Selasa, 28 April 2009

Soerya Angkat Barang

Ada peristiwa unik yang terjadi di gedung DPRD Batam. Anggota yang sudah tak bisa mempertahankan diri lagi, satu persatu mulai mengemasi barang-barangnya. Termasuk di antaranya, Ketua DPRD Batam Soerya Respationo.




Kemarin saya sempat melihat langsung ruangan Ketua DPRD Batam yang berada di lantai II itu. Kondisinya sudah berbeda jauh.

Pemandangan ini pertama kali tampak pada ruang tunggu tamu Ketua DPRD. Biasanya ruang ini penuh berderet 1 set meja kursi berukir dari Jepara, kini sudah kosong seperti lapangan bola.

”Silakan masuk,” ujar Soerya, mengajak saya menuju kursi di ruang tamu kantornya.

Saat itulah, mata saya menyapu seluruh sudut ruangan. Kondisinya sudah berbeda. Di ruang tersebut, hanya ada sebuah sofa seadanya yang berbada satu sama lain.

Yang panjang terbuat dari vinyl berwarna coklat, sementara kursi yang lain berwarna kuning. Mejanya, juga meja kayu yang sederhana.








Yang amat ”memprihatinkan”, meja kerja Soerya saat ini mirip meja Satpam, atau seperti meja yang dipakai para panitia pengawas pemilihan umum di kelurahan.

Meja ini terbuat dari serbuk kayu ukuran 1x30 cm. ”Sebenarnya ini adalah meja samping. Saya ambil dari ruang Pak Rukun (Kasubag Rumah Tangga Rukun Mulyodiharjo),” jelasnya.

Yang lebih menyedihkan saat melihat kursi kerja di belakangnya, modelnya persis kursi kerja staf kantor. Bentuknya berleher tinggi, dan bagian kakinya beroda. Kalau diduduki, bisa bergoyang-goyang.

Agar kesan dekilnya tak kelihatan, maka bagian badan kursi dibungkus kain mirip sarung bantal berwarna cokelat tua. Iseng saya sempat meminta Soerya duduk di sana. Diapun mau, lalu berganjak ke meja tersebut. Alhasil, kesannya jadi lucu.

Apalagi saat duduk di kursinya, selalu oleng ke kiri dan ke kanan. Maklum, tak kuat menahan badan Soerya yang tinggi besar itu. ”Kursi ini saya ambil dari gudang,” jelasnya.







Semua memang sudah berubah. Yang tak berubah, hanyalah lukisan kuda berlari yang terpajang di dinding sebelah timur dan sebuah filing cabinet yang berada di belakang meja kerja. Namun kondisinya tak lagi rapi.

Beberapa map dan berkas kerja tersusun tak rapi di sela-selanya. Padahal dulunya di sini berderet rapi buku-buku bacaan berkualitas, buah karya ilmuan luar dan dalam negeri.

Selain itu, meja kursi di ruang makan merangkap ruang rapat ketua juga masih tetap berada di sana, bersama sebuah lukisan singa yang ekspresinya sangat muram. Seolah menangisi kepindahan tuannya.

”Semua ini memang punya Dewan, Mas. Kalau punya saya sudah diangkut semua,” ujar Soerya, sembari menghisap rokoknya.






Padahal, setahun lalu saat saya bertandang kemari, ruang ini amat artistik. Di tiap sudutnya penuh meubeler bernilai seni tinggi. Semua tersusun rapi, bersama ornamen-ornamen atau hiasan yang disusun sesuai selera Soerya.

Tak heran, tiap pejabat yang bertandang ke mari langsung mengucap rasa kagum. Maklumlah, semua memiliki nilai estetika tinggi. Semua yang ada di sini, didatangkan langsung oleh Soerya dari Jepara.

Misalnya, 1 set meja kursi, 1 set kursi kerja, 1 set meja tamu dan sofa, 1 set meja konsul, serta kaca hias, meja teh dan kursinya. Semuanya terbuat dari kayu berukir khas kota tua di Jawa tengah itu.

Hal ini masih ditambah lagi dengan aneka hiasan, berupa jam dinding besar nan eksotis, seperangkat barang antik, guci berukir dari Tiongkok kuno, aneka barang keramik, peralatan perang tradisional, pernak-pernik hiasan dinding, serta lambang negara burung garuda yang antik.






Semua benda-benda ini tersebar rapi, menghias di seantero ruangan dan sudut ruang kerja Ketua PDIP Kepri itu.

Namun, saat ini, barang-barang tersebut tak lagi ada. Semua telah diangkut.

”Kapan angkat-angkatnya Mas?” tanya saya.
”Hari Selasa (21/4), lalu,” ujarnya.

Soerya menjelaskan, proses kemas-kemasnya ini memakan waktu lebih 12 jam. Mulai pukul 10.00 pagi, hingga pukul 01.00, atau Selasa (22/4) dinihari.








”Semua barang-barang ini langsung disimpan di Sekretariat Jogoboyo, di Dutamas,” jelasnya.

Adapun armada yang dikerahkan, 1 truk dan 2 pick up. ”Inipun harus bolak-balik sampai 3 trip,” ujarnya.

Lalu, apa tanggapan Sekwan DPRD Batam Guntur Sakti akan hal ini?

”Sebenarnya, Pak Soerya tak perlu terburu-buru gitu,” jelasnya, di ruang terpisah kemarin.

”Pak Soerya orangnya memang gitu. Dia tak mau menunda masalah. Di perkerjaan, maunya kros-cek terus. Kehadiran juga selalu on-time,” sebut Guntur.

Soal niat Soerya yang akan mengamasi barang-barangnya ini, menurut Guntur dia memang pernah diberitahu. Tapi waktunya belum jelas.









Hingga beberapa hari kemudian, tepatnya Jumat (24/4) sore sepulangnya dari acara Asosiasi Sekretaris Dewan Kota Seluruh Indonesia (Asdeksi) di Jakarta, Guntur terkejut melihat ruang Soerya sudah kosong melompong.

”Inilah yang membuat saya menyesal,” ujar lelaki bercambang ini.

Namun, jangan salah, Guntur menyesal bukan karena tak ikut terlibat saat kemas-kemas barang berlangsung, tapi karena kehilangan momentum untuk meminta ”warisan” barang-barang milik Soerya yang bernilai tinggi tersebut.

Karena itulah, malam harinya Guntur datang ke Soerya. Hasilnya, dia dapat juga. ”Lumayan, satu buah guci cantik, he he he,” candanya.

Tidak ada komentar: