Rabu, 30 Desember 2009

Selamat Jalan Gus Dur


Kepergian mantan presiden KH Abdurrahman Wahid atau disapa Gus Dur, meningglkan duka bagi orang-orang terdekatnya. Termasuk yang berada di Batam. Di antaranya Nyat Kadir dan Abdul Basith Has. Apa kata mereka?





Nyat Kadir tersentak, mandinya sorenya terganggu oleh suara ketukan dari luar. “Pak… Pak… cepat keluar, Gus Dur meninggal…!” pekik Hasyimah, sang istri. Saat itu waktu menunjuk pukul 19.30.

Bergegas Nyat Kadir mengelap badannya. Dengan hanya mengenakan sarung dia buru-buru menyerbu ke arah televise yang saat itu menyiarkan secara langsung bahwa Gus Dur telah meninggal sekitar pukul 18.45 WIB.

“Saya terharu. Tak terasa menitikkan air mata,” ujar Nyat tadi malam.

Nyat memang sangat mengidolakan Gus Dur. Karena loyalitasnya itu dia sempat terjungkal dari kursi ketua PKB Kepri.

“Besok (hari ini, red) saya akan terbang ke Jakarta, melayat Gus Dur. Insyaallah,” tekadnya.

Selanjutnya Nyat mengisahkan kesan-kesannya terhadap seorang Gus Dur. Menurutnya, cucu pendiri Nahdlatul Ulama itu selalu memberikan dorongan moral dan contoh kepemimpinan yang baik.

Kepadanya Gus Dur selalu mengingatkan, bila jadi pemimpin harus merakyat, bela rakyat kecil, dan antidiskriminasi.

“Itu selalu beliau katakan. Setiap kali bertemu selalu begitu. Bagi saya ini adalah pesan emas,” ungkapnya..

Satu lagi yang membikin Nyat kagum pada seorang Gus Dur, tentang ketidak sukaannya pada orang yang memusuhi kelompok minoritas. Karena itulah, Gus Dur juga dihormati oleh setiap golongan.

Nyat berkisah, pernah suatu hari dia naik taksi di Jakarta yang dikemudikan oleh seorang non muslim.

Saat itu Nyat bertanya kesan-kesannya terhadap seorang Gus Dur. Lalu si supir menjawab, bahwa Gus Dur sangat menghargai kelompoknya.

Hal ini dibuktikan ketika ada sekolah non muslim akan digusur pemerintah DKI, Gus Dur turun langsung, mencegah.
“Dia memang lambang bapak yang sangat menghargai keragaman,” ujar Nyat mengenang.

Nyat juga mengisahkan tentang pertemuan terakhirnya dua bulan dengan Gus Dur di Rumah sakit Cipto mangun Kusumo. “Saya diajak oleh Muamir Muinsam, salah satu pengurus PKB, untuk menjenguk gusdur sedang sakit,” akunya.

Saat Nyat minta restu maju di pemilihan gubernur Kepri, Gus Dur langsung menyatakan dukungannya. “Oke, Pak Nyat, saya dukung Anda, Anda layak,” jelasnya.

Dan yang sangat mengharukan, Gus Dur mau datang ke Batam saat kampanye nanti, walaupun hanya selangkah, selepas itu langsung pulang.

Lalu Gus Dur bertanya pada Nyat,
“Kapan pilgub?”
“Saya bilang sekitar bulan Juni, Gus”.
“Wah masih lama ya…”

Selanjutnya, mereka terlibat perbincangan santai. Seperti biasa, Gus Dur banyak melemparkan banyolan.


Selain Nyat Kadir, Abdul Basith Has juga terkejut saat mengetahui Gus Dur telah berpulang. Basith adalah juga loyalis Gus Dur yang tersingkir dari PKB.

“Gus Dur orang hebat. Dia bapak bangsa. Sungguh ini merupakan peristiwa besar yang terjadi menjelang awal tahun baru,” jelas basit kepada koran ini, tadi malam.

Basit mengaku mendapat kabar meninggalnya Gus Dur via telepon, sekitar pukul 18.50. Sore itu, dia tengah bercengkrama soal pendidikan bagi anak-anak Hinterland di teras Sekolah binaannya, Hang Nadim Malay School, Tiban.

“Saya sangat kaget, tak terasa air mata menitik. Langsung saya telepon kawan-kawan di beberapa DPW PKB. Mereka ternyata mengiyakan akan kebenaran berita ini,” jelasnya.

Setelah Gus Dur wafat, Basith mengaku sangat kehilangan seorang panutan. “Gus Dur itu orang hebat dan bersahaja. Saya merasa tenang dan sejuk bila bersamanya,” jelasnya.

Dan yang paling dikagumi Basith, adalah tentang sifat Gus Dur yang selalu berbicara tentang bangsa, bagaimana menjadi masyarakat yang jujur untuk rakyat dan negara. Dia tak pernah berbicara tentang ke-akuan-nya, diri sendiri dan keluarganya.

Pernah tiga tahun lalu Basith menginap di rumah Gus Dur di Ciganjur. Jelang subuh, tiba-tiba Gus Dur, dengan masih memakai celana pendek dan baju tidur, datang padanya lalu dengan antusias berbicara tentang bagaimana masyarakat Kepri, termasuk soal Penyengat, sebagai tempat cikal bakal bahasa Indonesia, wujud bahasa melayu, hingga Raja Ali Haji.

“Saya sangat trenyuh. Dalam kondisi yang kurang sehat, Gus Dur masih sempat memikirkan orang lain, sementara kita yang masih segar begini masih saja memikirkan diri sendiri,” jelas Basith, yang bersiap akan melawat ke Jakarta pada hari ini.

Kepergian Gus Dur juga membuat keluarga besar NU berduka. Gus Dur memang bapak bangsa dan sangat luar biasa, semuanya mutiara,” ujar Khairul Saleh, Ketua Pengurus Cabang (PC) NU Batam.

Menurut Khairul, Gus Dur tak hanya diakui masyarakat Indonesia atau keluarga besar NU semata, tapi juga dunia.

“Apa yang beluau perjuangkan dan wujudkan, akan terus kita lanjutkan sampai kapanpun,” tekadnya.

Dan kesan yang kini masih melekat bagi Khairul, akan kelebihan Gus Dur yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran orang lain. Setidaknya ini telah dia alami saat ada acara PKB di Surabaya, 2 tahun lalu.

Saat itu, sebelum peserta bertanya apakah Gus Dur punya masalah dengan Saifullah Yusuf (kini wakil Gubernur Jawa Timur), Gus Dur sudah menjawabnya. “Kok bisa tahu ya? Luar biasa,” katanya.

Terkait wafatnya Gus Dur ini, Khairul mengundang semua masyarakat Batam malam nanti, habis salat magrib, berdoa bersama di Masjid raya Batam. “Nanti kita salat ghaib bersama, dan tahlilan,” ujarnya.

Imbauan serupa dilontarkan Ketua PKB Batam Rudi SE.

Rudi yang kini duduk di DPRD Batam ini, juga mengagumi sosok Gus Dur, terutama soal daya pikirnya yang kritis dan terus terang. Berbicara tanpa ada beban apapun. Yang dia anggap itu benar, pasti dijalankan tak peduli rintangan di depan.

“Gus Dur itu spontanitas. Bila dia anggap benar langsung dipuji, bila salah langsung ditegur. Ini sangat bagus, tak ada kata dendam,” tutupnya.

1 komentar:

Cak Win mengatakan...

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun

Selamat jalan Sang Guru Bangsa, semoga diberikan kelapangan. Amin