Selasa, 13 Desember 2011

Kota Baru

Pada minggu lalu saya mengupas tentang kota-kota kuno yang didirikan dengan landasan utamanya sistem kepercayaan.


Ada studi yang mengatakan, kala itu manusia memegang teguh kepercayaan bahwa manusia adiguna adalah yang mampu menguasai tiga alam, yakni alam bawah tanah, alam dunia, dan alam atas (langit).

Karenanya, perlunya sistem kepercayaan yang kuat yang dipimpin oleh manusia adiguna tersebut, sehingga kota dan penduduknya bisa selamat dan sejahtera.

Berbeda dengan kota-kota yang dibangun di zaman moderen ini, di mana landasan utamanya tak lagi sistem kepercayaan atau agama, tapi beralih pada ekonomi. Bahkan lebih ekstrem lagi, memisahkan antara kepercayaan dan negara. Hal ini dikenal dengan sebutan sekularisme.

Bila dulu sistem kepercayaan yang mengatur negara, saat ini negaralah yang mengatur sistem kepercayaan. Negara diatur berdasar keragaman, yang bebas dari intervensi hukum dari kepercayaa atau agama yang dianut masyarakat.

Alasannya, karena kota-kota abad ini, merupakan pusat pertemuan berbilang kaum, kian majemuk, yang di dalamnya terdiri dari manusia-manusia bebas menentukan hak azazinya. Manusia yang berprinsip liberté, égalité, fraternité (merdeka, setara, dan bersahabat) yang menempatkan agama di ruang privat.

Hal ini bisa dilihat dari hasil survei kota-kota paling berpengaruh di dunia yang diraih (mulai dari peringkat atas) New York, London, Tokyo, Paris, Hong Kong, Chicago, Los Angeles, Singapura, Sydney, dan Seoul, tak lagi menempatkan keterlibatan agama sebagai salah satu kategorinya.

Sebagaimana dilansir majalah National Geographic,kota-kota paling berpengaruh ini didasarkan pada skor dalam lima bidang kunci. Yaitu, keterlibatan politik, budaya, pertukaran informasi, sumber daya manusia dan aktivitas bisnis.

Uraiannya sebagai berikut: Keterlibatan Politik: mengukur pengaruh pada kebijakan global. Termasuk kedutaan besar, kelompok pemikir, organisasi global.

Keterlibatan Budaya: faktor apresiasi budaya di museum, acara olahraga besar, sajian kuliner, dan tempat untuk seni pertunjukan.

Keterlibatan Pertukaran Informasi: Mempertimbangkan jumlah biro berita asing dan pengguna broadband, dan tingkat penyuntingan informasi.

Keterlibatan Sumberdaya Manusia: mengukur keragaman melalui besarnya penduduk yang lahir di luar negari, pencapaian pendidikan, kualitas pergurun tinnggi.

Keterlibatan Aktivitas Bisnis: meliputi jumlah kantor pusat perusahaan dalam senarai Fortune Global 500 dan volume perdagangan.

Dari sini bisa dilihat, bahwa kota adalah ruang bebas, pertemuan antara Barat-Timur, kapitalis-komunis, agamis-atheis. Hanya satu yang menyatukan mereka: uang.

Kota saat ini dibangun dengan prinsip: kemakmuran rakyat akan naik, bila salah satu syarat pokoknya, ekonomi, harus tumbuh juga merata. Bukan kepercayaan atau agama.

Keberagaman warga kota ini, didorong oleh kian tingginya tingkat pendidikan, keleluasaan informasi, serta beragamnya profesi masyarakat di kota tersebut. Kota moderen yang maju tak lagi bergantung pada satu sumber nafkah, namun sudah beragam.

Seperti diketahui, dulu kemunculan kota-kota baru bersandar pada hasil alam. Itulah mengapa umumnya kota-kota bahkan negara yang ada dunia, letaknya selalu berada di pesisir pantai, atau tepian sungai, seperti Mesir, Mesopotamia, dan India.

Hingga kemudian era agraris bergeser ke era industri, perdagangan mulai tumbuh seiring ditemukannya jalur-jalur perdagangan baru yang menghubungkan antara Barat dan Timur. Dari sini, bermunculanlah kota-kota yang tak memiliki sumber daya alam, namun bisa makmur dengan memanfaatkan persinggahan kafilah atau kapal dagang.

Salah satu contohnya adalah Hijaz (kini Arab), khususnya di Bakka (sebelum disebut Mekah), adalah daerah tandus namun makmur menjadi transit kapal dagang dari dua negara super power, Byzantium (Romawi Timur) dan Persia, ke India, atau kafilah dagang dari Syam (Syiria) di utara, ke Yaman di Selatan.

Konsep inilah, yang kini juga diterapkan oleh pendiri Singapura dan Hong Kong. Kota tandus dengan sumber daya alam tak berlimpah, namun menjadi negara kota yang makmur.

Tidak ada komentar: