Sabtu, 08 Agustus 2009

Meraih Mimpi Mike Wiluan

Meraih Mimpi film animasi musikal 3D pertama karya anak bangsa, sudah selesai dikerjakan. Pemutaran perdana (premiere) film ini akan dihelat pada Rabu (12/8), di Turi Beach Resort Batam, yang juga menjadi markas studio Infinite Frameworks selaku perusahaan yang memproduksi film ini.


”Judul asli film ini adalah Sing to the Dawn. Biaya produksinya menelan biaya 5 juta dolar AS. Kalau di Amerika bisa menelan 50 juta dolar AS,” ujar Owner Citra Group Chris Taener Wiluan, saat ditemui Batam Pos di Taming Sari Cafe, Turi Beach Resort Sabtu (8/8) sore lalu.

Film ini sebenarnya diangkat dari buku berjudul sama Sing to the Dawn, karya penulis Singapura yang tinggal di New York. Buku yang ditulis pada tahun 1917 itu memang menjadi buku teks wajib bagi siswa sejak SD di Negeri Singa tersebut.

Film ini berkisah tentang usaha empat perempuan desa di Thailand mendobrak tradisi desa mereka yang melarang anak perempuan ke luar rumah mencari sekolah. Tidak seperti anak laki-laki, perempuannya tugasnya hanya kawin, punya anak-anak, dan memelihara mereka.

Semula, Sing to the Dawn diproyeksikan untuk Internasional, namun tidak menghilangkan Indonesia sebagai target pasar. Agar lebih ”meng-Indonesia.” judul film ini diganti Meraih Mimpi dan disortir Kalyana Film Shira Film, pimpinan Nia Dinata.






cuplikan dalam film animasi Meraih Mimpi




Tak tanggung-tanggung beberapa artis didapuk untuk mengisi suara film hasil kerja sama Infinite Frameworks (90 persen) dan pemerintah Singapura (10 persen) ini, seperti Gita Gutawa, Surya Saputra, Shanty, Uli Herdinansyah dan lainnya.

Infinite Frameworks sendiri dikendalikan putra Chris Wiluan, Mike Wiluan. Perusahaan ini berbasis di Singapura. Melihat animasi selalu menjadi komponen dari bisnis kreatif ini, jadi Mike memutuskan membuat studio animasi di Batam. Namanya Infinite Framework Studios.

Dari sini, Mike ingin menjadikan sebagai basis industri animasi. Yang menarik, semua SDM di studio yang diluncurkan pada 2006 lalu, adalah putra Indonesia. Sementara di Singapura, lebih orientasi ke post production.

Untuk mengkoordinir studio di Batam ini, Mike merekrut Daniel Haryanto, animator kawakan Indonesia. Mike juga menggandeng Phil Mitchel, pemilik Mainframe Entertainment, Kanada yang sudah berpengalaman selama 20 tahun di dunia animasi TV Commercial dan film, serta lima pentolan animasi lain dari Amerika dan Inggris.

Naluri lelaki lulusan Film Production, London, menggeluti animasi ini sangat tepat, sebab saat ini tren investasi di bidang animasi saat ini sedang mengarah ke Asia, karena Asia memiliki biaya produksi yang lebih rendah.

Di negara seperti India dan China, saat sudah berdiri sekitar 400 studio animasi. Semuanya berkembang sangat pesat.

Saat wawancara berlangsung, sebenarnya Chris mengajak Batam Pos mengunjungi studio Infinite Frameworks. Namun sayang, markas kerja animator-animator unggul di Indonesia itu sudah tutup, maklumlah hari jkian sore pukul 17.00.














“Ya sudah, nanti saya undang primeire-nya di bawah, tanggal 17 (Rabu) malam,” ujar Chris pada Batam Pos. Kata “bawah” yang dimaksud Chris adalah hall Turi Beach Resort, yang kebetulan letaknya di bawah dari tempat kami wawancara.

Dari raut wajahnya, Chris sangat bangga akan proyek putranya ini. Menurutnya, ini membuktikan bahwa putra Indonesia juga bisa berbicara di kancah Internasional. Tak kalah dengan negara-negara maju.

“Salah satu kekuatan kita adalah, nilai seni kita tinggi, termasuk juga dalam membuat film animasi,” ujar oleh majalah Forbes dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia, dengan harta menyentuh 105 juta dolar AS tersebut.

Menurutnya, saat ini dunia perfilman dunia sangat bergantung pada teknologi animasi. “Jadi sekarang tak musim lagi adegan kolosal melibatkan banyak pemain. Karena semua sudah bisa digantikan dengan animasi,” jelas pengusaha yang sukses berbisnis perminyakan, gas, dan bahan kimia itu.
















Karena itulah dia sangat mendukung usaha putranya berkecimpung di dunia film animasi ini. Bahkan, tak tanggung-tanggung, Chris membuka kesempatan kepada para animator tanah air untuk bergabung di proyek bidang computer graphic berskala internasional ini.

“Saya kumpulkan anak-anak berbakat di Indonesia untuk bergabung,” jelasnya. Sekadar diketahui pula, tawaran tersebut gencar dilatangkan via iklan media cetak nasional bahkan mailing list.

Semula animator di Infinite Frameworks Studios hanya puluhan saja. Namun seiring banyaknya produksi, jumlah anomator di sini terus bertambah.






mike wiluan

Tidak ada komentar: