Rabu, 17 Juni 2009

Mau Jadi Centeng di Batam?

Sudah 10 tahun saya di Batam, namun belum tahu pasti kapan tepatnya daerah ini berdiri. Semua masih belum pasti, semua masih dicari.

Saya jadi ingat peristiwa tahun 2000 lalu. Saat itu, ada sebuah demo massa menuntut agar Mr X, pengacara sebuah lembaga terkenal di Batam, diusir dari pulau ini.

Penduduk tempatan tersinggung oleh omongan Mr X di koran-koran, yang mengatakan bahwa sebelum lembaga yang digawanginnya berdisi, Batam adalah sebuah pulau tak berpenghuni.

Tentu saja, hal ini menimbulkan reaksi hebat. Para demonstran berkata, bahwa Batam telah lama eksis dan dihuni oleh nenek moyang mereka, jauh sebelum republik ini merdeka.

Namun akhirnya, demo ini bisa reda, setelah lembaga tempat Mr X bernaung, meminta maaf selama 7 hari berturut-turut, satu halaman penuh, di koran lokal. Bisa dibayangkan, berapa biaya yang dikeluarkan untuk menutup keteledoran ini.

Moral dari kisah ini, saya mulai bertanya, kapan sebenarnya Batam ini dikenal. Bertahun-tahun, sambil lalu saja, pencarian ini saya lakukan. Hingga akhirnya, saat berkunjung ke Kampung Belian, sebuah kampung tua di Batam, saya bertemu beberapa sesepuh di sana.















Mereka berkisah, bahwa kampungnya ini telah ada jauh sebelum peradaban di Batam di bangun. Tepatnya di masa kejayaan Kerajaan Riau Lingga (1803) yang berpusat di Penyengat, kampung ini menjadi tempat peristirahatan para pembesarnya.

Hal ini dibuktikan, dengan banyaknya kuburan orang-orang yang konon memiliki kekerabatan dengan diraja Penyengat. Lokasi makam tersebut sekitar 20 meteran darti pintu gerbang Kampung Belian.

Versi yang lain, Batam ini sebelumnya berpusat di Nongsa. ”Nongsa” di sebut begitu, bermula dari sebutan bagi Nong Isa, tokoh penting dalam keluarga Diraja Riau, yang membuka daerah itu tahun 1829. Karena lidah penduduk setempat, akhirnya daerah ”Nong Isa” menjadi ”Nongsa”.

Jawaban ini pun, belum membuat saya puas. Hingga akhirnya, Rabu, 17 Juni 2009 kemarin, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan menggelar Seminar Hari Jadi Kota Batam, di Gedung Wali Kota. Ini merupakan seminar terakhir dari dua kali seminar yang sudah digelar sebelumnya. “Sehingga bisa tetapkan Perda-nya,” katanya.

Tampil sebagai pembicara sejarawan Aswandi Syahri. Ia menyajikan materi yang melacak kembali Hari Jadi Batam, Raja Isa, dan jejak awal sejarah pemerintahan di Pulau Batam (1829 - 1913). Sementara tiga panelis yang dihadirkan, yakni budayawan, Rida K Liamsi, Nyat Kadir, dan Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam Imran AZ. Bertindak selaku moderator Hendrianto.

Aswandi mengulas sejarah Batam. Ia mengangkat tokoh Raja Isa. Dalam tulisannya menyebutkan, dari dokumen-dokumen Belanda sezaman, Raja Isa tampaknya dipandang sebagai tokoh penting dalam keluarga Diraja Riau.















Sumber lisan dan sebuah silsilah di Pulau Penyengat, masih tulisan Aswandi, menyebutkan Raja Isa sebagai seorang tokoh yang membuka sebuah “kampung baru” di Pulau Batam, yang kini dikenal dengan nama Nongsa.

Menurut Aswandi, secara historis, surat ”pengukuhan” Raja Isa memegang perintah atas Nongsa dan rantau sekitarnya, atas nama Sultan Abdulrahman Syah Lingga-Riau (1812-1832) dan Yang Dipertuan Muda Riau Raja Jakfar (1808-1832), amat penting bagi sejarah Batam.

Setelah Raja Isa wafat tahun 1831, “wilayah administrasi pemerintahan” Nongsa dan rantaunya mulai berkembang lebih maju dengan batasan-batasan yang mencakup seluruh kawasan Kepulauan Batam.

Setelah Aswandi memaparkan tulisannya, giliran tiga panelis mengurai pokok-pokok pikirannya. Dimulai dengan Rida K Liamsi. Raja media di Sumatera yang juga CEO Riau Pos Group ini juga banyak mengupas sejarah Batam.

Ia menjelaskan proses terbentuknya Batam, dari berbagai perspektif. Misalnya, Batam dimulai dari sebuah ladang perkebunan kemudian berkembang menjadi pemukiman. “Ada proses memilih,” katanya, usai mengurai sejarah Batam.











Rida K Liamsi juga mengangkat tokoh Raja Isa dan menyinggung tokoh Raja Kelana. “Apakah kehadiran Batam bermula dari Nongsa yang dibangun Raja Isa? Ini artinya Batam berusia 180 tahun (1829-2009). Atau Raja Kelana, artinya usia Batam 100 tahun (dari 1890),” kata sastrawan ini memberikan opsi.

Sama dengan Rida K Liamsi, Nyat Kadir juga banyak mengupas Batam dari pendekatan sejarah. “Batam punya sejarah menarik,” katanya.

Menurut mantan Wali Kota Batam ini, opsi yang harus digunakan adalah data yang paling aktual, lengkap, jejak sejarahnya ada (seperti makam-makam raja), ada semangat pemerintahan, ekonomi, dan kebanggaan sejarah masa lalu.

Saya rasa, dari seminar ini sedikit agak memuaskan rasa penasaran saya selama ini. Hal ini, memang cukup akurat, namun saya belum mendapat jawaban bagaimana Batam di masa itu. Khususnya peran Belanda akan daerah ini.

Karena, berdasar iklan lowongan kerja dari koran tahun 1889 yang ada di Perpustakaan Nasional, Belanda telah menancapkan kekuasaannya di Batam.
Berikut petikan iklan lowongan kerja itu;











Pengoemoeman

Dag Inlander.... Hajoo oerang Melajoe... Kowe mahu kerdja??
Goverment Nederlandsch Indie perloe kowe oentoek djadi boedak ataoe tjenteng di perkeboenan-perkeboenan onderneming kepoenjaan goverment Nederlandsch Indie.
Djika kowe poenja sjarat dan njali berikoet:

1. Kowe poenja tangan koeat dan beroerat
2. Kowe poenja njali gede
3. Kowe poenja moeka kasar
4. Kowe poenja tinggal di wilajah nederlandsch indie
5. Kowe boekan kerabat dekat pemberontak-pemberontak ataoepoen maling ataoepoen mereka jang soedah diberantas liwat actie politioneel
6. Kowe beloem djadi boedak nederlander ataoepun ondernemer ataoe toean tanah ataoe baron eropah
7. Kowe maoe bekerdja radjin dan netjes







Kowe Inlander perloe datang ke rawa Senajan. Di sana kowe haroes dipilih liwat djoeri jang bertoegas:
1. Keliling Rawa Senajan 3 kali
2. Angkat badan liwat 30 kali
3. Angkat peroet liwat 30 kali


Kowe mesti ketemoe Mevrouw Shanti, Meneer Tomo, en Meneer Atmadjaja. Kowe nanti akan didjadikan tjentenk oentoek di Toba, Buleleng, Tanamera, Batam, Soerabaja, Batavia en Riaoeeiland.

Governement Nederlandsch Indie memberi oepah:
1. Makan 3 kali perhari dengan beras poetih dari Bangil
2. stirahat siang 1 uur
3. Oepah dipotong padjak Governement 40 percent oentoek wang djago


Haastig kalaoe kowe mahoe.

Pertanggal 31 Maart 1889

Niet Laat te Zijn Hoor.. Batavia 1889 Onder de naam van Nederlandsch
Indie Governor Generaal H.M.S Van den Bergh S.J.J de Gooij.

------------------------------------
Pemerintah Kota Batam mengusulkan penetapan Hari Jadi Kota Batam tanggal 24 Desember. Ini berpedoman pada PP Nomor 34 Tahun 1983 tentang Pembentukan Kota Administraif Batam.
Tawaran alternatif kedua dari pemerintah kota, yakni Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999, dimana pada tahun tersebut kotamadya administratif Batam berubah statusnya menjadi daerah otonomi, yakni Pemerintah Kota Batam.
Di pihak lain, Otorita Batam (OB) juga memperingati hari jadi dengan berpedoman pada Keppres No.74 Tahun 1971 tentang Penetapan dan pembentukan kawasan industri Pulau Batam.

Tidak ada komentar: