Sabtu, 23 Juli 2011

Menertawakan Nasaruddin Hoja

Saya tak akan latah menganalisa kisah mantan bendahara partai Demokrat, M Nazaruddin yang kini lari bersembunyi entah di mana, yang kisahnya menjadi trending topic di internet, televisi, warung kopi, hingga warung lontong sayur favorit saya di Marchelia, Batam Center. Saya hanya akan mengurai kisah tokoh sufi ternama dunia, Nasruddin Hoja.


Sebenarnya sempat terpikir juga, apakah Nasruddin Hoja yang menjadi inspirasi orang tua Nazaruddin sehingga memberi nama putranya seperti itu? Bisa jadi orangtua Nazaruddin berharap anaknya bisa menjadi orang yang lurus dan baik. Sebagaimana Nasaruddin Hoja yang zuhud.

Zuhud artinya orang yang tak kemaruk harta. Bisa jadi orang zuhud juga berharta di tangan, tapi tidak di hatinya. Hingga mudah baginya menggunakan kekayaannya untuk masyarakat dan golongan yang memerlukan. Namun, apa yang kita lihat pada Nazaruddin berbeda jauh dengan Nasruddin Hoja, dan tentu saja sufi agung ini tak bisa dibandingkan dengan Nazaruddin.

Selain Abu Nawas tokoh Baghdad zaman Khalifah Harun Al Rasyid, dunia juga mengenal Nasruddin Hoja dengan humor-homornya yang jenaka. Nasruddin lahir di 776 Hijriyah atau 1372 Masehi, di Anatolia, Turki. Dia menghabiskan hidupnya dan wafat Koya, Turki, 838 Hijriyah atau 1432 masehi.

Kota Konya ini juga menjadi kota asal sufi Jalaluddin Rumi. Berbeda dengan Rumi yang dikenal sangat serius dengan rubaiyat-rubaiyatnya, Nasruddin menawarkan jalan kearifan yg jenaka.

Nasruddin yang dikabarkan bermazhab Hanafi ini, hidup di awal abad 14-15, akhir dinasti Abbasyah, Baghdad. Kisah-kisahnya sudah banyak dibukukan dan tersebar ke seluruh dunia. Saya sendiri kenal kisah-kisah Nasruddin ini sejak SMP.

Popularitas Nasruddin mulai bersinar memasuki abad 16, karena diangap membawa angin segar bagi masyarakat yg bosan pada segala hal yg formal dan kaku. Cerita pertama Nasruddin ditemukan dalam Ebu'l-Khayr-i Rumis Saltuk-name (1480). Yg menarik anekdot ala Nasruddin tak sekadar humor an sich, namun juga menyimpan kearifan, kaya akan pesan moral dan mencerahkan. Dia mengajar, tapi tak menggurui.

Simak saja saat dia berkata, bahwa apa yang diciptakan Allah telah disesuaikan bagi manusia. Orang yang mendengar pun bertanya, apa contohnya? Nasruddin berkata, ”Lihat saja sapi. Bayangkan bila mereka bisa terbang, nanti atap rumah kita bisa runtuh karena tiap pagi mereka bertengger di sana,” jelasnya.

Atau ketika suatu hari Nasruddin kebingungan mencari jarumnya yang hilang. Saat ada yang bertanya, dia bilang barang tersebut hilang di dalam rumah. Namun terpaksa dia cari di luar, karena di dalam rumahnya gelap.

Sepintas kisah ini membuat kita tertawa, meski sebenarnya maknanya sangat dalam. Menurut Gede Prama, maksud dari huimor Nasruddin tersebut menggambarkan perjalanan manusia mencari kebahagiaan dan keindahan.

”Sering kali kita mencarinya di luar dan tidak mendapat apa-apa. Sedangkan daerah tergelap dalam mencari kebahagiaan dan keindahan, sebenarnya adalah daerah-daerah di dalam diri,” ujar motivator ini.

Demikianlah. Humor Nasruddin juga memuat perilaku dan jalan ke makam makrifatullah. Karena itulah, kisah Nasruddin menjadi materi utama dalam pengajian sufi. Juga sarat akan sindiran dan kritik pada tiran dan kekuasaan, ketimpangan sosial dan egoisme.

Nasruddin merupakan simbol keberanian dan ikon Turki. Juga menjadi nama aalah satu kontes kartun tertua di dunia adalah di Turki, yakni Nasrettin Hoca International Cartoon Contest. Sementara di Kota Ak Shehir menjadikan Nasruddin sebagai kekayaan daerah. Tiap tanggal 5-10 Juli, ada festival internasional tentang Nasruddin Hoja di kota itu.

Meskipun hidup di Turki, Nasruddin Hoja yg berarti ”kemenangan kebenaran”, juga diklaim di Afghanistan, Iran, dan Usbekistan pengaruhnya juga dikenal sampai dunia Arab.

Di daerah-daerah lain, Nasruddin punya nama yg berbeda. Di Arab Nasreddin Joha, Usbekistan (Nasriddin Affandi), Kazakhstan (Khozanazir), Uygur China (Afanti), Azerbaijan (Molla Zasraddin), bahkan Abania Nostradin Hoxha atau Nostradini.

Tak heran jika patung-patungnya yg jenaka ditemukan di Bukhara, Tashkent, Uzbekistan. Karena sumbangsihnya yg besar pada dunia, keduanya dapat penghargaan dari UNESCO sebagai tokoh yg ikut memperkaya khasanah kemanusiaan di dunia.

Tidak ada komentar: