Minggu, 19 April 2009

Tutup Saja Akun Facebook Mu

Akhir-akhir ini saya rasanya ingin menutup akun facebook saya. Sudah aksesnya lambat, bikin sumpek aja. Mengapa?

Facebook. Siapa yang tak tahu kehebatan jejering sosial karya Mark Zuchenberg ini. Sejak dipopulerkan oleh Obama, saat memulai kampanyenya sebagai presiden AS, pamornya kian meroket. Saya, tentu saja juga menjadi bagian dari jutaan orang yang juga membuka akun di sini.

Tapi, ah, bosan aja isinya orang narsis. Yang pamer foto saat liburan ke Bali lah, ada pula yang bilang lagi makan di resto amrik lah, atau ada yang pamer tato terbarunya. Semuanya narsis narsis narsis bin childish. Kekanak-kanakan.

Habis itu, paternalistik lagi. Giliran nulis statusnya adalah seorang bos, maka yang nanggapi sampai 30 orang. Padahal sepele saja. Misalnya hanya nulis ”Semangat, semangat, semangat...” atau ”Makan ah...”

Tapi giliran orang biasa, sangat jarang mau ngasih tanggapan. Padahal, kadang yang diatulis di statusnya adalah sebuah masukan dan ide yang brilian.






Satu-satunya yang paling saya suka di facebook, hanyalah menggunakan fitur chattingnya. Enak aja, bisa hemat SMS dan tak harus menunggu jawaban lama, jika ingin menanyakan sesuatu dibanding melalui e-mail.

Di kantor-kantor pun, chatting di facebook ini juga dijadikan sarana untuk mengkomunikasikan soal pekerjaan.

Namun akibat buruknya, kadang dijadikan alat ngerumpi. Maka itu, sebagian perusahaan sudah melarang penggunaan facebook i kantor. Katanya sih, menghambat produktivitas kerja. Inilah juga yang jadi salah satu alasan mengapa saya berniat mau tutup akun facebook saya.

Saya bukannya satu-satunya orang yang berniat menutup akun di facebook. Asrul Ananda, putra mahkota Dahlan Iskan Bos Jawapos Grup, sudah duluan menutup akunnya.








Namun, alasan Asrul berbeda dengan saya. Dia menutup, karena atensi yang datang ke lamannya cukup tinnggi. Sehari sampai 1.500 user. Gila! Bisa-bisa nggak kerja, gara-gara sibuk membalas atensi yang datang. Ngurus facebook terus.

Kembali lagi ke hal di atas, ada yang bertanya, apakah bernarsis-narsis di facebook itu salah?

Jawabnya, tentu tidak. Karena facebook memang dirancang untuk itu. Di sini, diharapkan penggunanya yang nota bene orang kota usia 17-40 tahun itu, bisa saling berinteraksi, bahkan saling memuji.

Maklumlah, berinteraksi merupakan hal yang sulit dilakukan bagi warga kota yang sibuk, apalagi saling memuji. Inilah yang membuat kondisi jiwa mereka kering.

Nah, melalui facebook ini, diharapkan jiwa mereka bisa disejukkan dengan hal-hal yang paling dasar ini, komunikasi, interaksi dan saling memuji. Ya, minimal memuji dirilah.








Jadi yang salah siapa? Ah, bisa jadi saya yang salah masuk room. saya yang salah meng-add pertemanan. Toh, saat ini facebook banyak yang tak hanya menjadi ajang narsis, tapi juga studi dan diskusi yang jempolan. Kekuatannya dalam menghimpun opini publik di dunia maya, cukup mantap.

Karenanya, banyak yang kini memanfaatkan facebook bukan sebagai ajang pribadi, tapi sudah ke arah forum. Hal inilah yang lakukan oleh Agus Mustofa, pemikir, pembicara dan penulis buku-buku Islam berhaluan moderen.

Di facebooknya yang beralamat di http://www.facebook.com/pages/Agus-Mustofa/46838474922, diatur sedemikian rupa. Di sana diumumkan jadwal diskusi dan informasi lainnya.

Khusus yang meng-add facebook ini, bisa langsung berinteraksi soal kabar Agus terkini, mulai jadwal diskusi hingga informasi buku barunya, dengan cara menulis di dindingnya. Selanjutnya, mereka akan menerima jawaban yang akan dikirim langsung ke facebook yang bersangkutan.









Tentu saja, pengunjung dan peminat facebook Agus membludak. Untuk itulah, Agus menempatkan orang khusus yang disebut administrator. Jadi tak lagi dia tangani sendiri.

Dengan demikian, interaksi dia dengan publik-nya akan terus terjalin, tanpa harus mengganggu jadwalnya yang padat. Ya, namanya juga orang top.

Atau mungkin bisa meniru Aselina Endang Trihastuti, pakar komunikasi dan pelestari budaya ini mampu mengangkat pergelaran wayang orang Bharata, kawasan Senen, Jakarta ke muka publik, setelah dia merancangkan halaman facebook sebagai forum pecinta dan sarana publisitas.








Ternyata responnya cukup luar biasa, khususnya bagi pengguna jejaring facebook. Kini setiap akhir pekan, mereka kewalahan menerima antusias penonton. Kursi-kursi pertunjukan pun selalu penuh.

Komposisi penontonnya juga semakin variatif, tak hanya kakek-nenek, anak mudapun ikut jadi penggemar. Tak hanya orang lokal, bule pun ikut pula nonton. Luar biasa.

Dari sini, maka timbul pertanyaan lagi bagi diri saya. ”Masih berniat menutup akun facebook?”

Bagaimana menurut Anda?

----------------
ini akun facebook saya
http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/profile.php?id=1369279799&ref=profile

1 komentar:

farah mengatakan...

Selain chatting, yang saya suka dari facebook, bisa nemuin temen2 yang udah lost contact. Hhe.. Tapi saya juga udah nutup aku fb, katanya kan haram. Salam kenal.