Selasa, 17 Februari 2009

Gosip Tentara

Tak sengaja saat di luar markas satuan inti tempur, saya mendengar ada dua serdadu muda terlibat pembicaraan. Mereka ternyata sedang menggunjingkan komandannya.


“Kapan dia pindah ya. Katanya Maret ya?”
“Entahlah. Malah saya dengar lebih lama lagi..”
“Ah, bosan saya. Dia yang menciptakan senam, dia sendiri tak pernah ikut senam.”
“Ya, namanya juga komandan. Suka-suka dia ajalah. Kalau kita melanggar, nanti habis kita dia rendam!”
“Iya tuh, si (dia menyebut nama rekannya), gara-gara salah sepele saja langsung direndam!”

Saya tertarik lalu nyeletuk. “Emang berapa lama kalau direndam bang?!”
Si serdadu menoleh, lalu menjawab singkat, “Ya suka-suka dialah! Bisa sejam, bisa juga seharian.”

Saya mengejar, “Kalau direndam dingin ya Bang?”
“Ah, kalau itu (dingin) sih, kami sudah biasa. Yang nggak enak itu basahnya itu. Mau berdiri susah, dudukpun becek.”









Sekadar diketahui, saat dihukum tentara tak boleh melepas pakaian dinas lapangannya. Tentu bisa dibayangkan, betapa tak enaknya. Sepatu serasa akuarium saja.

“Kalau direndam biasanya di mana Bang?”
“Di situ (dia menunjuk air empang yang tak begitu luas). Airnya kotor,” katanya.

Selanjutnya mereka berkisah tentang kawannya yang sudah hijrah ke Koramil. “Wah, enak sekarang dia, sudah pindah ke koramil,” jelasnya.

Maksud kata “enak” di sini adalah menjadi orang koramil. Maklumlah, tugas di koramil tentu berbeda dengan di satuan inti tempur. Lebih ke sipil dan pertahanan. Jadi latihannya tak begitu berat.

Mendengar tentara bicara soal hukuman disiplin, tentu tak aneh. Ya, namanya juga tentara. Mereka harus patuh pada komandan. Komandan is almost right. Beda dengan sipil, masih bisa mengkritik. Tak bisa langsung, bisa lewat media lain, atau minimal nyindir-lah.










Yang menarik perhatian saya dalam kasus ini adalah, soal feminimitas pada dua tentara tersebut. Pembicaraannya kok malah lembek ya? “Nggosip gitu bo...” Ini tentu aneh.

Sebab, selama pengalaman saya bertemu dengan sekumpulan tentara, yang mereka bicarakan selalu tentang heroisme. Bagaimana pengalaman mereka siaga menghadapi musuh, bagaimana mereka bergerak menyergap musuh dan lain-lain.

Bahkan dulu, ada sepupu saya yang berdinas di Kopassus, kalau pulang selalu memamerkan tentang kemampuannya melempar pisau garuda. Dan kisah heroismenya yang lain saat di Timor Timur dan semacamnya.

Maka itu, saya agak keheranan mendengar dua serdadu muda ini bergosip. Selanjutnya, saya perhatikan mengapa mereka seperti itu. Sejam berlalu, baru saya temukan jawaban, ternyata mereka ditugaskan untuk menjaga taman bunga.

Wah, pantas saja jadi agak romantis gitu...

Tidak ada komentar: