Minggu, 26 Mei 2013

Menelusuri Kebocoran Subsidi BBM di Kepri 4

Main di Singapura hingga Pasok Kapal Tambang
Penelusuran selanjutnya mempertemukan kami pada anggota sindikat BBM di Singapura. Bagaimana modusnya? 

Lelaki bertato itu terbuai sejenak oleh nikmat kretek mild di tangannya. Sam, sebut saja begitu. Pertemuan saya ini difasilitasi seorang kawan yan telah lama mengenal profesi Sam selama ini. Dia adalah anggota sindikat pencuri BBM di Singapura. 

”Bila ada bunker kapal yang memerlukan minyak, kamilah yang mengisi. Isinya tak penuh, dan kami dapat persenan,” jelasnya. Berapa hasil penjualan BBM ilegal yang bisa dikantongi? Sam menyebut, dalam satu bulan, bisa bawa pulang Rp300 juta! 

Syuuut... Satu hisapan lagi, kretek itu pun tuntas. Selanjutnya, dia berkisah tentang bagaimana operasinya di Singapura. 

Sam bekerja pada sebuah perusahaan kapal di Singapura. Tugasnya memasok BBM pada kapal-kapal yang lego jangkar di negeri singa itu untuk kemudian berangkat lagi ke negara tujuan.

Biasanya kapal kargo yang ingin dipasok BBM, memesan ke perusahaan tempat Sam bekerja. ”Misalnya mau ke Arab, minta di-supply 5.000 ton. Yang kami isi hanya 4.000 ton saja. Sisanya, seribu ton tidak di-pump (diisi, red),” jelasnya. 

Untuk memuluskan aksinya, awak kapal Sam bermain mata dengan salah satu surveyor di Singapura. "Tapi tak semua surveyor yang bisa diajak main,” tegas Sam. Menurut Sam, posisi surveyor ini ibarat hakim. Setiap kali ada kapal ingin isi BBM wajib menyertakan surveyor.

Di Singapura, surveyor BBM ini banyak. Mereka adalah badan swasta. Merekalah yang menjadi penentu baik tidaknya pasokan tersebut. Bila kata surveyor jangan berangkat, maka kapal tak bisa berangkat. 

Sebelum kongkalikong dilakukan, terlebih dahulu surveyor mengontak loading master atau staf-nya, dalam hal ini Sam, ”Bilang ke chief engineer awak, kita mongkey bussines-lah,” demikian kodenya.

Selanjutnya Sam menemui sang chief engineer. ”Saya bilang surveyor minta buy-back. Kalau oke, kemudian dicari kata sepakat. Kalau fuel kami kasih harga antara 80-100 USD per tan (MT), tapi bila gas oil, akan lebih mahal, USD 150 per-tan,” jelasnya.

Itu modus penggelapan BBM bila menyertakan surveyor, bila tidak biasanya kapal pengisi BBM itu mengisi langsung ke kapal pengorder. Lagi-lagi, mereka main. Bedanya yang main di sini adalah bosun atau kepala kerja. Umumnya, dia nitip ”tangki 10 cm” atau lebih. ”Artinya tangki kapal tak diisi penuh setinggi 10 cm dari permukaan,” jelas Sam.

Dari sini muncul pertanyaan, dari mana asal BBM yang diisi tersebut? ”Oh, yang saya jual ini minyak dari kilang di Singapura, seperti Shell, Caltex, Tankstore dan lain-lain. Jadi bukan dari Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu, ada juga modus penggelapan BBM yang lain dengan cara kencing. Hal ini murni permainan antara orang dalam kapal bersangkutan dengan perusahaan. Tak hanya kapal Indonesia, juga kapal asing.

Modusnya seperti ini, dalam setiap rutenya, orang dalam kapal yang juga melibatkan chief engineer, akan menyampaikan ke perusahaan berapa BBM yang akan dikonsumsi. Di sinilah rawan terjadi permainan.

Misalnya, bila dalam 1 mil hanya menghabiskan BBM 1 tan (MT), namun digelembungkan sebesar 3 tan. Jadi, 2 tan hasil penggelembungan inilah yang mereka jual dengan cara ”dikencingkan” pada kapal-kapal pengumpul (collect) BBM langganan mereka.

Tentunya dengan harga agak ”murah”. Sebab, umumnya kapal collect itu menjual kembali pada pengumpul besar. Pengumpul besar ini banyak tersebar di Kepri. Minyak hasil colengannya ini dijual pada industri, bahkan pada kapal-kapal pengangkut hasil tambang sekitar Karimun dan Lingga.

Bisnis ini tak hanya dilakukan di perairan Indonesia, juga ada kalanya ke out port of limit (OPL). ”Di OPL itu banyak kapal-kapal lego jangkar,” jelasnya, sembari menyeruput kopi hitam pekat yang sudah mulai dingin.

Kapal yang ada di OPL itu umumnya ada yang sengaja di-stand-by kan. Umumnya bertujuan menjual minyak pada kapal yang enggan menunggu giliran bersauh di Singapura. Mengingat, padatnya pelabuhan di negara pulau itu.

Dari sinilah kapal-kapal yang butuh isi BBM tersebut mengorder dari broker BBM ilegal yang biasa diperdagangkan di OPL. Biasanya yang jual BBM di OPL hanya yang punya channel. Di sinilah yang menjadi pasar BBM ilegal, termasuk BBM bersubsidi dari Indonesia.

”Biasanya broker bilang begini, 'tuh ada kapal mau supply minyak di lintang sekian',” ujar Sam.

Setelah deal, selanjutnya kapal supply berangkat menuju kapal sesuai ”alamat” tadi. Di sanalah transaksi dilakukan. Di OPL, BBM dijual rendah. Misalnya 1 tan USD 1.000 hanya dijual USD 700. Soal pembayaran, umumnya jarang dilakukan cash, mengingat rawannya aksi rompak.

Namun bukan berarti kapal-kapal yang membawa uang hasil menjual BBM ini sudah aman. Bila tak hati-hati, bisa jadi sasaran perompak. Sistem kerja perompak ini kadang melibatkan informan yang mereka sebut ”senter”. Dari "senter" ini perompak tahu nama kapal dan di mana posisinya. Selanjutnya, aksipun dilakukan. "Ssst... Kadang aksi ini juga diketahui oknum-oknum tertentu," bisiknya.

Sam mengungkap, keterlibatan oknum-oknum tertentu sangat kental dengan para pemain BBM ini. Maka itu jangan heran bila ada bos sindikat BBM selalu dikawal oknum-oknum nakal tersebut.

Selain minyak dicuri dengan cara ”dikencingkan”, ada juga menurut Sam, yang dilakukan dengan rekayasa perompakan. Misalnya ada kapal pengangkut minyak yang sedang berlayar. Di tengah laut, sang kapten dikontak sindikat BBM untuk menggelapkan muatannya.

Caranya, dengan pura-pura dibajak atau ditenggelamkan. Dari sini, fokus masyarakat dan wartawan kadang beralih pada perompakan atau musibah kapal tenggelam. Tak ada yang curiga, bahwa sebenarnya yang sedang terjadi, muatan BBM kapal tersebut telah digelapkan dan dikuras.

Karena itu kerap ditemukan kasus tenggelamnya atau dirompaknya kapal atau tongkang pengangkut minyak ratusan ton, namun setelah diangkat muatannya telah kosong. 

”Inilah poinnya. Semua perompakan dan tenggelamnya itu hanyalah pengalih perhatian,” ujar Sam.   ***

Tidak ada komentar: