Jumat, 08 Juli 2011

Kolom Tentang ATB

Tak ada yang sanggup bikin galau masyarakat se kota Batam, selain berita tentang kenaikan harga. dan yang jadi trending topic kali ini adalah rencana kenaikan tarif air PT ATB sebesar 6,5 persen.


Seperti yang sudah-sudah, berita ini selalu jadi pembahasan utama di warung warung. Dari pagi ke petang tema talkshow-nya selalu sama, ”kenaikan air dan dampaknya bagi harga barang jelang Ramadan.”

Wah, pembicaranya pun beragam. Di sini mereka kadang memposisikan diri sebagai pakar atau pengamat, ya... meski kadang tak ada bedanya juga dengan tukang ramal.

Untuk mendukung argumennya ini, masing-masing melengkapi data disertai bumbu dan spin atau pelintiran, mulai politik hingga punya kenalan pejabat.

Tapi, namanya juga obrolan warung-an, tentu data yang dipapar umumnya berdasar asumsi. Rumusnya hanya ”5 K 1 H” (katanya, katanya, katanya, katanya, katanya lalu habis).

Tapi bukan berarti mereka mengumbar kebohongan, karena rakyat kecil tak bisa berbohong, hanya pemerintahlah yang kadang mampu berbohong. Data mereka cuma perlu pembuktian. Itu saja.

Syahdan, pada Jumat (8/7) lalu, talkshow ”kenaikan air dan dampaknya bagi harga barang jelang Ramadan” ini, singgah jua di warung lontong sayur favorit saya, di Marchellia, Batam Center. saat itu, ada tiga pembicara, masing-masing duduk di meja terpisah.

Talkshow jadi meriah, karena kadang tukang lontongnya yang notabene perempuan, juga ikut nimbrung dengan celetukan-celetukan hangat. Sementara saya, hanya menjadi pendengar yang baik, layaknya penonton talkshow di televisi. Berlagak tak tertarik, sambil ngunyah lontong sayur pujaan.

”Wadhuuuh, ini aer mau naek, bentar lagi katanya gas mau naek. Pusing tenan,” seru si tukang lontong, dengan logat Jawanya.

Ibarat pemain bola, tiga pembicara itu berebut nyamber omongan si tukang lontong. ”Itulah negara kita. Cobalah tiru Malaysia. Semua mereka subsidi, jadi rakyat bisa hidup tenang,” ujar Pembicara 1 yang berkumis itu.

”Lha mau gimana lagi, kalau air ATB naik, kita tetap saja tak bisa berhenti langganan. Lha wong kita memang butuh air, kok,” samber Pembicara 2.

”Wah, kalau begini rakyat bisa kudeta!” ujar Pembicara 3. Entah apa maksud dan hubungannya antara kenaikan tarif air dengan kalimat keramat itu.

Selanjutnya talkshow beralih ke pembicara 1, sementara si tukang lontong, yang mencetuskan topik kenaikan tarif ini, malah sibuk melayani pembeli yang dandanannya rata-rata acak adul, maklum baru bangun tidur dan berwajah cemberut karena didera lapar.

Menurut Pembicara 1, tak apa air naik asal transparan. ”Nah bener tuh. Penghitungan tarif harus jelas, jangan bikin bingung,” kata Pembicara 2.

Selanjutnya, Pembicara 2 yang tampaknya mulai mendominasi jalannya talkshow, mulai membeber (tapi kok mirip curhat) ”studi kasus” soal penagihan tarif air yang menurutnya tak transparan.

Dia mengaku, pernah bulan lalu tagihan airnya naik hingga 50 persen. Kemudian dia hantar keluhan ke ATB. Lalu dengan tangkas, datanglah petugas meter mengecek dans eterusnya. Hasilnya ditemukan tak ada kebocoran jaringan dan sebagainya. Meter juga tak perlu dikalibrasi atau diganti, karena masih bagus.

Yang mengejutkan, berdasar data komputer kantor ATB, pemakaiannya normal. ”Tapi kenapa bisa naik ya?” tanyanya.

Nah, jadilah pertanyaan ini disamber Pembicara 1 dengan sumsi-asumsi yang saya rasa tak usah dibeber di sini. Panjang juga Pembicara 1 yang berkumis lebat ini mengulas, tanpa memperhatikan beban bibirnya yang menggendong segepok kumis di atasnya.

Sementara Pembicara 3 hanya diam. Entah sudahb kehabisan ide, atau memikirkan hal lain. Atau bisa saja dia sudah tak selera berbicara, karena sedari tadi selalu dipotong oleh Pembicara 1 dan Pembicara 2 yang terkenal agresif dengan didukung suara yang lantang itu.

Hingga di sini, saya tak mengikuti lagi akhri talkshow tersebut. Saya memilih pulang. namun selama perjalanan, saya terngiang omongan mereka sambil bergumam sendiri. ”Huh, ingin rasanya berhenti langganan ATB, tapi apa iya sanggup hidup tanpa air?”

Ah, hidup tanpa air? Yg benar saja. Tubuh kita 70% air, jantung 72% air, otak 82% air. Bahkan kuman akan mudah menyerang bila kita tak mandi. karena itulah air penting, dan pengelolaannya diatur negara. Tapi tetap muaranya untuk kepentingan rakyat.

Silakan kelola air, silakan ambil untung, ngajak orang Inggris pun boleh, asal harus tetap transparan. Naik 6,5 persen itu pastinya kalau di rupiahkan jadi berapa? Ngitungnya bagaimana? Karena kenaikan tarif air ini biasanya berbeda antara 10 meter kubik pertama dan selanjutnya.

Silakan berperinsip no pain, no gain... asal jangan sampai you gain, is my pain. ***

Tidak ada komentar: