Kamis, 12 Maret 2009

Peoples Changing

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan seorang reporter majalah, Michael Jackson pernah ditanya seperti ini. Apakah kulit putihnya akibat operasi plastik? Dia menjawab tidak. Si reporter tak percaya. Saat itu raja pop itu menjawab, “Peoples changing (manusia berubah).”

Saya tentu mempercayai konsep “manusia berubah” ini, tapi secara kepribadian saja, bukan pada perubahan warna kulit. Manusia memang harus berubah, untuk bisa menyesuaikan diri.

Dalam sistem kemasyarakatan, prtoses perubahan bisa melalui akulturasi dan asimilasi. Sedangkan dalam lingkup individu, perubahan bisa berbentuk sikap, sifat, kepribadian atau kognisi.

Hal-hal yang mempercepat perubahan ini, tentu di dasari oleh pengalaman dan yang utama adalah lingkungan.

Konkretnya seperti ini, jika Anda mengenal seseorang 10 tahun lalu, jangan menilainya sama seperti saat Anda pertama berjumpa. Karena bisa jadi, di rentang waktu sepanjang itu dia sudah berubah jauh melebihi Anda.

Bisa jadi dia lebih bijaksana, lebih berilmu, dan lebih lebih yang lain. Namun sebaliknya, bisa jadi juga dia berubah lebih jahat. Bisa saja. Tergantung lingkungan apa yang telah menempanya selama waktu tersebut.

Makanya, harus hati-hati.


















Sumanto. Siapa sangka dia bisa menjadi manusia kanibal dan mejadi seorang pemuja syetan? Padahal dulu, dia dikenal sebagai anak penakut di desanya.

Atau siapa sangka, bahwa Amrozi tersangka bom Bali itu, saat masih mondok di Paciran Lamongan, adalah pemuda yang sangat flamboyan. Kadang Amrozi sering bertanya tentang doa-doa agar wanita jatuh cinta padanya.

Atau mungkin Anda memiliki contoh yang lebih bagus lagi. Kadang kita berkata seperti ini, “Wah tak nyangka ya, dulu anaknya lemah, kok sekarang jadi kepala preman!”

Ya apapun bisa terjadi. Semua tumbuh, semua berubah, semua mengubah.

Dari semua uraian ini, ada sesuatu yang sulit berubah. Itulah sifat dasar. Ada yang baik, ada pula yang buruk.

Sifat dasar memang sulit diubah, namun bukan berarti tak bisa dikurangi. Dari beberapa sifat dasar inilah yang nantinya membentuk sebuah kepribadian. Kepribadian itu di antaranya melankolis (pemikir, perasa, perfeksionis), estrovert (terbuka) dan introvert (tertutup).

Lalu bagaimana menyikapi kepribadian ini? Apa harus dihilangkan? Jangan! Konyol jika Anda berpikir seperti itu. Kepribadian itu unik, itu adalah anugerah yang Kuasa. Kafir kalau kita mengingkarinya.

Cara yang terbaik menyikapi kepribadian ini, dengan cara menempatkan pada tempat yang semestinya. Karena jika kepribadian bisa ditempatkan dengan baik, hasilnya akan baik pula.

Misalnya, seorang yang ekstrovert cocoknya bekerja sebagai MC. Jadi, bukan malah harus memaksa orang ekstrovert menjadi introvert. Aburadul nanti.

Namun, khusus sifat yang buruk, seperti iri, dengki, hasut, harus sebisa mungkin dihilangkan. Karena jika sifat jelek tadi dibawa-bawa saat Anda bersosialisasi, hanya akan membuat Anda nista saja.

Bagaimana pendapat Anda?

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Perasaan nggak ada deh kata dalam Bahasa Inggris "peoples changing"... Maksudnya People's changing kali ye.... tapi di bagian bawah gitu lagi nulisnya... (versi koran, dan blog)jangan sok Inggris kalau nggak bisa Bahasa Inggris.. anda sendiri yang blg gitu di FB anda kan? Malu-maluin aja...