Selasa, 30 Desember 2008

Lampu Jalan, Lampu Citra

Lega juga saat membaca catatan kaki Batam Pos pagi ini, di halaman utama, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan dengan lantang berkata, bahwa tahun 2009 adalah tahun pembenahan infrastruktur. Artinya, Pak Wali sadar, infrasruktur Batam memang payah. Dan kalau boleh minta, tolonglah lampu jalan dijadikan prioritas utamanya.


Kenapa saya meminta lampu jalan, atau istilah teknis Pemko Bpenerangan jalan umum (PJU), menjadi hal yang utama, karena ini membawa citra kota. Bukankah kota selalu identik dengan sesuatu yang gemerlap, termasuk lampu malam?

Falsafah inilah salah satunya, yang mendorong Las Vegas, kota judi di Nevada, Amerika, memasang ribuan lampu pijar di tiap bangunannya, khususnya kasino. Di sini mereka seolah berpesan, “Hey lihatlah, inilah gemerlap hidup yang akan bisa Anda raih di sini, Las Vegas. (Tentunya jika Anda beruntung).”

Tak usah teralu rumit berpikir ke Vegas, coba bayangkan jika Anda baru masuk ke sebuah kota, pas malam hari. Pasti yang akan terpikir saat itu bahwa kota ini adalah kota hantu, miskin, tertinggal, dan ungkapan seram lainnya. Mengapa? Karena sepanjang jalan yang menyambut Anda hanyalah gelap gulita. Bayangkan jika di balik kegelapan itu muncul gerombolan perampok, tentu seram.





Inilah mengapa saya menekankan pentingnya Pemko Batam menjadikan PJU sebagai prioritas pembenahan infrastrukturnya. Karena banyak jalan-jalan di Batam dibiarkan tanpa lampu penerang. Kalau malam gelapnya minta ampun.

Soal ini, sebenarnya Kasubag Dokumentasi Humas Pemko Rudi pernah mengatakan bahwa awal bulan lalu Pemko Batam mulai membenahi PJU. Lampu-lampu yang berkekuatan 250 watt sudah dipasang di jalan-jalan protokol yang ada di Batam, di antaranya Sekupang -Batam Centre, Tiban-Simpang Jam, Batuampar-bandara, dan Batam Centre-Tanjunguncang.

”Seluruh lampu-lampu jalan tersebut akan diup-grade, karena salah satu tujuan perbaikan lampu-lampu tersebut untuk menyambut visit Batam 2010,” kata Rudi.
Namun kenyataannya, masih gelap. Lihat saja di sepanjang jalan ke Bandara. Padahal, bandara adalah pintu keluar masuk pendatang. Apa kata mereka yang baru bertandang ke mari, jika baru menapakkan kaki sudah disambut gelap-gelapan seperti ini?

Di kota sendiri, juga tak kalah gelap. PJU di sini tak semua tertancap di sepanjang jalan. Sedangkan yang ada kadang hidup, kadang mati. Padahal, PJU tak harus memakai watt tinggi. Pakai lampu LED saja sudah cukup. Selain hemat energi, sinarnya juga tak redup.





Penerangan yang ada di pusat kota Batam, umumnya sumbangan perumahan, toko-toko atau mall yang berjejer di tepi jalan. Jika tak ada, gelaplah sudah. Tak heran pada malam hari, banyak pengemudi di Batam memakai lampu dim (sorot), karena tak bisa melihat ke jalan dengan baik.

Kalau begini jadi teringat apa yang dirasakan masyarakat dunia sebelum abad 19. Bedanya kalau dulu saat malam tiba, hanya sinar bulan dan sinar lilin di balik jendela yang jadi andalan. Wajar sajalah, jika warga merasa ketakutan berjalan-jalan dan keluar rumah di malam hari.

Untuk itulah warga Eropa, sekitar abad 15 mulai mengenal lampu jalan. Kala itu, bentuknya masih sederhana, berupa lentera yang dipasang di luar rumah. Kalau dari etiimologisnya, “lampu” sendiri berasal dari kata “lampas”, bahasa Yunani yang berarti obor. Hal ini sudah dikenal sejak 70.000 tahum SM, tentu bentuknya masih sangat primitif.

Bahan bakar lampu masih berupa minyak zaitun, lilin lebah, minyak ikan, atau lemak ikan paus. Bahkan kemudian minyak tanah. Dalam perkembangannya, kerajaan-kerajaan di Nusantara banyak menghias jalannya dengan lampu-lampu ini. Pemandangan ini banyak dikisahkan dalam kitab-kitab kuno dan tulisan-tuliisan para pujangga.

Baru sekitar 1784 saat batu bara dan gas alam diperkenalkan, PJU di Eropa saat itu memakai bahan bakar tersebut. Berlanjut, tahun 1830 lampu jalan berbahan bakar gas mulai digunakan di wilayah yang lebih luas di beberapa kota di AS, khususnya di New York.





Revolusi teknologi penerangan terjadi pada pertengahan abad 19 setelah orang gencar melakukan percobaan dengan listrik. Meski pada tahun 1845-an telah banyak orang menghasilkan lampu listrik, namun pada tahun 1878 Joseph Swan di Inggris dan Thomal Alfa Edison di AS pada tahun 1879 secara terpisah berhasil menemukan lampu pijar.

Tak lama kemudian lampu karya Thomas Alfa Edison, terpasang di jalan New York dengan pasokan listrik dari pembangkit di Pearl Street yang didirikan sejak 1882.Lampu jalanan listrik diakui sangat membantu menurunkan angka kejahatan di jalan raya AS. Pada tahun 1930-an lampu merkuri dan sodium pun mulai digunakan.

Jika orang dulu saja sudah berpikir pentingnya lampu jalan, apalagi saat ini. Bayangkan, apa jadinya jika kota tak dilengkapi PJU, apa kata dunia?

-------------

Waduh, sulit neh cari referensinya, bahan bacaan ane udah habis…

Tidak ada komentar: