Jumat, 19 Juni 2009

Pilih Harimau atau Kelinci?

Jika ingin disegani kawan maupun lawan, peliharalah harimau.

Harimau? Ya, mengapa tidak.

Namun harus diingat, memelihara harimau tidak mudah. Memerlukan kemampuan yang cukup baik untuk melatihnya. Karena tak jarang, dia akan sesekali melawan arahan Anda.

Tapi kabar baiknya, bila berhasil, malah bisa menjadi hiburan yang luar biasa. Tak hanya itu, wibawa Anda juga akan naik, bahkan rumah Anda akan sangat bermaruah. Siapa yang tak serem, melihat rumah yang ditempati harimau.

Tapi, jika Anda tak mau repot, piara saja kelinci. Gampang diarahkan, umumnya penurut. Kalau melawan, gebuk saja, maka selamanya dia akan menurut. Atau kalau mau yang lebih gampang lagi, pelihara saja keledai. Mereka tak bisa dilatih, tapi tenaganya bisa diperah.

Kisah di atas ini, sebenarnya sebuah kiasan. Khususnya bagi Anda yang ingin merekrut karyawan. Harimau yang saya maksud adalah, orang yang berani, cerdas, cepat dan berkualitas.

Punya, karyawan seperti ini, siapa yang tak mau. Untuk mencarinya, di banyak perusahaan besar banyak memakai sistem perekrutas yang ketat dengan menerapkan metoda tes secara menyeluruh.









Namun ya itu tadi, memiliki karyawan harimau tidaklah mudah. Anda harus mampu mengendalikan dan mengarahkannya. Karena biasanya, karyawan model begini, akan sangat kritis. Tiap hari selalu melakukan peningkatan kemampuan.

Ada sebuah kisah di sebuah yayasan pendidikan, istri dari pemilik yayasan tersebut didapuk sebagai direkturnya. Sekadar diketahui, pendidikan sang direktur ini ternyata tak lulus SMA.

Pendidikan kadang bukan ukuran, asal mau belajar. Namun, hal ini tak ada dalam diri sang direktur. Sikapnya sangat angkuh dan feodal. Dia mengartikan jabatan bukan dari sisi wewenang dan tanggung jawab, namun sebagai kekuasaan. Bebas memerintah bawahan.

Sifatnya ini diperparah, oleh kurang mengertinya dia akan struktur organisasi, apalah lagi soal tugas pokok dan fungsi.

Berbeda dengan sang direktur, kepala sekolah-nya adalah seorang yang visioner dan cerdas. Dia juga cendekia yang kritis. Karena itulah, dia menerapkan sistem perekrutan yang berkualitas pada setiap karyawannya. Salah satunya psiko test.

Tak heranlah, bila di sekolah itu, memiliki guru-guru yang bagus. Semua lulusan universitas ternama. Otaknya encer dan cerdas.










Hingga suatu hari, sang direktur masuk ke sekolah itu. Tiada angin tiada hujan, langsung memukul bel. Padahal saat itu masih pukul 07.30.

Tentu saja semua gempar, termasuk sang kepala sekolah dan guru-guru tadi. Saat itulah, dengan bangganya sang direktur berkata.”Lihatlah Pak Kasek, kalau saya yang pukul bel, semua pada kalang kabut,” ucapnya bangga.

Setelah peristiwa ini usai, guru-guru yang kritis tadi, berkumpul di ruang kepala sekolah, mereka mempertanyakan tindakan sang direktur. “Kok bel sudah dipukul, padahal jam masuk kan 07.45?” tanya mereka.

Hingga pada suatu hari, saat rapat dengan para guru, sang direktur kesulitan menandingi kepiawaian dan kekritisan sang guru. Banyak materi yang dilontarkan padanya, tak bisa dijawab. Ya maklumlah, paradigmanya beda jauh, jadi tak nyambung.

Lalu apa yang terjadi? Sang direktur akhirnya memanggil kepala sekolahnya. “Pak pecat saja guru-guru itu,” ujarnya. Alasannya? “Mereka banyak mulut, suka melawan!”
















Selanjutnya si derektur berkata, “Saya sudah punya pengganti mereka. Orangnya lebih penurut,” jelasnya.

Mau tahu, siapa yang direkrut sang direktur untuk menggantikan guru-guru tadi? Mereka berasal dari kampung terpencil yang selama ini mengajar di sekolah yang gagal. Pendidikannya juga tak memenuhi syarat, dari universitas yang takterakreditasi. Itupun belum lulus.

“Tapi mereka lebih penurut dan tak banyak mulut,” ujarnya.

Tentu saja si kepala sekolah kebingungan, karena dalam bayangannya nantinya akan lebih susah diarahkan utnuk memnyelesaikan program kerja. Namun apalah daya, direktur ya tetaplah direktur.

Ini adalah sebuah kisah, tentang bos yang kesulitan mengendalikan karyawan bermental harimau, beralih memelihara karyawan bermental kelinci. Memang sih, kelinci mudah ditekan, namun ingat kandang kelinci tak akan disegani.

Berkaca dari kisah ini, jadi teringat akan perjuangan Rasulullah Mulhammad SAW, saat pertama kali mengambangkan Islam dulu. Rasul kala itu secara khusus berdoa kepada Allah agar Umar bin Khattab masuk Islam.









Kenapa Umar? Karena saat tiu Umar dikenal sebagai Singa Padang Pasir. Umar kuat, juga cerdas. Dengan masuknya Umar ke dalam Islam, maka agama ini akan lebih mudah berkembang, agama ini akan disegani kawan maupun lawan.

Satu Singa Padang Pasir, sudah lebih dari cukup membuat sebuah perubahan, dari pada memelihara seratus kelinci atau keledai.

Tidak ada komentar: