Rabu, 04 Maret 2009

Hayalanku

Matahari pagi belum lagi sempurna menyingsingkan roknya (he he he), ketika sebuah dering SMS mengalun di ponsel saya. Rupanya ada yang memberikan atensi atas artikel saya.



Aku berhayal:

Jika aku seorang ketua partai, tentu aku akan memilih program mercusuar aja, bukan segera memberesin masalah yang utama, namun sepi dari citra. Saya senang dapat award. Pamerin aja, asyiik banyak pujian.

Barus sekejap saya berhayal, tiba-tiba ada suara yang menyadarkanku:
Hei, gundul! Saya dulu dapat banyak award dari presiden tapi saya tak pamerin. Malah saya diundang untuk dapat penghargaan oleh menteri dalam keberhasilan pembinaan dan diundang ke Jakarta. Program saya dulu juga banyak berhasil dan mendapat penghargaan, tingkat nasional namun juga tak saya ekspose!

Akupun larut dalam lamunan. Suara-suara itu terus terngiang. Dasar aku yang sontoloyo, bukannya jera, malah melanjutkan berhayal lagi. Namun kali ini tak berani menjadi sebagai ketua Parpol, mending pilih level yang di bawahnya aja, wakil ketua partai.

Aku berhayal:
Jika aku seorang wakil ketua partai, aku akan menjadi sosok yang sangat tak disiplin. Jika diundang dialog dengan masyarakat, aku akan nelat-nelatin. Jika undangannya pukul 20.00, aku akan datang pukul 21.20 aja. Ha ha ha... Siapa suruh ngundang aku. Mau nunggu syukur, tak pun masa bodoh. Kan aku mereka butuhkan.

Baru sekejap saya berhayal, tiba-tiba datang lagi suara yang tadi menyadarkanku:
Hei gundul! (kok dipanggil “gundul” lagi ya?), kamu tahu tidak, saat kamu telat di acara itu, saya juga ikut hadir di situ. Saya menunggumu sampai letih. Begitukah rasa hormatmu pada kaum sepuh? Kamu wakil aja begitu, saya dulu semasih menjadi ketua partai tak pernah begitu amat.

Tahu tidak sebagai rasa protesku saat itu, saya hanya ngasih sambutan 3 menit saja dan langsung pulang! Saya batal jadi narasumber, karena ada undangan acara lain (emangnya lu doang yang banyak acara???).

Ini adalah kali kedua aku dan masyarakat kau bikin menunggu. Belum lama ini, engkau bikin kami menunggu 2 jam lebih! Saya lagi-lagi sebal melihat tingkahmu.

Hingga akhirnya saya tahu, ternyata di lingkungan kantor, kamu memang sering telat ya? Sehingga kamu digelar Si Jago Terlambat!

Gubrak! Saya terhenyak, lalu bangun tak berani berhayal lagi. Mending ambuil wudu sajalah, solat! Azan Subuh masih di telinga.

---------------
Tulisan ini saya cuplik dari tanggapan akan sebuah artikel yang baru muncul di blog ini. Maaf tak saya sebutkan nama artikelnya. Isinya bagus, sehingga saya perlu memposting di sini, meski harus menggunakan nama dan kata kiasan.

Tidak ada komentar: