Senin, 22 Juni 2009

Akal-akalan Nasruddin

Kisah Nasruddin, sang sufi, memang selalu unuk untuk diceritakan. Menyindir, tapi cukup menghibur.

Kisah yang akan saya cuplik kali ini tentang Nasruddin yang kebingungan melihat kambingnya sakit. Melihat kondisinya, Nasruddin menyangka bahwa kambingnya tak akan sembuh. "paling sebentar lagi mati," pikirnya meremehkan.

Saat itulah, tiba-tiba Nasruddin berucap sebuah nazar. "Kalau kambing ini sembuh, akan saya jual Rp10 ribu," Ujarnya.

Ya, Rp10 ribu saja. Ah, mana ada kambing seharga demikian? Tapi ya itulah, karena Nasruddin sudah yakin betul bahwa kambingnya akan mati, jadi nothing to loose.

Namun apa yang terjadi, Allah berkehendak lain. Kambing Nasruddin tiba-tiba sembuh. Kondisinyapun puluh sedia kala, sehat wal afiat.








Maka bingunglah Nasruddin. Betapa tidak, rasa sayangnya mulai muncul. "Mana ada kambing sehat begini dijual Rp10 ribu," batinnya.

Diapun larut dalam dilema. Siang malam dia memutar otak. Mau dijual, sayang. tak dijual, takut dosa, maklumlah dia sudah bernazar.

Lama dia berfikir, maka muncullah idenya. Di keesokan hari, dia membawa sang kambing ke pasar. Tekadnya sudah bulat menjual Rp10 ribu, sesuai nazarnya.

tapi tunggu dulu, lihatlah, apa yang dia letakkan di atas kepala kambing itu? Oh, ternyata seekor ayam. Untuk apakah ayam itu? "Kambing ini saya jual Rp10 ribu, tapi ayamnya Rp1 juta. Barang siapa yang mau, harus beli satu paket," katanya.

Apa yang kita petik dari kisah ini? Cobalah lihat di sekeliling kita, betapa banyak kadang kita temui kisah semacam ini. Mungkin obyeknya bukan lagi kambing, namun inti masalahnya tetap sama; akal-akalan.

Inti dari kisah ini tentang mudahnya kita mengentengkan sesuatu (orang lain), lalu gampang mengumbar janji. Namun, saat akan menunaikannya, sangat berat.

Apalagi begitu dihitung-hitung, ternyata cukup makan biaya yang tak sedikit pula. Namun apa daya, janji sudah terucap.

Karena takut gengsi atau mendapat malu, maka mulailah mencari cara. Segala cara, termasuk akal-akalan tadi, meski dengan begitu dia telah membohongi nurani, orang lain, bahkan Tuhannya sendiri. Tapi, masa bodoh amat, yang penting gengsi tak turun.

Memang mudah mencari pembenaran, padahal semua itu belum tentu bisa membawa kebaikan. Sungguh lucu kiranya, jika kita mengharap maklum dari orang lain atas semua kesalahan yang telah kita lakukan.

Sedikit penutup ada sebuah kisah lagi. Suatu hari seorang guru berkumpul dengan murid-muridnya, lalu dia mengajukan pertanyaan.

"Apa yang paling berat di dunia ini?" Di antara muridnya ada yang menjawab, "Baja", besi, dan gajah".

Mendengar ini sang guru berkata, "Semua jawaban kalian hampir benar, tapi yang paling berat adalah 'memegang amanah".

Tidak ada komentar: