Rabu, 29 April 2009

Antara IQ, EQ dan SQ (2)

Padahal, bisakah dia rasakan bagaimana jika saat itu posisi dan kondisinya, sama seperti apa yang dihadapi anak buahnya itu? Bisa jadi dia lebih buruk, atau malah dihakimi kata-katanya sendiri.


Ada sebuah contoh bagus soal IQ yang dibarengi EQ ini. Dulu saat dalam perjalanan, khususnya saat naik kereta api, kita kesulitan jika haus. Saat itu yang ada hanya orang jualan teh dan minuman manis lain.

Rupanya, kesulitan ini ada yang bisa merasakan. Lalu dia masukkan air bening itu ke dalam botol. Anda tahu berapa harganya? Lebih mahal dari bensin. Inilah yang kita kenal saat ini dengan air mineral. Inilah yang disebut kreatifitas, inilah yang disebut keberanian mengambil resiko.

Semua ini menyangkut komitmen, tanggungjawab, visi, kemampuan merasakan, kemampuan membaca situasi, inisiatif, sensitif, merasakan dan melihat dengan mata hati. .

Dan yang terpenting, sebuah survei membeber, bahwa kemampuan mengandalikan emosi ini, membuat bisnis lebih sukses. Berbekal kecerdasan emosional ini, pimpinan akan memiliki kemampuan untuk mengandalikan emosi, menguasai diri sehingga bisa mengambil keputusan dengan tenang.










Lalu, bagaimana ilmu EQ ini bekerja? Caranya simpel saja. Saat bertemu orang lain, tataplah matanya, lalu tersenyumlah, 2 centi kanan 2 centi ke kiri, supaya imbang. Ini sudah cukup bagus. Karena, dari penelitian, ternyata 80 persen otak manusia itu adalah emosional, dan 20 persen intelektual

Contoh lain, jika Anda ingin meraih hati seseorang, saat mendengar dia berbicara Anda jangan bilang ”Wah hebat!” Itu bohong. Namun jawablah, dengan sedikit senyuman, angguk-angguk sebentar, lalu berkata, ”Oh oya ya, ini yang saya cari.” Inilah yang disebut IQ

Jangan lupa juga ajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat dia bangga. Contohnya, kok bapak kok bisa jadi prediden direktur ya? Pasti dia akan bercerita dengan sunggguh sungguh, dia akan berbicara dengan bersemangat.

Yang perlu diingat, ketika dia bicara, tiap tiga menit sekali jangan lupa anggukkan dagu setiap dia berhenti. Ketika seperti itu, maka Anda akan meraih hatinya. Inilah dia teknik-teknik kecerdsan emosional.

Jadi ingat sebuah pepatah, kalau kita merendah, maka kita akan menjadi lembah. Di sinilah tempat segala mata air mengalir dan tumbuhan hidup di dalamnya.












***

Namun, memiliki bekal kecerdasan intelegensi dan kecerasan emosi saja tidak cukup, tanpa diiringi kecerdasan spiritual. Karena hal ini hanya akan membuat hidup kita jadi hampa, tak bahagia. Selanjutnya, mereka mencari bagaimanakah kebahagiaan itu? Akhirnya banyak tenggelam ke tempat-tempat maksiat, narkoba bahkan bunuh diri.

Sebuah kisah, marilah kita menuju ke sebuah negara adidaya, negara kaya bernama Amerika Serikat. Di sini, ada sebuah negara bagian bernama California. Semua sudah tahu, betapa kayanya California. Hasil pertanian melimpah, industri hiburan, Hollywood, Disneyland juag ada.

Di sini, tepatnya di San Fransisco, juga ada sebuah jembatan yang terkenal di dunia, bernama Goldengate. Jembatan ini dibangun sebagai supremasi kekayaan, kemapanan dan kemajuan di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Masyarakat di sini juga mendewa-dewakan IQ. Semua serba dirasionalkan. Dunia menjadi tujuan akhir. Namun apa yang terjadi? Dunia mencatat, bahwa Goldengate menjadi saksi, betapa 6.000 nyawa warga California tewas bunuh diri di sini.

Sampai-sampai, saat ini di pinggir jembatan tersebut dibentangkan kawat guna menekan tak bertambahnya angka bunuh diri ini.

Bahkan, pemerintah negara bagian itu, juga memasang telepon konseling gratis, bagi warga yang frustrasi, agar tak bunuh diri. (bersambung)

Tidak ada komentar: