massa ke kantor media bersangkutan? Kan selama ini Anda terkenal memiliki massa yang loyal dan militan?

Saya termasuk orang yang ingin mengerahkan diri sendiri saja. Saya tak akan pernah berinisiatif untuk mengerahkan massa saya. Saya hanya akan mengerahkan massa saya untuk hal-hal yang benar dan kebenaran. Tapi kalau rakyat yang merasa simpati atau apa, itu hak mereka.

Kalau misalnya saya korupsi atau manipulasi, lalu ditulis oleh perss, ya saya tak akan pernah mengerahkan massa saya. Kalau karena berita itu mereka mendatangi kantor media yang bersangkutan, maka akan saya imbau agar mundur. Saya akan bilang bahwa pres tak salah. Saya jamin itu. Tapi kalau saya tak berbuat kesalahan tapi malah dirugikan dan lain sebagainya, itu hak mereka untuk bergerak.

Ini yang terakhir. Setelah dilantik, bagaimana nanti masyarakat memanggil Anda? Pak Wagub, Mas Wagub, Romo Wagub, atau Mas Soerya, saja?

Panggil seperti yang biasanya saja, ”Mas Soerya”. Tapi kalau mau manggil ”Romo, Mas Wagub, atau Romo Wagub,” juga tak masalah. Tapi jangan panggil saya ”Pak”.

Kenapa?

Ya, kita tak pernah dipanggil ”Pak,” kan? Biasanya dipanggil ”Mas” atau ”Romo”, ha ha. Biarlah nanti yang muda-muda manggil ”Mas” saja. Ha ha.

Penutup, apa ada yang mau disampaikan pada masyarakat Kepri?

Karena Insyaallah tanggal 19 Agustus saya akan dilantik sebagai Wagub kepri oleh Mendagri atas nama presiden, saya mohon doa dan restu dari seluruh masyarakat Kepri dan Batam, mudah-mudahan bisa melaksanakan amanah ini dengan baik dan benar hingga sampai tujuan, yaitu menyejahterakan rakyat Kepri.

Tidak ada komentar: