Jumat, 22 Mei 2009

Plih Harta atau Ilmu (1)

”Aku lebih senang mempuyai musuh yang cerdik dari pada memiliki sahabat yang bodoh!”
Ali bin Abi Thalib.

Suatu ketika sahabat Rasulullah Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib ditanya oleh seseorang. ”Wahai Ali, jika anda disuruh memilih antara ilmu dan harta, mana yang akan anda pilih?”

Dengan mantap Ali menjawab, ”Tentu saja aku pilih ilmu.”
”Mengapa engkau memilih ilmu?”
”Sebab, setidaknya ada tiga kelebihan ilmu dibandingkan dengan harta,” jawab Ali.

Lebih rinci Ali menjabarkan, pertama ilmu bila diberikan pada orang lain, maka akan bertambah, sedangkan harta pasti berkurang. Kedua ilmu akan selalu menjaga kita, sedangkan harta, kita yang harus menjaganya.

Ketiga, ilmu tidak akan pernah bisa dicuri atau dirampas dari diri kita, kecuali bila kita memberikannya secara suka rela. Sedangkan harta, bisa hilang karena dicuri atau dirampas orang lain meskipun kita tidak rela memberikannya.








Sungguh luar biasa dedikasi Ali akan ilmu pengetahuan ini. Tak heran bila kualitas dan kuantitas keilmuan yang dimilikinya lebih dari sahabat lainya. Sampai-sampai Nabi Muhammad mengatakan, ”Akulah kota ilmu, sedangkan Ali adalah pintu masuknya.”

Semangat menimba ilmu inilah yang kala itu terus menggelora di benak generasi Islam, hingga akhirnya dari Andalusia (sekarang Spanyol) cendekiawan muslim berhasil mencapai zaman keemasan di bidang ilmu pengetahuan di era 711 M.

Beragam ilmu pengetahuan ditemukan, mulai ilmu agama Islam, kedokteran, filsafat, arsitektur, biologi, ilmu hisab, ilmu hukum, sastra, ilmu alam, astronomi, dan lain sebagainya.

Wajarlah, Andalusia kala itu, menjadi pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad.






Banyak bangsa-bangsa di Eropa berdatangan ke Andalusia untuk mempelajari berbagai Ilmu pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol, dengan mempelejari buku-buku buah karya cendekiawan Andalusia baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.

Di masa itu, muncul nama-nama ilmuan yang terkenal, seperti Ibnu Thufail (1107-1185/ahli filsafat, hukum, pendidikan, dan kedokteran), Al-Idrisi (1100 M/ ahli Geografi penulis Buku Roger, salah satu buku yang menjelaskan tentang peta dunia terlengkap, akurat, serta menerangkan pembagian-pembagian zona iklim di dunia.

Selain itu ada Ibnu Baitar (1190-1248/ ahli botani yang karyanya dijadikan sebagai standar referensi hingga abad ke-16. Ada pula Ibnu Bajjah (1082-1138/ahli matematika, fisika, astronomi, kedokteran, filsafat).

Yang paling terkenal adalah Ibnu Rusyd (1126-1198). Lidah barat menyebutnya Averroes. Ibnu Rusyd adalah seorang ahli hukum, ilmu hisab (arithmatic), kedokteran, dan ahli filsafat terbesar dalam sejarah Islam.

Karya besar yang di tulis oleh Ibnu Rusyd adalah buku Encyclopaedia of Medicine, yang pernah di terjemahkan kedalam bahasa Latin pada tahun 1255 oleh Bonacosa, kemudian buku ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan nama General Rules of Medicine sebuah buku wajib di universitas-universitas di Eropa.

Banyak lagi karya besar Ibnu Rusyd. Doktrinnnya (disebut Averoism) mampu mempengaruhi masyarakat non muslim baik barat maupun timur, seperti halnya Maimonides, Voltiare dan Jean Jaques Rousseau.

Sehingga boleh dikatakan bahwa Eropa seharusnya berhutang budi pada Ibnu Rusyd, karena paham Averoism inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal kemunculan renaissan di Eropa.










Ada juga Ibnu Zuhr (1091-1162) atau Abumeron dikenal pula dengan nama Avenzoar yang lahir di Seville adalah seorang ahli fisika dan kedokteran beliau telah menulis buku The Method of Preparing Medicines and Diet yang diterjemahkan kedalam bahasa Yahudi (1280) dan bahasa Latin (1490) sebuah karya yang mampu pengaruhi Eropa dalam bidang kedokteran setelah karya-karya Ibnu Sina, Qanun fit thibb atau Canon of Medicine yang terdiri dari delapan belas jilid.

Selanjutnya Ibnu Arabi (1164-1240), dikenal juga sebagai Ibnu Suraqah, Ash-Shaikhul Akbar, atau Doktor Maximus yang dilahirkan di Murcia (tenggara Spanyol).

Pada usia delapan tahun tepatnya tahun 1172 ia pergi ke Lisbon untuk belajar pendidikan Agama Islam yakni belajar Alquran dan hukum-hukum Islam dari Syekh Abu Bakar bin Khalaf.

Setelah itu ia pergi ke Seville salah satu pusat Sufi di Spanyol, disana ia menetap selama 30 tahun untuk belajar Ilmu Hukum, Theologi Islam, Hadits, dan ilmu-ilmu tashawwuf (Sufi).








Karyanya sungguh luar biasa, konon Ibnu Arabi menulis lebih dari 500 buah buku, sekarang di perpustakaan Kerajaan Mesir di Kairo saja masih tersimpan 150 karya Ibnu Arabi yang masih ada dan utuh.

Diantara karya-karyanya adalah Tafsir Al-Qur’an yang terdiri 29 jilid, Muhadaratul Abrar Satu jilid, Futuhat terdiri 20 jilid, Muhadarat 5 jilid, Mawaqi’in Nujum, at-Tadbiratul Ilahiyyah, Risalah al-khalwah, Mahiyyatul Qalb, Mishkatul Anwar, al Futuhat al Makiyyah yakni suatu sistim tasawwuf yang terdiri dari 560 bab dan masih banyak lagi karangan-karangan hasil pemikiran Ibnu Arabi yang mempengaruhi para sarjana dan pemikir baik di Barat maupun Timur setelah kepergiaanya.

Ibnu Arabi dengan nama lengkapnya Syekh Mukhyiddin Muhammad Ibnu ‘Ali adalah salah seorang sahabat dekat Ibnu Rusyd. Ia sering berkelana untuk thalabul ‘ilmi (mencari ilmu) dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya seperti ke Maghribi, Cordova, Mesir, Tunisa, Fez, Maroko, Jerussalem, Makkah, Hejaz, Allepo, Asia kecil, dan Damaskus hingga wafatnya disana dan dimakamkan di Gunung Qasiyun.








Selain itu, dari Persia (sekarang Iran), muncul Muhammad bin Mu-sa Al Khwarizmi, penemu algoritma dan teori Aljabar. Algoritma merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah, sedangkan Aljabar adalah ilmu dasar matematika.

Selain ahli matematika, lelaki yang lahir sekitar tahun 780 di Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850, juga seorang ahli astronomi, astrologi, dan geografi.

Penemuan ilmuan yang di Barat dipanggil Algorizm, inilah yang menjadi cikal bakal ilmu-ilmu modern dan dikemudian hari berkembang dan menumbuhkan ilmu-ilmu baru matematika modern, seperti goneometri, analitika, stereometri, linier programming, operation research, dan berbagai ilmu untuk memecahkan berbagai masalah.

Puncaknya adalah penemuan komputer yang sanggup memecahkan persoalan rumit dalam waktu singkat, yang dengan alat-alat zaman dulu mungkin diperlukan beberapa puluh tahun untuk memecahkan persoalan tadi.









Negeri lain masa kini, yang maju pesat karena menomor satukan ilmu pengetahuan ini adalah Jepang. Hanya dalam jangka 19 tahun setelah diluluh-lantakkan bom atom, negeri ini bangkit menjadi negara maju.

Rahasia terbesar mereka, selain konsep pemikiran kaizen dan semangat bushido, karena pasca pengeboman tersebut, kaisar saat itu bertanya ”Berapa guru yang tersisa.”

Kenapa guru? Kenapa bukan yang lain? Karena guru adalah simbol ilmu pengetahuan pendidikan. Sang kaisar yakin, dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan inilah, Jepang bisa bangkit dengan cepat.

Semangat ini sudah lama ditanamkan pendahulu mereka, setelah berakhirnya zaman Edo, tepatnya setelah Kaisar Meiji naik tahta dan melakukan penataan ulang. Gebrakan ini selanjutnya dikenal dengan sebutan restorasi Meiji atau modernisasi Jepang di bawah kaisar Meiji (1866-1869).

Tidak ada komentar: