Kamis, 05 Februari 2009

Jari-jari...

Maha Besar Allah yang telah menciptakan jari-jari untuk kita, mankind ini. Jari adalah lambang, jari adalah simbol. Jari adalah philo dan sophia, jari adalah isyarat, jari adalah supremasi, jari adalah hegemony, dan segala macamnya itu.

Zaman purbakala dulu, manusia sudah memanfaatkan jari. Namun kala itu, baru sebatas fungsi dasar saja; mencengkram dan menggenggam.

Barulah di era manusia moderen, fungsi jari mulai dikembangkan sebagai tanda hitung; 1, 2 3, 4, hingga sepuluh. Hal ini terus dikembangkan hingga era milenium, jari-jari dipakai untuk menghitung bilangan yang lebih ruwet lagi. Teknik ini dikenal dengan sebutan jari aritmatika. Kanan untuk satuan, kiri puluhan.

Jari juga bisa menjadi alat komunikasi. Orang-orang tuna rungu, menggunakannya sebagai bahasa isyarat. Untuk Indonesia, sistem yang sekarang umum digunakan adalah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) yang sama dengan bahasa isyarat America (ASL - American Sign Language).

Jari juga bisa jadi alat mengundi nasib, atau alat menunggu giliran. Anak-anak juga menggunakan jari jemarinya untuk bermain, selain itu alur-alur kecil di jari, kerap dijadikan sebagai alat penanda identitas.







Selain fungsi tersebut, jari juga digunakan untuk tujuan yang lebih luas lagi, misalnya untuk menunjukkan moral. Jari jempol, diidentikkan dengan segala sesuatu yang baik-baik.

Mengacungkan jempol saat anda mencicipi makanan, bisa diartikan kalau rasanya enak. Namun jika jempol dibalik, maka artinya akan sebaliknya tidak baik, tidak enak, tidak bagus.

Di Jawa, menunjuk sesuatu dengan jari telunjuk dirasa kurang sopan. Maka itu, harus menggunakan jempol. Selain itu, jempol juga dipakai untuk permisi, saat Anda akan lewat di depan orang yang lebih tua. Biasanya, diikuti tubuh setengah membungkuk sambil mengacungkan jempol ke depan, bukan ke atas.

Untuk jari telunjuk, tentu dipakai untuk menunjuk. Namun bagi orang Islam, jari telunjuk juga berfungsi ibadah untuk menyatakan bahwa Allah itu satu, saat membaca sahadat pada tahayat.

Sedangkan jari manis, selalu identik sebagai legalitas sebuah perkawinan. Di sanalah cincin kawin itu ditancapkan.

Jari kelingking, selalu diidentikkan sebagai kaum minoritas dan hal-hal kecil lainnya. Selain itu, fungsinya sebagai alat membersihkan hidung.










Oh ya, hampir saja terlupa. Saya belum menyebut tentang fungsi jari tengah. Yang ini agak sensitif, karena berhubungan dengan penistaan. Orang-orang bule, kini menjalar ke belahan dunia, sudah biasa mengacungkan jari tengah sebagai pertanda menista. Jari tengah pun identik dengan sesuatu yang kotor.

Selain digunakan perbagian, perlambangan pada jari-jemari juga bisa dilakukan secara bersamaan, atau kombinasi. Kita selalu mengepalkan jari sebagai tanda perlawanan dan tantangan pada lawan-lawan kita. Kita juga membuka lima jari, sebagai pertanda perpisahan bagi kerabat kita.

Membuka jari telunjuk dan jari tengah yang menyerupai bentuk huruf "V" itu, bisa diidentikkan sebagai tanda kemenangan (victory). Kalnagan non Muslim juga memakai simbol ini, sebagai tanda sumpah.

Di kalangan anak muda, membuka ibu jari, jari telunjuk dan kelingking, diartikan sebagai tanda aliran musik metal.

Di masa-masa kampanye nanti, kita akan lebih diakrabkan lagi mengenal fungsi jari. Ada saja cara kreatif mereka untuk melekatkan nomor urut partai melalui jari-jemari ini.











Ada satu yang menarik. Universitas Cambridge sempat membuat penelitian untuk melihat seseorang berbakat atau tidak menjadi pialang saham, investor atau bagian personalia perusahaan sekuritas dengan cara melihat jari manisnya!

Tim peneliti yang dipimpin psikolog John M. Coates menemukan, pria yang memiliki jari manis lebih panjang dibandingkan jari telunjuk cenderung lebih sukses melakukan transaksi keuangan jangka pendek. Hasil penemuan ini dimuat dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Penelitian lain menyebut, kecerdasan seseorang dapat dilihat dari perbandingan panjang jari manis dan jari telunjuknya.

Seorang anak yang memiliki jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk cenderung memiliki kemampuan matematika yang lebih tinggi daripada kemampuan verbal dan bahasa. Jika perbandingannya sebaliknya, anak umumnya memiliki kemampuan verbal seperti menulis dan membaca yang lebih baik dibandingkan matematika.

Seorang Mark Brosnan, peneliti dari Universitas Bath, juga pernah menyebut panjang jari-jari tangan seseorang merefleksikan perkembangan bagian - bagian di otak.


Bagaimanakah jari Anda?


Please, open mind...

Tidak ada komentar: